Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menegaskan komitmen pemerintah untuk menyongsong Indonesia Emas 2045. Menurut Gibran, kunci utama dalam mencapai tujuan tersebut adalah melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimulai dari perbaikan sistem pendidikan.

Dia berpendapat bahwa salah satu langkah penting adalah dengan menghapus kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang menerapkan sistem zonasi. Gibran telah meminta Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, untuk meninjau kembali kebijakan yang ditinggalkan oleh menteri sebelumnya.

"Saya sampaikan secara tegas kepada Pak Menteri Pendidikan, 'Pak, sistem zonasi ini harus dihilangkan,'" ungkap Gibran saat berpidato di acara Pembukaan Tanwir I Pemuda Muhammadiyah di Jakarta, dilansir brilio.net dari liputan6.com, Kamis (21/11). 

Lebih lanjut, Gibran juga menekankan pentingnya memasukkan pelajaran coding, programming, dan digital marketing ke dalam kurikulum sekolah. "Penting sekali untuk mengajarkan anak-anak kita tentang coding dan digital marketing sejak dini," tambahnya.

Dia menegaskan bahwa misi menuju Indonesia Emas 2045 bukanlah tugas individu, melainkan memerlukan kolaborasi dari semua pihak. "Mari kita bekerja keras, fokus, dan cerdas untuk mencapai tujuan ini," tutup Gibran.

Dalam kesempatan lain, Gibran juga meminta Kepala Dinas Pendidikan di seluruh Indonesia untuk mengevaluasi kembali sistem PPDB jalur zonasi. Dia mencatat bahwa distribusi guru di berbagai daerah masih belum merata, yang menjadi salah satu alasan mengapa sistem zonasi belum sepenuhnya efektif.

"Zonasi adalah program yang baik, tetapi kita perlu mempertimbangkan jumlah guru yang tidak merata di setiap provinsi," jelasnya. Gibran juga mengingatkan bahwa fasilitas pendidikan di setiap sekolah juga belum merata, yang sering kali membuat siswa harus pindah domisili untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.

"Setiap tahun kita melihat fenomena yang sama, di mana banyak siswa yang pindah demi mendapatkan pendidikan di sekolah yang diinginkan. Ini perlu kita kaji lebih dalam," pungkasnya.