Brilio.net - Balap liar di jalanan memang sering menjadi masalah remaja dewasa ini. Di sejumlah kota fenomena balapan liar sering kucing-kucingan dengan aparat kepolisian. Meski tak jarang, para pembalap juga menyalurkan hobinya di ajang drag race dengan aturandan pengaman yangketat.
Lalu, apa sebenarnya yang membuat para pembalap liar itu tak hirau akan keselamatan? Mereka tetap memilih ajang balap liar walaupun sudah ada wadah resmi yang mengatur tentang balapan sepeda motor terutama drag race. Drag race adalah balapan adu kecepatan di trek lurus. Siapa yang paling cepat mencapai garis finis dialah pemenangnya. Banyak dari motor modifikasi yang dipakai di ajang drag race tidak memenuhi standar keamanan apapun. Bodi motornya sudah dilepas semua agar ringan. Motor yang dipakai seringkali hanya berupa rangka dan mesin saja.
Andrean, seorang pemerhati drag race mengatakan bahwa modifikasi ini memang dilakukan agar bisa mencapai kecepatan maksimal. "Meringankan beban motor dan yang kedua untuk memudahkan joki untuk memacu kendaraannya dengan top speed. Misalnya yang saya alami dulu rata-rata motor balap pasti pendek soalnya semakin kencang motor akan semakin susah dikendalikan. Dengan cara merubah sasis dari motor joki bisa lebih nyaman," tandas Andrean saat dihubungi Brilio.net, Rabu (4/10)
Peralatan joki atau pengendara juga tak kalah minimal. Mereka sering hanya menggunakan kaos dan celana jeans ketika balapan. Helm dan pakaian pelindung hanya "diwajibkan" di even resmi saja. Walhasil, mereka akan memacu kendaran mereka dengan kecepatan tinggi dengan menggunakan baju seadanya dan tanpa pengaman. Pakaian yang minim serta peralatan keselamatan yang kurang membuat joki atau pengendara sering tidak selamat ketika mengalami kecelakaan.
Andrean mengatakan rata-rata balap liar tidak memikirkan risiko balapannya. Dan pembalap liar yang rata-rata masih berumur remaja, pikiran masih belum matang.
Joki balap liar hanya mengandalkan kepopuleran ketika bisa membalap dengan kecepatan tinggi tanpa peralatan keselamatan. Faktor gengsi, taruhan, dan bahkan mendapat teman cewek ABG bisa menjadi motivasi seorang joki balap.
Foto: Instagram/@galeribalap_tanapaser
Sementara Rian, joki balap liar mengakui bahwa dia tidak hanya menyalurkan hobi balapnya tapi juga untuk mencari uang. "Yah dari uang taruhan kan nanti ada komisi buat para joki. Bahkan, taruhan bukan sekadar uang tetapi motor," ujarnya dikutip dari Merdeka, Kamis (30/5/2013).
Selain itu, menjadi joki nomor satu akan memperoleh popularitas di antara para wanita. "Pasti itu cewek kan bangga jalan sama kita. Yah nggak mesti diseriusin juga, hanya buat have fun aja. Apalagi kalau cewek knalpot (cepot) ngga mikirin tuh joki ganteng apa jelek. Dia pasti seneng diboncengin," ujarnya.
Taruhan di balap liar sebenarnya sudah menjadi incaran kepolisian. Tak hanya uang, tapi juga kadang 'hadiah' cewek ABG bagi pemenang balap liar. Balap liar itu ada indikasi melakukan perjudian. Joki dapat uang, ada cewek ABG (anak baru gede) untuk hadiah.
Odhy, seorang joki sekaligus pengamat balap liar mobil di Malang mengatakan bahwa adu gengsi menjadi alasan kenapa pembalap terutama menggunakan mobil sering melakukan balap liar. "Mereka biasa adu gengsi antara pembalap atau antar klub," kata Odhy saat dihubungi Brilio, Rabu (4/10).
Di Malang, kata Odhy biasa adu balap pada pagi jam 01.00 sampai 03.00. Kendaraan yang digunakan sering memakai satu lajur dan saling berdempetan. "Pembalap harus berhati-hati karena spion bisa saling bersenggolan," kata Odhy.
Tapi hal ini tak menyurutkan semangat pembalap. Sering juga mereka 'gandeng' atau membalap musuh yang sama berkali-kali.
Mulai dari gengsi, taruhan, hingga cewek, joki drag race mempunyai banyak motivasi untuk melakukan balap liar. Keselamatan bukan nomor satu bagi mereka. Bagi mereka, siapa yang duluan mencapai garis finish berhak mendapatkan semuanya.
Recommended By Editor
- Menelisik Gunung Agung dan spiritualitas warga Bali
- Budaya Indonesia sering diklaim, apa sebenarnya yang dimaui Malaysia?
- Meraup untung dari jualan cari jodoh, bagaimana lika-likunya?
- Kampus dan radikalisme, bagaimana sejarahnya di Indonesia?
- 5 Fakta yang terjadi ketika negara ini mematikan internet