Brilio.net - Indonesia Butuh Anak Muda. Begitulah gerakan yang diinisiasi media berbasis digital, Narasi. Co-founder Narasi Najwa Shihab, yang juga tuan rumah Mata Najwa sengaja menggelorakan gerakan ini untuk mengajak anak muda menunjukan eksistensi mereka terhadap kemajuan negeri ini ke depan.
Ada banyak alasan mengapa anak muda yang menjadi sentral gerakan. Sejak lama sejarah membuktikan bahwa anak muda selalu membawa perubahan. Lewat gerakan ini anak muda diajak bersama-sama #bergerakdari sekarang untuk melakukan perubahan demi Indonesia yang lebih baik di masa depan.
“Mari berdaya bersama karena negeri ini butuh anak muda. Ada begitu banyak alasan mengapa negeri ini butuh anak muda. Sejarah sudah menunjukan betapa anak muda selalu berperan di setiap gerakan negeri. Betapa anak muda itu adalah orang-orang yang mau belajar dan berani mengambil risiko. Kalau gagal akan mencoba lagi,” ujar Najwa kepada Brilio.net saat ditemui di acara gerakan Indonesia Butuh Anak Muda di Ciputra Artpreneur Jakarta, belum lama ini.
Salah satu inisiator Narasi itu juga menegaskan bahwa negeri ini relatif masih muda. Karena itu perlu dikelola dan diperjuangkan oleh anak-anak muda yang masih punya semangat untuk terus mau mencoba hal baru. Menurut Nana, begitu Najwa Shihab biasa disapa, anak muda saat ini dunianya teknologi. Mereka hidup di mana teknologi memengaruhi setiap aspek kehidupan.
“Karenanya butuh anak muda yang paham bagaimana memberdayakan teknologi dan bukan diperdayakan teknologi. Jadi itu beberapa alasan kenapa Indonesia butuh anak muda,” ucap Nana.
Sebaliknya, gerakan ini juga mengandung pesan yang mesti dibaca oleh generasi tua untuk berubah, khususnya mereka yang masih menggunakan kacamata kuda dalam melihat berbagai persoalan. “Sebaiknya (generasi tua) membuka kacamatanya. Lalu saksikan Mata Najwa karena Mata Najwa selalu fokus pada pergerakan anak muda,” tegas Nana.
Tentu saja gerakan ini bukan untuk memunculkan dikotomi genarasi muda dan tua. Kata “muda” yang diusung bukan mempersoalkan rentang angka usia tertentu. Namun “muda” di sini diterjemahkan pada soal semangat dan pandangan.
“Anak muda itu yang percaya bahwa beda itu biasa. Jadi orang yang toleran dan bisa melihat perbedaan sebagai kekayaan itu ciri-ciri anak muda. Jadi anak muda yang masih sensitif dan suka baperan itu bukan anak muda. Tapi anak muda yang sudah kadaluwarsa. Jadi sebenarnya definisi muda itu menggambarkan kualitas atau sifat-sifat pada seseorang. Lebih pada semangatnya,” lanjut Nana.
Tiga menteri muda hadiri satu dekade Mata Najwa (Dok. Narasi)
Dalam acara gerakan Indonesia Butuh Anak Muda dihadirkan empat Pilar Topik yang menjadi fokus yaitu Peduli Bumi, Bijak di Internet, Budaya Populer dan Cerita Manusia. Gerakan ini dikemas dalam sebuah kombinasi antara conference, community talks, exhibition #BergerakDari dan instalasi.
Ada berbagai kegiatan dalam acara yang juga sebagai momen Satu Dekade Mata Najwa bertajuk “Kita Bisa Apa”. Nah dalam merayakan 10 tahun perjalanan mengawal negeri ini, dihadirkan episode spesial #1DekadeMataNajwa yang mengetengahkan berbagi gagasan dan ide melalui berbagai tokoh dan figur publik tentang apa yang baik untuk Indonesia 10 tahun ke depan. Dalam acara itu dihadirkan tiga sosok muda Menteri Kabinet Indonesia Maju yakni Wishnutama (Menparekraf), Erick Thohir (Menteri BUMN) dan Nadiem Makarim (Mendikbud).
“Kami ingin memberikan perspektif kepada anak muda bahwa apa yang terjadi hari ini, berpengaruh terhadap posisi mereka dan Indonesia di masa depan. Menghadirkan gambaran nyata, apa yang terjadi jika anak muda memilih untuk berpartisipasi atau anti-partisipasi. Mempertajam konteks dan pesan sekaligus membumikannya ke dalam bentuk partisipasi nyata yang bisa dilakukan anak muda,” tutur Najwa.
Bukan cuma menghadirkan sosok-sosok muda inspiratif, gerakan ini juga mengajak mulai #bergerakdari Ruang Partisipasi, Ruang Instalasi, Ruang Mata Kita, dan Ruang Bisa Apa. Ada beragam instalasi mengenai berbagai masalah anak muda hari ini di Ruang Instalasi.
Di Ruang Kita Bisa Apa ada konferensi dari 10 pembicara di antaranya Pandji Pragiwaksono, Kunto Aji, Najelaa Shihab (penggagas #SemuaMuridSemuaGuru), Ayu Kartika Dewi (Staf Khusus Presiden & Co-founder SabangMerauke), Arief Aziz (Country Director Change.Org), Gede Robi (Musisi/aktivis Pulau Plastik), Tiza Mafira (Director Diet Kantong Plastik dan Climate Polici Initiative), Handayani (Direktur Konsumer PT. Bank Rakyat Indonesia), Aakar Abyasah Fidzuno (CEO & Founder of Jouska Indonesia), Faizal R. Djoemaji (Direktur Digital Business Telkom Indonesia).
Recommended By Editor
- 5 Tanda ini tunjukkan kamu calon pemimpin top dunia yang inspiratif
- 5 Rahasia millenial jadi pemimpin hebat era industri 4.0
- Kompetisi basket 3x3 ini digelar sepanjang tahun, yuk gabung
- 6 Fakta Piala Presiden e-Sports 2020, ada game lokal yang dilombakan
- Nih 2 Juara Pucuk Cool Jam 2020 Make The Journey Louder