Brilio.net - Nama Kiesha Alvaro, putra dari Pasha Ungu dan Okie Agustina, mendadak memenuhi linimasa. Nama bocah 13 tahun ini bahkan sempat mejeng menjadi salah satu daftar Google Trends di Indonesia per tanggal 15 November 2017.
Penyulutnya foto sederhana yang menunjukkan Kiesha tampak mesra bak orang pacaran bersama seorang gadis yang kemudian diketahui masih sama-sama berusia 13 tahun.
Gara-gara foto tersebut viral, Kiesha akhirnya menjadi bulan-bulanan warganet karena dianggap dewasa sebelum waktunya. Bahkan tak sedikit warganet yang ikut menyalahkan pihak orangtua lantaran dianggap lalai menjaga sang anak.
Okie Agustina, selaku ibu kandung Kiesha sendiri lebih memilih membela sang anak. Wanita 35 tahun tersebut menyayangkan foto sang anak disebar di akun gosip karena bisa menggiring opini warganet ke arah yang negatif.
foto: Instagram/@kiesha.alvaro
"Haduh jadi rame soal gosip Kiesha pacaran. Itu cuma temen deket Keisha. Kiesha masih dalam pengawasan saya. Lagipula mereka jarang dan hampir tidak pernah bertemu. Komunikasi juga hanya sebatas telepon atau WhatsApp," tulis Okie lewat akun Instagramnya.
Flashback empat tahun yang lalu atau tepatnya di tahun 2013, sebenarnya sudah ada nama Dul Jaelani yang lebih dulu memadu kasih di usia yang sama dengan Kiesha, yakni 13 tahun.
Kala itu, putra Ahmad Dhani dan Maia Estianty tersebut mengaku punya hubungan spesial dengan gadis cantik bernama Fajrina Khairiza.
Gadis yang tiga tahun lebih tua dari Dul ini bahkan sempat menemani Dul saat dirawat di rumah sakit setelah mengalami kecelakaan maut di Tol Jagorawi, September 2013.
Beruntung, Dul masih selamat dari bulan-bulanan warganet lantaran penggunaan media sosial saat itu belum 'seberingas' sekarang.
Keluar dari dunia hiburan Tanah Air, fenomena bocah pacaran layaknya orang dewasa sebenarnya mudah sekali ditemukan di media sosial. 2015 silam, seorang anak sekolah dasar yang mengunggah foto pacarnya bikin heboh para pengguna media sosial.
Bocah itu kerap memperbarui status di Facebook dengan mengucap kata sayang dan pujian pada pacar sebayanya bak orang dewasa. Bahkan, beberapa status menunjukkan ia memiliki rasa cemburu hingga patah hati.
foto: Facebook
Fenomena semacam ini tentu cukup menggelikan bagi masyarakat Indonesia yang kental dengan adat ketimuran. Namun apakah hal ini hanya terjadi dengan remaja generasi milenial? Atau wajarkah jika perilaku remaja seperti ini?
Profesor dari University of Miami, Berit Brogaard, dalam artikel ilmiahnya yang berjudul 'Adolescents Are Prone to Love Addiction' menjelaskan, masa remaja (mulai dari 12 tahun) merupakan fase yang banyak mengalami perubahan.
Dalam masa ini, setiap individu akan mengalami aspek pematangan fisik, sosial, dan kepribadian yang kemudian mempengaruhi pikiran, emosi, dan perilaku remaja.
Otak remaja juga berada dalam tahap pematangan yang penting, dimana cerebral cortex akan memangkas bagian neuron dan sinapsis yang tidak perlu, sementara kontrol kognitif mereka masih dalam tahap berkembang.
Hal inilah yang menyebabkan remaja rentan terhadap kecanduan dan mendorong mereka untuk melakukan hal-hal yang belum pernah mereka lakukan. Brogaard juga menyebutkan, tingkat kecanduan jatuh cinta ternyata tingginya setara dengan penggunaan kokain.
"Tahap jatuh cinta dalam masa ini sangat mendebarkan dan memabukkan," ujar profesor 47 tahun ini.
Di studi yang lain, sebuah lembaga Amerika Serikat (AS), Pew Research Center, menyebut bahwa teknologi dan media sosial juga memiliki peran signifikan dalam kehidupan asmara remaja.
Pew melakukan survei terhadap 1.060 remaja AS berusia 13 sampai 17 tahun mulai September hingga Oktober 2014 dan Februari hingga Maret 2015.
Di antara responden yang telah memiliki pacar, 59 persen mengaku bahwa mereka merasa lebih dekat dan terhubung dengan pacarnya dengan bantuan teknologi dan media sosial.
Media sosial rupanya juga mendorong para remaja untuk memamerkan hubungan mereka dengan orang lain dan mengungkapkan kasih sayang mereka secara terbuka.
Selain itu, studi yang dilakukan Pew Research Center ini juga mengungkapkan bahwa media sosial mendorong para remaja untuk berusaha mendapatkan dukungan tentang hubungan asmara mereka.
Dari hasil studi menyebutkan bahwa remaja, khususnya perempuan, yang sudah memiliki pengalaman pacaran memiliki kecenderungan mendukung hubungan teman-temannya di media sosial. Demikian juga laki-laki, meski jumlahnya tidak sebesar yang dilakukan anak perempuan.