Brilio.net - Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi menetapkan keputusan tentang larangan penjualan rokok secara ketengan atau batangan. Rencana ini terungkap dalam salinan keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 2022 tentang Program Penyusunan Peraturan Pemerintah tahun 2023. Keppres tersebut ditetapkan pada 23 Desember 2022 dan telah ditandatangani Presiden Jokowi.
"Pelarangan penjualan rokok batangan," tulis keterangan yang diunggah di situs resmi Kementrian Sekretariat Negara, dilansir brilio.net pada Senin (26/12).
Aturan pelarangan penjualan rokok batangan ini merupakan turunan dari Pasal 116 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dalam aturan Keppres ada tujuh poin yang menjadi pokok materi muatan, antara lain soal penjualan rokok batangan, rokok elektrik, dan iklan di media.
foto: Instagram/@jokowi
Ke depannya, pemerintah juga akan aktif melakukan pelarangan memasang iklan, promosi, hingga sponsorship di media informasi. Pengawasan bakal dilakukan secara intensif di media informasi, penyiaran, media dalam dan luar ruang. Berikut, tujuh poin yang diatur dalam rancangan Peraturan Pemerintah, yakni:
1. Penambahan luas prosentase gambar dan tulisan peringatan kesehatan pada kemasan produk tembakau;
2. Ketentuan rokok elektronik;
3. Pelarangan iklan, promosi, dan sponsorship produk tembakau di media teknologi informasi;
4. Pelarangan penjualan rokok batangan;
5. Pengawasan iklan, promosi, sponsorship produk tembakau di media penyiaran, media dalam dan luar ruang, dan media teknologi informasi;
6. Penegakan dan penindakan; dan
7. Media teknologi informasi serta penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
Sebelumnya, pemerintah juga telah menetapkan untuk menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CTH) untuk rokok sebesar 10 persen pada 2023-2024. Menkeu Sri Mulyani dalam keterangan pers menegaskan, kenaikan cukai rokok akan membuat harga rokok tidak terjangkau bagi masyarakat. Sehingga diharapkan, tingkat konsumsi rokok akan semakin menurun.
"Pada tahun-tahun sebelumnya, dimana kita menaikkan cukai rokok yang menyebabkan harga rokok meningkat, sehingga affordability atau keterjangkauan terhadap rokok juga akan makin menurun," ujar Sri Mulyani, dilansir dari antara.com.