Brilio.net - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Prof. Abdul Mu'ti baru-baru ini menyampaikan bahwa kementeriannya tengah menyiapkan langkah untuk memberikan perhatian lebih terhadap guru agama di sekolah-sekolah umum. Hal ini diutarakannya setelah adanya keluhan dari seorang guru agama yang merasa bahwa perhatian pemerintah terhadap guru agama berbeda dibandingkan dengan guru mata pelajaran lain. Diskusi ini muncul dalam sebuah pertemuan antara Mendikdasmen dengan para guru di SMK 3 Muhammadiyah, Palembang, pada Jumat (1/11) lalu.

Keluhan tersebut disampaikan oleh seorang guru agama dari SMK 3 Muhammadiyah Palembang, yang mengungkapkan keresahannya atas kurangnya perhatian pemerintah terhadap guru agama. Guru tersebut merasa bahwa dirinya dan rekan-rekan seprofesinya cenderung dianaktirikan dan tidak mendapatkan perhatian yang setara dengan guru-guru mata pelajaran umum lainnya.

"Kami merasa di-anak tiri-kan, tidak mendapat perhatian seperti guru umum lain," ungkapnya.

Menanggapi hal tersebut, Abdul Mu'ti mengakui adanya beberapa kendala yang dihadapi oleh para guru agama di sekolah-sekolah umum. Menurutnya, setidaknya ada tiga permasalahan utama yang perlu segera diatasi terkait dengan kondisi para guru agama. Pertama, persoalan pembinaan guru agama yang berbeda dengan guru-guru lain. Kedua, terkait jumlah tenaga pengajar agama yang saat ini masih belum mencukupi. Ketiga, masalah yang berkaitan dengan pengembangan jenjang karier bagi guru agama.

Mendikdasmen menjelaskan bahwa kondisi yang dialami oleh guru agama ini sebenarnya bukan hal baru dan juga dialami oleh banyak guru lainnya. Abdul Mu'ti mencontohkan pengalamannya sendiri, di mana istrinya yang juga seorang guru agama di sekolah umum turut merasakan tantangan serupa. “Pembinaan guru agama itu ada di bawah Kementerian Agama, sementara pekerjaan mereka berada di wilayah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Jadi, ada semacam perbedaan pengelolaan yang dirasakan oleh guru agama,” jelasnya seperti dikutip brilio.net dari laman Kemendikbud.

Perbedaan status dan peran guru agama di sekolah umum.

diskriminasi guru agama Berbagai sumber

foto: Instagram/@abe_mukti

Sebagaimana diketahui, guru agama di sekolah-sekolah umum memiliki status yang unik. Secara administratif, pembinaan mereka berada di bawah Kementerian Agama (Kemenag), sementara tugas mereka dalam mengajar adalah di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Struktur ini menimbulkan semacam dualisme yang menyebabkan guru agama terkadang merasa "terpisah" dari guru mata pelajaran lain, baik dalam hal pembinaan maupun kesempatan pengembangan diri.

Mendikdasmen menegaskan bahwa pihaknya akan terus berdiskusi dengan Menteri Agama, Nasaruddin Umar, untuk menemukan solusi yang bisa mengatasi persoalan ini. Salah satu tujuan dari pembahasan ini adalah agar guru agama di sekolah umum bisa merasakan perhatian yang sama, baik dari segi pembinaan maupun pengembangan karier, seperti guru mata pelajaran lain. Harapannya, langkah ini akan menciptakan iklim yang lebih adil bagi guru agama di seluruh Indonesia.

Dalam rangka meningkatkan kualitas guru agama, Abdul Mu'ti menjelaskan beberapa langkah yang akan ditempuh oleh kementeriannya. Salah satu langkah utama adalah dengan memberikan pelatihan bagi para guru agama, yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan karakter mereka.

Pelatihan ini tidak hanya akan difokuskan pada pengembangan pengetahuan, tetapi juga meliputi aspek pembentukan karakter yang sangat penting bagi guru agama. “Mengajar bukan hanya soal transfer ilmu, tetapi juga nilai-nilai utama yang menjadi pondasi bagi semua mata pelajaran. Penanaman karakter ini bukan hanya tugas guru agama, tetapi juga semua guru,” tambahnya.

Langkah ini diyakini penting, terutama bagi guru agama yang diharapkan bisa menjadi teladan dalam hal perilaku dan karakter positif bagi para siswa. Mu'ti menekankan bahwa pelatihan karakter ini sejalan dengan upaya penguatan pendidikan karakter di sekolah. Semua guru, baik guru agama maupun guru mata pelajaran lain seperti olahraga atau matematika, memiliki peran penting dalam membangun karakter siswa.

Abdul Mu'ti juga mengingatkan bahwa peran guru agama tidak terbatas di sekolah negeri saja. Menurutnya, guru agama di sekolah-sekolah swasta memiliki kontribusi yang sama pentingnya dalam mendidik dan membentuk karakter siswa. Mu'ti menekankan bahwa swasta bukanlah kompetitor bagi sekolah negeri, melainkan mitra pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan. Kerja sama antara guru di sekolah swasta dan negeri sangat diperlukan agar pendidikan karakter bisa tercapai di semua lapisan sekolah.

Menurutnya, isu diskriminasi dan pembinaan guru agama di sekolah umum merupakan masalah besar yang perlu segera diselesaikan. Upaya ini bertujuan agar guru agama tidak merasa terpinggirkan atau memiliki posisi yang berbeda dibandingkan dengan guru mata pelajaran lain. Dengan sinergi yang baik antara guru agama di sekolah negeri dan swasta, pendidikan karakter diharapkan bisa menjadi prioritas utama yang didukung oleh semua pihak.

diskriminasi guru agama Berbagai sumber

foto: Instagram/@abe_mukti

Sebelum mengeluarkan kebijakan baru terkait guru agama, Abdul Mu'ti menekankan pentingnya melakukan pemetaan yang akurat untuk memahami masalah ini secara menyeluruh. Kementeriannya akan terlebih dahulu mencari data dan memahami akar permasalahan yang dialami oleh para guru agama. Menurutnya, kebijakan yang baik harus didasarkan pada data yang valid sehingga dapat memberikan solusi yang efektif. “Kami dari pemerintahan tidak bisa membuat kebijakan tanpa dasar yang kuat. Jadi, saat ini kami sedang meneliti dan menelisik data untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil benar-benar sesuai dengan kebutuhan di lapangan,” ungkapnya.

Selain masalah diskriminasi dan pembinaan, Mu'ti menyebutkan bahwa kementeriannya juga tengah mempelajari berbagai isu lainnya yang dihadapi oleh para guru, seperti gaji dan fasilitas yang mereka terima. Ia menegaskan bahwa langkah-langkah ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik bagi semua guru di Indonesia, termasuk guru agama yang selama ini merasa kurang mendapatkan perhatian.

Langkah yang ditempuh oleh Abdul Mu'ti ini diharapkan bisa membawa perubahan positif bagi para guru agama di sekolah umum. Dengan adanya perhatian lebih dalam hal pembinaan dan pengembangan karier, guru agama diharapkan bisa merasakan dukungan yang sama seperti guru mata pelajaran lain. Harapannya, guru agama tidak lagi merasa dianaktirikan dan bisa berkontribusi secara maksimal dalam mencerdaskan generasi muda dan membentuk karakter siswa.