Brilio.net - Pada hari kedua kunjungan kerjanya di Tasikmalaya, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Atip Latipulhayat, didampingi jajaran Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), termasuk Kepala Biro Keuangan dan Barang Milik Negara serta Direktur Sekolah Menengah Pertama (SMP), mengunjungi dua sekolah, yakni SMA Plus Muallimin Rajapolah dan SMP/SMA Nasrul Haq Sukasari. Kunjungan ini dilakukan untuk mendengarkan langsung aspirasi para tenaga pendidik sebagai bagian dari upaya peningkatan mutu pendidikan.
Dalam kunjungannya ke SMA Plus Muallimin Rajapolah, Wamen Atip mengadakan sesi khusus untuk bertemu para guru. Di sana, ia menegaskan bahwa jajaran Kemendikbudristek ingin memahami lebih dalam kondisi yang dihadapi guru sehari-hari dan berkomitmen untuk menindaklanjuti masukan-masukan ini sebagai bahan kebijakan ke depan.
“Kami akan mendengarkan lebih banyak, nanti akan kami tindak lanjuti sebagai masukan bagi kami dalam melahirkan kebijakan ke depannya,” ujar Wamendikdasmen Atip, dikutip brilio.net dari laman kemendikbud.go.id, Kamis (7/11).
Salah satu isu yang menjadi perhatian besar dalam diskusi tersebut adalah kesejahteraan guru. Hal ini sejalan dengan komitmen Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, yang sering menekankan pentingnya kesejahteraan guru sebagai landasan utama dalam peningkatan kualitas pendidikan. Kesejahteraan guru menjadi salah satu prioritas, khususnya dalam upaya Kemendikdasmen untuk mewujudkan pendidikan yang inklusif dan berkualitas sesuai arahan Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto.
foto: kemendikbud.go.id
Tantangan guru sekolah swasta.
Seorang guru dari SMA Plus Muallimin Rajapolah menyampaikan keluhan tentang ketimpangan dukungan antara guru di sekolah negeri dan swasta. Ia menjelaskan bahwa meskipun sekolah swasta memiliki peran penting dalam pendidikan, dukungan dari pemerintah seringkali lebih memadai bagi sekolah negeri, sementara guru-guru di sekolah swasta menghadapi keterbatasan insentif dan fasilitas.
“Peran sekolah swasta sama pentingnya dengan sekolah negeri dalam memajukan pendidikan Indonesia, tetapi kami guru di sekolah swasta sangat terkendala dukungan. Kiranya bisa menjadi masukan bagi pemerintah pusat untuk memberikan kami guru di sekolah swasta bantuan insentif sehingga kami siap bersaing dengan negeri untuk mewujudkan Indonesia Maju,” ungkap guru tersebut.
Menanggapi hal ini, Wamen Atip menyayangkan ketimpangan yang dialami guru-guru di sekolah swasta dan menegaskan bahwa masalah tersebut sudah menjadi perhatian pemerintah. Ia menyebutkan bahwa Kemendikdasmen tengah berupaya menciptakan skema penyelesaian masalah, termasuk kemungkinan adanya penugasan khusus di bidang keuangan dan manajemen kelembagaan untuk memastikan kesejahteraan guru swasta dapat ditingkatkan.
Kendala fasilitas teknologi informasi.
Tidak hanya tentang kesejahteraan, tantangan dalam hal fasilitas Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) juga menjadi sorotan dalam pertemuan tersebut. Taufik, seorang guru Matematika, menyampaikan bahwa kurangnya perangkat TIK di sekolah menyebabkan potensi siswa tidak dapat berkembang secara optimal, terutama saat mengikuti kompetisi dan olimpiade. Menurutnya, keterbatasan perangkat ini menjadi hambatan yang dirasakan siswa dalam mencapai prestasi.
“Kendalanya, waktu dulu saat kegiatan olimpiade kami punya kemampuan, tapi sekarang tidak bisa karena faktor keterbatasan perangkat. Jika berkenan, mohon dijadikan masukan untuk ke depannya,” ucap Taufik.
Wamen Atip menyadari pentingnya fasilitas TIK dalam menunjang pendidikan, khususnya dalam persaingan global yang semakin kompetitif. Ia berjanji akan membahas lebih lanjut persoalan ini dengan tim terkait agar solusi terbaik dapat ditemukan. Sementara itu, Direktur SMP Kemendikdasmen, Imran, menambahkan bahwa pihaknya akan melakukan pemetaan lebih lanjut untuk mengetahui prioritas kebutuhan TIK di setiap sekolah. Hal ini akan mempermudah Kemendikdasmen dalam memberikan dukungan fasilitas yang tepat sasaran.
Selain fasilitas TIK, masalah literasi juga menjadi perhatian para guru. Nurul, seorang guru lainnya, menceritakan bahwa sekolahnya mengalami kesulitan dalam mengakses bahan bacaan yang memadai untuk program literasi. Meskipun sekolah telah menjalankan gerakan literasi, tantangan dalam menyediakan akses ke perpustakaan, termasuk Perpustakaan Nasional, dirasakan cukup berat. Ia berharap pemerintah dapat memberikan perhatian lebih terhadap akses buku agar siswa dapat membaca lebih banyak dan meningkatkan minat literasi mereka.
“Akses ke perpustakaan menjadi sulit, bahkan kami kesulitan untuk mengakses Perpustakaan Nasional. Semoga jadi perhatian karena dalam peningkatan literasi membutuhkan buku,” ungkap Nurul.
foto: X/@itnasaggner
Wamen Atip memahami pentingnya akses ke perpustakaan sebagai sumber belajar bagi siswa. Ia menjanjikan untuk berkoordinasi dengan pihak terkait agar akses ke perpustakaan nasional dapat lebih mudah dijangkau oleh sekolah-sekolah di daerah. Menurutnya, kemampuan literasi harus ditanamkan sejak dini, dan untuk itu, dukungan dari pemerintah sangat diperlukan.
Selain kendala literasi dan TIK, guru-guru juga mempertanyakan bagaimana Kementerian Pendidikan menyikapi perkembangan teknologi, khususnya Artificial Intelligence (AI). Nurul mengungkapkan kekhawatirannya bahwa penggunaan AI bisa membuat siswa menjadi malas berpikir mandiri. Hal ini bertentangan dengan tujuan pendidikan yang ingin meningkatkan literasi dan numerasi secara mandiri.
Wamen Atip menanggapi kekhawatiran tersebut dengan menyatakan bahwa pemerintah saat ini sedang mempertimbangkan regulasi terkait AI dalam pendidikan. Menurutnya, teknologi seperti AI harus dikelola dengan baik agar menjadi alat bantu yang positif, bukan justru menghambat perkembangan kemampuan berpikir kritis siswa. Imran juga menambahkan bahwa pelatihan tentang AI bagi guru dapat membantu mereka memahami dan memanfaatkan teknologi ini dengan baik. Bahkan, ia menyebutkan adanya kerja sama dengan Microsoft dalam pengembangan AI yang membutuhkan banyak partisipan untuk belajar bersama, dan Kemendikdasmen siap memfasilitasi pelatihan tersebut.
Pertemuan ini menjadi kesempatan penting bagi para guru di Tasikmalaya untuk menyampaikan berbagai keluhan dan harapan mereka secara langsung kepada pemerintah. Wamen Atip berharap bahwa aspirasi yang disampaikan oleh para guru dapat memberikan dampak positif dalam kebijakan pendidikan yang akan datang. Sebelum mengakhiri sesi serap aspirasi ini, ia berterima kasih kepada semua guru yang telah berbagi pengalaman dan masalah yang dihadapi.
“Terima kasih kepada Ibu dan Bapak Guru, mudah-mudahan pertemuan kita ini bisa menghasilkan perbaikan-perbaikan pada layanan pendidikan dan kesejahteraan tenaga didik ke depannya nanti,” ungkapnya sebagai penutup pertemuan tersebut.
Dengan berbagai masukan dari para guru, Kemendikdasmen diharapkan dapat merumuskan kebijakan yang lebih inklusif dan mendukung semua pihak dalam sektor pendidikan, baik di sekolah negeri maupun swasta. Hal ini juga mencerminkan komitmen pemerintah dalam mengedepankan kolaborasi, di mana sekolah swasta dipandang sebagai mitra yang setara dalam mencapai tujuan pendidikan nasional yang lebih maju dan berkualitas.
Recommended By Editor
- Penerima beasiswa LPDP tak harus pulang kampung, Mendikti Saintek bebaskan alumni berkarya dimana saja
- Begini hukum pidana bagi pelaku plagiasi skripsi, pahami undang-undang dan cara menghindarinya
- Mengapa plagiasi jadi polemik serius di kalangan akademisi? Begini alasan dan penjelasannya
- Plagiarisme adalah tindakan mengambil karya orang lain, pahami pengertian dan jenis-jenisnya
- Bahas anggaran pendidikan bareng DPR, Mendikdasmen sentil Komisi X dengan lagu Melly Goeslaw