Baru-baru ini, Kota Tangerang menjadi sorotan setelah seorang sopir truk kontainer, JFN (24), terlibat dalam insiden ugal-ugalan yang menabrak belasan pengendara. Menariknya, polisi mengungkapkan bahwa JFN sebenarnya adalah seorang kernet dan tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).
Kapolres Metro Tangerang, Kombes Pol Zain Dwi Noegroho, menjelaskan, "Iya mbak, dia kernet dan saat ini belum ada SIM yang ditemukan." Hal ini menunjukkan bahwa pelaku tidak berhak untuk mengemudikan truk tersebut.
Polisi kini sedang menyelidiki keberadaan sopir asli dan asal muasal truk tersebut, dengan dugaan bahwa truk kontainer itu mungkin merupakan kendaraan curian. "Kita sedang dalamin mbak," tambah Kapolres.
Identitas pelaku sudah terungkap. Jhevanser Fajar Nirwanantara, 24 tahun, berasal dari Dusun Sawahan, Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Ia mengemudikan truk wing boks dengan nomor polisi B-9727-UEU, namun belum diketahui muatan dan perusahaan asalnya.
Setelah insiden tersebut, JFN mengalami luka serius dan saat ini dirawat di RSUD Kabupaten Tangerang akibat amuk massa. Kapolres juga menambahkan bahwa pelaku positif mengkonsumsi metamphetamine atau sabu. "Kita sudah lakukan tes urine, dan hasilnya menunjukkan adanya kandungan sabu," jelasnya.
Polisi kini tengah melakukan penggeledahan di truk dan menemukan barang bukti lain terkait kepemilikan narkoba. Kepala Humas RSUD Kabupaten Tangerang, dr Hilwani, menambahkan bahwa hasil pemeriksaan awal menunjukkan pelaku terindikasi mengonsumsi obat terlarang saat berkendara.
Akibat dari penggunaan sabu, sopir truk tersebut mengemudikan kendaraannya dengan cara yang sangat berbahaya, yang mengakibatkan enam orang menjadi korban, termasuk pengendara, sopir ojek online, dan pejalan kaki.
Lebih lanjut, pelaku mengalami pendarahan di kepala akibat kecelakaan tersebut dan harus dirawat di ruang intensif RSUD Kabupaten Tangerang. "Yang dirawat di sini hanya sopir truknya saja. Dirawat di ruang intensif," kata dr Hilwani.
Ruang intensif memiliki fasilitas mirip dengan ICU, meskipun tidak dilengkapi dengan mesin bantu pernafasan. Pelaku mengalami penurunan kesadaran, namun masih bisa diajak berkomunikasi.