Brilio.net - Bisnis skripsi, dengan cara membuka jasa konsultasi, memang cukup menggiurkan. Bisnis ini tak begitu terlihat di permukaan, namun mudah ditemui praktiknya di kalangan mahasiswa. Dana yang berputar dari bisnis ini pun cukup besar. Apalagi di Yogyakarta terdapat 139 kampus dengan 300.000 mahasiswa yang merupakan pasar besar bagi pelaku bisnis skripsi. Bisnis ini pun sangat menggiurkan bagi siapa saja.
Mahasiswa adalah pasar empuk bisnis ini. Semakin banyak mahasiswa, maka semakin besar peluang bisnis jasa skripsi berkembang. Banyak alasan mahasiswa yang kemudian memilih memanfaatkan jasa ini, meski mereka harus mengeluarkan uang jutaan rupiah. Tarif untuk skripsi bisa mencapai Rp2 juta – Rp 4 juta tergantung jurusan. Ada yang memang malas membuat skripsi, untuk pematangan materi, atau lantaran dosen pembimbing yang rewel.
Bisnis inipun hidup dari saling membutuhkan antara mahasiswa (konsumen) dan penyedia jasa. Bagi penyedia jasa jelas ini adalah lahan bisnis menggiurkan. Sedang bagi mahasiswa, mereka ada jaminan bisa segera lulus kuliah. Oleh karena itu, bisnis inipun berjalan dengan prinsip “tahu sama tahu”. Hampir di semua kampus di Yogyakarta, praktek bisnis skripsi ini bisa ditemui.
AR (sebut saja demikian) menuturkan bahwa ia memutuskan menggunakan jasa konsultasi sekadar untuk pematangan materi dalam tugas akhirnya saja. Hal itu diawali dari salah satu pembimbing yang sulit ditemui, sehingga ia tak mendapat pemahaman sedetail. “Akhirnya ya mencari jasa konsultasi di luar,” katanya.
AR yang kini sudah sarjana mengaku menggunakan jasa konsultasi tahun 2014 lalu. Ia membayar jasa itu sebesar Rp 3,5 juta. Ia dibimbing mulai pemilihan judul, dapat modul dan referensi buku lengkap. “Selain konsultasi skripsi bisa juga meminta bimbingan secara intensif untuk pendalaman topik tertentu dan menjelang sidang tugas akhir ada simulasi untuk pemantapan pemahaman sebanyak 3 kali,” tutur AR kepada brilio.net.
Pola kerja bisnis skripsi.
Tahu sama tahu.
Dalam proses konsultasi, AR diberi jadwal Senin - Jumat mulai pukul 12.00 WIB - 18.00 WIB. Ia menerima materi di ruang kelas layaknya kuliah. Materi-materi diantaranya tentang pertanyaan-pertanyaan yang kemungkinan akan diajukan oleh penguji ataupun penguji saat ujian skripsi.
Alasan berbeda disampaikan oleh AD, sarjana ekonomi lulusan salah satu perguruan tinggi negeri di Yogakarta. Ia menggunakan jasa konsultasi skripsi hanya pada bab 3 dan 4 saja. Bab tersebut berisi tentang olah data dan pembahasannya. AD meyakini dalam pengerjaan skripsi kebanyakan mahasiswa memiliki kendala dan cenderung ingin instan pada bagian olah data.
AD bercerita, awalnya ia sempat kebingungan. Karena hampir kena DO dari kampus. Lalu, ia mengutak-atik data yang diperoleh sekenanya atau bukan dari lapangan. Data itu kemudian dibawa ke penyedia jasa skripsi bagian pengolah data. Ia cukup membayar Rp 500 ribu saja setelah melakukan perbandingan harga dari beberapa penyedia jasa. “Jasa perorangan lebih murah, hanya maksimal Rp 500 ribu, sedangkan kalau lembaga bisa mencapai Rp 1 juta,” tuturnya.
Sebelum menggunakan jasa tersebut, AD tahu bahwa para pemain bisnis skripsi ini memang banyak dari para alumni kampusnya sendiri. Sehingga saat mendapatkan harga yang cocok, AD hanya perlu bertemu dengan penyedia jasa di suatu tempat yang disepakati, untuk menyerahkan data agar bisa diolah. Setelah data itu diterima penyedia jasa, maka AD dan penyedia jasa akan berdiskusi sebelum mengerjakannnya. Setelah disepakati hasil olah data yang diharapkan, barulah dua minggu kemudian AD kembali menemui penyedia jasa untuk meminta penjelasan cara membaca data dan membayar tarif jasanya.
Menurut dia, dosen pembimbingnya tahu jika dirinya menggunakan jasa pihak lain. Namun hal itu bukan jadi masalah lantaran praktik semacam itu sudah menjadi rahasia umum di kalangan civitas akademik kampus. Selain tidak ada larangan dari kampus, pembahasan teknis pengolah data juga kerap tidak dibicarakan selama bimbingan skripsi.
Iklan bisnis skripsi di pinggir jalan.
Lalu siapa saja sih yang ‘bermain’ dalam lingkaran bisnis ini? Brilio.net mencoba menelusuri siapa saja yang mengambil untung dalam bisnis ini. Beberapa penyedia jasa enggan memberikan keterangan, namun sebagian kecil mau berbagi informasi karena mereka menganggap bahwa bisnis skripsi adalah bisnis legal sebagaimana bisnis bimbingan belajar (bimbel) yang banyak diterapkan di tingkat sekolah.
Salah satu penyedia jasa, lembaga Era Group milik Racmad Hadi Mulyono. Era Group berkantor di sekitar kampus negeri di Yogyakarta. Rachmad menuturkan, ia ingin membantu memberi pengetahuan kepada mahasiswa yang mengerjakan skripsi. Dan terkadang ia harus bersaing dengan dosen.
"Dulu saya pernah menerima mahasiswa yang minta bimbingan skripsi. Namun di tengah jalan ada yang berhenti bimbingan karena dosen tersebut menawarkan bantuan dengan tarif yang lebih ringan. Dan saya pun mempersilahkan mahasiswa tersebut. Saya meyakini bisnis skripsi di kalangan kampus memang ada dan terbilang banyak, minimal dalam olah data," ungkap Rachmad.
Ia melihat bisnis skripsi bukan hal buruk. Karena ia berkeyakinan apa yang dilakukaknnya bisa menjadi jembatan bagi orang-orang yang ingin mencapai cita-citanya agar lulus perguruan tinggi. “Ada banyak mahasiswa dari luar jawa yang ke sini (Yogyakarta) untuk kuliah dan dibiayai pemerintah daerahnya, namun hanya karena ada permasalahan skripsi, sehingga ia tidak berani pulang dan tak bisa mengabdikan ilmunya,” katanya.
Salah satu iklan bisnis skripsi di internet.
Adanya dosen yang ikut berebut untung dalam bisnis ini juga diiyakan oleh Surahma Asti Mulasari dari bagian Badan Penjaminan Mutu Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Ia melihat bisnis jasa skripsi suda sejak lama. Karena biasanya mereka membuka kantornya di sekitar kampus. Mereka rata-rata berkedok membantu mahasiswa olah data. Bahkan terkait tuduhan dosen yang bermain dalam dunia bisnis jasa skrips, Asti membenarkan hal tersebut. Pasalnya memang Asti mengetahui ada dosen yang membuat kelompok bisnis kemudian menjadi penyedia jasa tidak hanya mahasiswa S1 bahkan juga S2 hingga S3.
Menurut Asti ada tiga jenis jasa-jasa yang diketahui pihak kampus: yaitu Jasa konsultasi Skripsi, Jasa Olah data dan Jasa Pembuatan Skripsi. Sebenarnya pihak kampus memperbolehkan mahasiswa menggunakan jasa olah data tersebut. Asti menyadari memang ada beberapa olah data yang cukup rumit untuk dikuasi mahasiswa. ”Mereka bukan tidak paham hanya saja kurang mahir. Sehingga menggunakan jasa untuk menggolahkan diperbolehkan dan dosen memaklumi hal itu. Akan tetapi mahasiswa tetap harus mampu mengintepretasikan hasil olah data tersebut saat ujian skripsinya,” ujar Asti.
Sementara Rian (bukan nama sebenarnya), salah satu penyedia jasa skripsi mengatakan maraknya bisnis ini lantaran dosen pembimbing mau enaknya saja. Dosen-dosen punya sedikit waktu dan seringkali memaksakan kehendaknya terkait skripsi mahasiswanya. “Saya melihat mahasiswa itu kerap bingung karena dosen terlalu sedikit memberi bimbingan. Padahal Skripsi itu langkah terakhir, saya kasihan kalau ada yang sudah kuliah 4 tahun tapi gagal mendapatkan gelarnya hanya karena skripsi,” tuturnya. (bersambung)