Brilio.net - Kekerasan terhadap anak memang jadi masalah serius di Indonesia. Pemerintah dan banyak organisasi terkait, berupaya keras untuk menangani kasus ini. Menurut data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), angka kekerasan di tahun 2024 terhadap anak masih terus naik dan menunjukkan tren yang cukup memprihatinkan.

sekolah khusus anak korban kekerasan © 2024 brilio.net

foto: Tangkapan Layar KemenPPPA

Grafik di atas menunjukkan bahwa kelompok umur 6-12 tahun memiliki persentase korban sebesar 20,6 persen, menjadikannya salah satu kelompok terbesar dalam distribusi korban berdasarkan usia.

Angka ini menempatkan kelompok umur 6-12 tahun di posisi ketiga setelah kelompok umur 13-17 tahun (35,8 persen) dan 25-44 tahun (20,8 persen). Proporsi yang signifikan ini mengindikasikan bahwa anak-anak usia sekolah dasar juga rentan menjadi korban, hampir setara dengan kelompok usia dewasa muda.

Angka ini menunjukkan juga, remaja dan dewasa muda lebih rentan menjadi korban dibandingkan kelompok usia lainnya.

Menanggapi keresahan ini, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka akan mengusulkan kepada Presiden Prabowo Subianto untuk mendirikan sekolah khusus bagi anak-anak korban kekerasan. Usulan ini berangkat dari inisiatif Menteri Pendidikan Menteri Dasar dan Menengah, Mendikdasmen, Abdul Mu'ti, dengan tujuan memberikan perhatian lebih kepada anak-anak yang telah mengalami trauma akibat kekerasan.

Wapres menilai ide tersebut penting untuk direalisasikan agar anak-anak yang mengalami kekerasan, termasuk kekerasan seksual, mendapatkan atensi khusus yang mereka butuhkan, tanpa harus dikeluarkan dari sekolah.

"Jangan sampai mereka malah dikeluarkan dari sekolah. Kalau bisa kita beri atensi khusus, kalau bisa dibangunkan sekolah khusus untuk mereka. Ini idenya Pak Menteri ya, bukan ide saya. Dan ini saya kira ide yang sangat baik," kata Wapres saat memberi arahan dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Evaluasi Pendidikan Dasar dan Menengah di Jakarta.

sekolah khusus anak korban kekerasan © 2024 brilio.net

foto: Youtube/Wakil Presiden Republik Indonesia

Selain itu, Wapres juga optimis ide ini akan mendapat dukungan penuh dari Presiden Prabowo Subianto.

"Saya kira nanti kalau dilaporkan ke Pak Presiden Prabowo, beliau pasti akan menyambut baik juga. Jadi sekolah khusus untuk para-para korban-korban kekerasan, ini saya kira sangat baik sekali," kata Wapres.

Sebelumnya, Mendikdasmen Abdul Mu'ti dalam sambutannya mengatakan rakor tersebut dihadiri oleh para kepala Dinas Pendidikan dari seluruh Indonesia dan sejumlah kepala daerah yang diundang secara khusus.

sekolah khusus anak korban kekerasan © 2024 brilio.net

foto: Instagram/@abe_mukti

Dalam pesan singkatnya, Siti Zoura Humaira sebagai anggota Persatuan Orang Tua Peduli Pendidikan memberikan keterangan kepada Brilio.net. Menurutnya, anak-anak yang mengalami kekerasan memang membutuhkan perhatian lebih dalam pendidikan mereka.

"Anak-anak yang mengalami kekerasan memang butuh perhatian khusus dan lingkungan yang aman untuk bisa bangkit lagi dan tetap melanjutkan pendidikan mereka," kata Siti kepada Brilio.net.

Sekolah khusus ini dianggap sebagai salah satu solusi yang baik untuk mendukung proses pemulihan psikologis anak-anak korban kekerasan. Dengan lingkungan yang lebih aman dan mendukung, mereka bisa kembali melanjutkan pendidikan tanpa rasa takut atau stigma yang sering mereka dapatkan di sekolah umum.

Siti Zoura juga menekankan pentingnya mekanisme yang hati-hati dalam mengidentifikasi anak-anak yang berhak masuk ke sekolah ini.

"Bagaimana memastikan bahwa hanya anak-anak yang benar-benar mengalami kekerasan yang masuk ke sekolah khusus ini. Karena, sering kali kekerasan tidak mudah dideteksi," ujarnya kepada Brilio.net.

Identifikasi yang tepat dan sensitif terhadap kondisi anak sangat penting untuk memastikan bahwa sekolah ini hanya untuk mereka yang membutuhkan bantuan pemulihan. Hal ini akan menghindari kesalahan kategori yang bisa merugikan anak-anak yang seharusnya tidak perlu dipindahkan ke sekolah khusus.