Brilio.net - Kisah Hendra Brudy seorang guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memilih resign untuk menjadi content creator mencuri perhatian publik. Dalam unggahan TikTok-nya, @hendrabrudy, ia menceritakan perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan dan alasan di balik keputusan berani untuk meninggalkan statusnya sebagai PNS.

Hendra mengaku merasa terjebak dalam lingkungan yang toxic. Kisahnya ini mengundang pertanyaan besar. Mengapa banyak abdi negara seperti Hendra yang merasa tak bahagia dan bahkan memilih resign? Apa yang sebenarnya terjadi di balik layar kehidupan seorang PNS?

Ternyata, kisah Hendra bukanlah yang pertama. Fenomena burnout di kalangan PNS kini semakin menjadi perhatian, terutama di tengah tuntutan pekerjaan yang semakin tinggi dan banyaknya ekspektasi.

Dikutip Brilio.net dari Aesculapius Medical Journal, burnout atau kelelahan fisik dan mental mengakibatkan stres yang berkepanjangan. gejala ini dirasakan oleh banyak PNS, termasuk guru. Mereka sering merasa terjebak dalam rutinitas yang monoton, kurangnya apresiasi, dan beban kerja yang terus bertambah, sementara kesejahteraan mental mereka kerap kali terabaikan.

Seperti yang dialami Hendra, banyak PNS merasa kewalahan menghadapi tekanan pekerjaan yang tidak sebanding dengan penghargaan yang mereka terima. Untuk guru, tantangan ini semakin besar, terutama dalam menghadapi situasi di kelas yang semakin kompleks.

Hendra Brudy resign dari ASN  2024 TikTok

foto: Instagram/@hendrabrudy

Dengan jumlah siswa yang terus meningkat, tuntutan administratif yang terus berkembang, serta perubahan kurikulum yang sering terjadi, tak jarang membuat guru merasa frustasi dan tertekan. Stres yang berkepanjangan ini akhirnya berujung pada burnout, yang jika tidak segera ditangani, bisa berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik seorang PNS.

Penelitian yang dilakukan di Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan, dan Kawasan Permukiman (DPUPRPKP) Provinsi Bali mengungkapkan fakta yang cukup mengejutkan. Penelitian ini melibatkan 150 PNS dan menunjukkan bahwa sebagian besar mengalami tingkat burnout yang cukup tinggi. Dikutip Brilio.net, hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 68,9% PNS di lingkungan tersebut berada dalam kondisi burnout dengan tingkat sedang.

Sementara itu, tingkat motivasi kerja mereka tercatat cukup rendah, dengan 70% PNS melaporkan memiliki motivasi yang tinggi. Namun, meskipun angka motivasi mereka tergolong tinggi, banyak dari mereka tetap merasa kelelahan mental dan emosional akibat tekanan yang terus-menerus.

Hubungan antara burnout dan motivasi kerja sangat erat. Penelitian tersebut menemukan adanya korelasi negatif yang signifikan antara kedua hal ini, dengan koefisien korelasi mencapai -0,959. Artinya, semakin tinggi tingkat burnout yang dialami, semakin rendah pula motivasi kerja mereka.

Tentu saja hsil ini semkain menjelaskan mengapa banyak PNS, termasuk Hendra, merasa tak lagi memiliki semangat untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Mereka merasa terjebak dalam rutinitas yang tidak memberi kepuasan batin dan emosional.

Keputusan Hendra untuk resign dari statusnya sebagai guru PNS dan beralih menjadi content creator bukanlah keputusan yang mudah. Namun, ini mencerminkan perubahan besar dalam dunia kerja, terutama di era digital saat ini.

Teknologi telah membuka banyak peluang baru yang memungkinkan seseorang untuk mencari penghidupan di luar jalur tradisional, termasuk menjadi content creator. Banyak orang kini memilih untuk mengembangkan diri di platform digital karena lebih bebas, fleksibel, dan dapat memberikan kepuasan pribadi yang lebih besar.

Bagi Hendra, menjadi content creator memberinya kebebasan untuk mengekspresikan diri dan lebih mengontrol kehidupannya, sesuatu yang tidak bisa ia dapatkan sebagai PNS.

Perubahan paradigma ini tentunya menggugah banyak orang, khususnya mereka yang merasa tertekan dalam pekerjaan. Kehidupan sebagai PNS seringkali dipandang sebagai pekerjaan yang stabil dan terhormat. Namun kenyataannya banyak orang yang merasa tidak bahagia karena berbagai faktor.

Burnout adalah salah satu penyebab utamanya, di mana stres dan kelelahan yang terus-menerus menyebabkan individu kehilangan gairah dan motivasi untuk bekerja. Tidak jarang, mereka merasa bahwa pekerjaan mereka tidak dihargai, terutama di sektor-sektor yang kurang mendapat perhatian seperti pendidikan dan pelayanan publik.

Selain itu, faktor lingkungan kerja yang kurang mendukung juga berperan besar dalam menciptakan burnout. Kurangnya komunikasi yang efektif antara atasan dan bawahan, tuntutan pekerjaan yang tidak realistis, serta kurangnya apresiasi terhadap kinerja PNS semakin memperburuk kondisi mental mereka.

PNS sering merasa bahwa mereka bekerja tanpa mendapat dukungan yang cukup, baik dari segi fasilitas maupun penghargaan atas kerja keras mereka. Ketidakjelasan dalam jenjang karier dan minimnya kesempatan untuk berkembang juga menjadi faktor yang membuat mereka merasa tidak dihargai.

Fenomena ini menunjukkan betapa pentingnya untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih manusiawi dan mendukung kesejahteraan mental para PNS. Burnout bukan hanya berdampak pada produktivitas, tetapi juga pada kualitas kehidupan pribadi dan keluarga seorang PNS.