Brilio.net - Dokter hewan di Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Tri Nola Mayasari menyatakan, kematian anak harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) beberapa waktu lalu disebabkan oleh penyakit.
Ia menyebutkan, anak harimau betina didiagnosa menderita komplikasi penyakit jantung koroner dan enteritis akut atau radang saluran pencernaan, sedangkan anak harimau jantan menderita enteritis akut.
"Dari hasil pembedahan atau nekropsi, ditemukan gumpalan lemak pada bagian jantung harimau betina. Hal tersebut seharusnya tidak terjadi jika memperhatikan asupan makanan, aktivitas di kandang dan bobot tubuh harimau," katanya sebagaimana dilansir brilio.net dari Antara.
Kemudian pada bagian organ pencernaan kedua anak harimau itu, ditemukan hemoragi atau luka seperti pada lambung dan usus akibat gesekan berlebih pada dinding organ tersebut.
Lalu organ paru-paru juga bermasalah karena ditemukan adanya gelembung, warna tidak sama serta ditemukan pula hemoragi. Hemoragi juga terdapat pada limpa dan hati kedua satwa itu.
"Ada tiga organ penting makhluk hidup, yakni jantung, paru-paru dan otak, bila salah satu sudah bermasalah maka akan membawa dampak pada organ lainnya," ujarnya.
Anak harimau betina mati pada 30 Juni 2016 sekitar pukul 15.00 WIB sedangkan anak harimau jantan mati pada 1 Juni 2016 di waktu yang sama setelah mendapat perawatan lebih lanjut di Puskeswan Bukittinggi.