Brilio.net - Kalian pasti ingat nama mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan. Itu lho, sosok yang belakangan ini santer jadi omongan. Mantan rektor Universitas Paramadina ini kembali jadi pembicaraan setelah dirinya maju pada Pilkada DKI Jakarta sebagai calon gubernur. Dia disandingkan dengan Sandiaga S Uno, calon wakil gubernur. Pasangan ini diusung Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Boleh jadi banyak orang bertanya, kok bisa ya Anies diusung Partai Gerindra? Padahal kan saat Pemilihan Presiden 2014 lalu, Anies yang menjadi timses Presiden Joko Widodo (Jokowi) sering banget mengkritik Prabowo Subianto Djojohadikusumo yang notabene pimpinan Partai Gerindra, lawan politik Jokowi.
Pertanyaan menggelitik ini juga yang mencuat pada sesi Conference saat Anies jadi pembicara di hari kedua gelaran IdeaFest 2016 di JCC Senayan, Sabtu (24/9). Kenapa maju dengan kendaraan yang jelas-jelas dulu berseberangan? Dendam kena reshuffle? begitu pertanyaannya.
Dengan lugas, Anies pun menjawab. Ada yang menarik dari pelajaran demokrasi bangsa kita yang majemuk ini. Dia nggak pernah menganggap Prabowo sebagai musuh. Hanya lawan politik. Menurutnya, lawan itu sifatnya saling menguatkan satu sama lain. Sebab antara musuh dengan lawan sangat berbeda.
Tidak pernah ada pertandingan sepak bola disebutkan kesebelasan Indonesia musuh Thailand. Tapi lawan Thailand. Ada kalimat lawan bicara itu artinya teman berbicara. Lawan politik itu artinya teman berpolitik. Nggak banyak orang di Indonesia yang memberikan kesempatan pada orang yang dulu mengkritiknya. Yang ada sekarang malah memberikan kesempatan pada sanak saudaranya, ujar Anies seraya menyampaikan rasa salutnya kepada Prabowo.
Karena itu ketika diundang untuk mengurusi Jakarta,dia pun menyatakan kesiapannya selama dijalankan dengan prinsip-prinsip yang benar. Prinsip-prinsip yang menjaga integritas, menjaga Pancasila. Siapapun yang mengundang adalah partai-partai yang diakui, legal, laik oleh sistem politik kita, jawab Anies.
Ia juga nggak menampik jika dulu berseberangan dengan partai yang kini mengusungnya. Bahkan Anies mengaku sering berseberangan dengan Sandiaga. Kami sering berdebat. Saya pro Jokowi. Sandi pro Prabowo. Tapi yang ingin kita lakukan sekarang bukan mau berseberangan dengan Jokowi. Tapi mengurusi Jakarta. Mengelola Jakarta itu harus fokus mengelola manusianya, masyarakatnya. Bukan kotanya, tegas Anies.
Kesediaannya maju pada Pilkada DKI Jakarta juga bukan karena ada dendam dengan Jokowi akibat kena reshuffle. Saya sudah move on kok, jawab Anies yang disambut tawa para pengunjung yang hadir di Ruang Cendrawasih itu.
Baginya, menjadi DKI-1 bukanlah cita-cita. Tapi ia ingin membawa mimpi perubahan bagi Jakarta. Sebab, dengan membawa mimpi maka harus ditunaikan. Nah untuk bisa menggapai mimpi itu bisa lewat jalan mana saja. Menurut dia mimpi tidak akan berhenti dengan posisi. Mimpi bisa dijalankan lewat jalan manapun. Karena itu jangan cari posisi. Bawalah mimpi.
Kita ingin membuat Jakarta menjadi kota yang lebih baik, kota yang lebih membahagiakan, kota yang melindungi dan kota yang lebih menyejahterakan, kata Anies.
Dalam penentuan siapa DKI-1 dan DKI-2, Anies mengaku tidak terlibat dalam penentuan tersebut. Saya hanya mendengar keputusan saja, tidak terlibat memutuskan itu, kata Anies.
Anies juga belum mengelaborasi visinya tentang masa depan Ibu Kota, mengatakan masif fokus menjalani proses pendaftaran peserta pemilihan kepala daerah untuk saat ini. Kita ikuti dulu prosesnya. Karena tidak bisa proses pencalonan ini berjalan tanpa ditetapkan KPU. Jadi, sekarang fokusnya adalah memastikan seluruh persyaratan, semua proses kita jalani dengan baik, sehingga sampai final dan ditetapkan, ujarnya.
Seperti diketahui, pasangan Anies Baswedan-Sandiaga S Uno akan bersaing dengan calon petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni.