Ini bukan kali pertama pergerakan Sesar Cimandiri menyebabkan gempa. Irwan menyebutkan pernah terjadi gempa berkekuatan serupa pada 1970-an. Sehingga, lanjut dia, ada pembelajaran yang bisa dipetik dari bencana alam gempa bumi tersebut. Perhatian utamanya berada di pemerintah dan pemda, perlu ada upaya untuk memahami bahwa daerah tersebut memiliki potensi gempa.
"Penataan ruang dan kaidah pembangunan yang dilakukan tiap daerah harus disesuaikan dengan struktur geologinya serta jaraknya dari sumber gempa. Selain itu, masyarakat juga harus melek literasi dan pengetahuan bahwa mereka tinggal di daerah yang rawan gempa sehingga mitigasi dapat dilakukan,” ujar Irwan.
Ketika bencana telah terjadi, terdapat waktu atau golden time untuk evakuasi yang hanya berkisar rata-rata 30 menit setelah gempa bumi. Hal yang dapat dilakukan setelah bencana terjadi adalah memberikan respons yang terbaik. Menurutnya, masyarakat Indonesia harus belajar dari Jepang dalam memanfaatkan golden time ini.
"Rumah sakit darurat, pengungsian sementara, air dan sanitasi yang baik, mulai dipersiapkan sekarang. Jika hanya fokus pada yang terluka, lantas mengesampingkan hal-hal vital yang harus dipersiapkan, maka orang yang selamat pun dapat menjadi korban selanjutnya,” kata Irwan.
Recommended By Editor
- Adik Dinar Candy hilang di pesantren pasca gempa Cianjur
- Update korban gempa Cianjur: 162 meninggal, mayoritas anak-anak
- Sejarah mencatat 14 kali gempa merusak terjadi di Cianjur-Sukabumi
- Kemenko PMK: 46 jiwa meninggal dan 100 orang luka akibat gempa Cianjur
- 5 Fakta seputar gempa Cianjur, 14 orang dinyatakan meninggal dunia