Brilio.net - Kuliah Kerja Nyata (KKN) umumnya dilakukan sekelompok mahasiswa di suatu wilayah setingkat desa atau kecamatan untuk membuat program kerja yang membantu masyarakat sekitar.
Cara berbeda dilakukan Universitas Prasetiya Mulya. Melalui program Community Development (Comdev), kampus ini menempatkan kelompok mahasiswa untuk mendampingi satu mitra binaan melalui metode pendampingan satu banding satu.
Akibat pandemi, program KKN berbasis kewirausahaan ini terpaksa dilakukan secara daring. Semestinmya, para mahasiswa terjun langsung ke wilayah binaan terpilih untuk melakukan pendampingan UMKM selama 3-4 minggu.
Program yang dinisiasi sejak 2008 di Sukabumi ini bertujuan menguatkan kapasitas kewirausahaan pelaku usaha baik di perdesaan maupun perkotaan. Manager Pusat Pengembangan Usaha Kecil Universitas Prasetiya Mulya, Danang menjelaskan Comdev tahun ini melibatkan 158 peserta di mana diantaranya 10 SMK sebagai ujicoba.
"Kami berharap pandemi ini cepat selesai, namun ternyata (gaya) bisnis sudah banyak berubah dan bergeser ke online. Melalui program ini, kita ingin mereka (pengusaha UMKM) bisa meng-capture knowledge baru, ujarnya.
Metode branding bengkel sekolah
Pengalaman membantu pengembangan UMKM dirasakan Olive, mahasiswa semester 6 Universitas Prasetiya Mulya yang mendampingi usaha bengkel SMKN 2 Tasikmalaya. Awalnya ia kurang paham saat mendapat tugas mendampingi usaha berbasis SMK. Karena itu ia dan kelompoknyatergerak melakukan effort lebih dari kelompok lain yang mendapat produk mitra perorangan. Namun oleh pembina jurusan, ia diberikan fundamental supaya mengerti harapan dan ekspektasi pihak SMK.
Di sini kami melakukan observasi untuk tahu bagaimana sih ganti oli. Sampai aku baru tahu harga oli ternyata kompetitif, dan ini merupakan kesulitan bagi pihak bengkel SMKN 2 untuk menentukan harga, katanya.
Usaha bengkel layanan ganti oli berbasis sekolah yang seharusnya sudah bisa komersil ini, terkendala akibat pandemi. Permintaan layanan menurun drastis. Sepanjang pandemi hanya ada 1-2 konsumen dalam seminggu.
Di sinilah Olive dan kawan-kawan melakukan pembinaan melalui teknologi daring. Memang ada tantangan tersendiri, namun justru membuat kelompoknya terdorong lebih banyak belajar dan mengimplementasikan semua ilmu yang mereka dapat selama di kampus.
Azis, guru pembina usaha bengkel SMKN 2 Tasikmalaya merasakan manfaat nyata dengan metode-metode yang diajarkan kelompok mahasiswa Comdev yang terdiri dari 8 mahasiswa ini. Apalagi dalam hal branding dan pemanfaatan teknologi digital yang belum banyak dilakukan, serta promosi di media sosial yang belum dimaksimalkan.
Setelah berdiskusi tentang poin-poin SWOT bengkel, mahasiswa Comdev memberikan saran melakukan service in home sebagai salah satu layanan spesial serta menguatkan promosi di berbagai media sosial, ungkap Azis.
Berbagi ilmu pada pengusaha kopi
Pengalaman serupa juga dialami Miranda, salah satu mahasiswa yang bertanggung jawab pada usaha kopi Sekarwangi, dari Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Selama ini Titi sang pemilik hanya mengandalkan pola pemasaran konvensional.
Menitipkan produknya di tempat oleh-oleh atau mengirimkannya ke cafe-cafe lokal. Kopi yang ia pasarkan diperoleh dari petani lokal. Ia menyadari harus segera mencari solusi agar usahanya tetap berjalan di tengah pandemi. Meski sudah melakukan penjualan di media sosial maupun e-commerce, namun belum membuahkan hasil riil.
Kehadiran Miranda dan kelompoknya sangat membantu pemasaran kopi Sekarwangi. Para mahasiswa berbagi ilmu kewirausahaan di tengah pandemi.
Saat membantu usaha bu Titi, rasanya seperti usaha ini milik sendiri, sehingga kami senang mencoba banyak hal. Bahkan kami mencoba membuat katalog karakteristik kopi agar usaha kopi Sekarwangi ini tampil berbeda dari brand kopi yang sudah banyak sekali di pasaran, ujar Miranda.
Dengan metode branding dan pemanfaatan teknologi yang tepat dari para mahasiswa Comdev, manfaatnya dirasakan Titi. Ia mendapatkan ilmu digital marketing. Saya diajarkan strategi memasarkan di e-commerce dan media sosial yang dulu bagi saya kurang tepat untuk usaha kopi saya, kisah Titi yang bekerjasama dengan 30 petani kopi lokal di daerahnya.
Melalui Comdev, pihak kampus berharap kolaborasi antara mahasiswa dengan mitra binaan akan jauh lebih intensif dan komprehensif sehingga dapat membantu para UMKM lebih melek digital.
Recommended By Editor
- 3 Tips agar kamu memiliki gritty leadership, jangan gampang nyerah
- Ikuti kuliah online, kondisi laptop mahasiswa ini bikin senyum miris
- 8 Chat mahasiswa ke dosen ini ngawurnya bak uji nyali
- Begini pengalaman David John Schaap mengunjungi Lombok, tak terlupakan
- Kampanye ini dorong usaha sepatu lokal tangguh di negeri sendiri