Brilio.net - Dunia tengah menghadapi wabah Corona (COVID-19) yang telah ditetapkan sebagai pandemi. Wabah yang bermula dari Wuhan, China ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia dan mengakibatkan ribuan orang meninggal dunia.

Di tengah wabah yang terus menyebar, para peneliti di seluruh dunia juga mulai mengembangkan vaksin yang dapat menghentikan virus ini agar tidak menginfeksi lebih banyak orang. Dalam proses menemukan vaksin ini, tentu saja akan ada uji coba kepada manusia untuk mengetahui efektivitas vaksin tersebut.

Uji coba vaksin ini tentunya membutuhkan beberapa volunteer atau relawan. Kendati demikian, tidak mudah menemukan orang yang berkenan menjadi relawan untuk diujikan vaksin. Melansir dari The New York Times, Senin (17/3), peneliti Amerika Serikat yang mengembangkan vaksin Corona telah memilih empat pasien untuk menjadi kandidat uji coba vaksin Corona.

Pasien pertama yang menerima uji coba vaksin ini adalah Jennifer Haller, seorang ibu dua anak yang berusia 43 tahun. Vaksin yang disuntikkan kepada Jennifer dipastikan tidak dapat menyebabkan COVID-19. Namun, vaksin ini mengandung kode genetik tidak berbahaya yang disalin dari virus yang menyebabkan penyakit tersebut.

uji coba kandidat vaksin Corona  2020 pixabay.com

foto: pixabay.com

Sementara itu, tiga pasien lainnya mengantre untuk menerima suntikan vaksin. Dosis yang diberikan kepada masing-masing pasien berbeda. Para pasien juga akan dimonitor untuk melihat efektivitas vaksin Covid-19 yang tengah dikembangkan tersebut. Sekadar diketahui, penelitian vaksin ini dipimpin oleh Dr. Lisa Jackson dari Kaiser Permanente.

Tahapan penting dalam pengembangan vaksin ini telah dilakukan, namun Dr. Anthony Fauci dari Institut Kesehatan Nasional AS telah memperingatkan bahwa vaksin mungkin tidak tersedia untuk konsumsi massal selama 12 hingga 18 bulan. Kandidat vaksin ini sendiri diberi nama kode mRNA-1273, dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi NIH dan Massachusetts, Moderna Inc.

Tim lain juga secara bersamaan menjalani penelitian dan pengujian untuk vaksin mereka sendiri. Inovio Pharmaceuticals misalnya, diperkirakan akan memulai studi keamanannya sendiri bulan depan di AS, China, dan Korea Selatan.