Brilio.net - Tsunami yang terjadi di Selat Sunda menjadi catatan kelam Indonesia di akhir tahun 2018. Gelombang laut yang menerjang Pandeglang, Serang dan Lampung ini menyebabkan ratusan nyawa melayang dan ribuan lainnya luka-luka. Termasuk band Seventeen yang kehilangan tiga personel dan beberapa kru serta band humor Jigo yang juga salah satu personelnya meninggal dunia.

Datangnya bencana ini memang tak terduga. Biasanya masyarakat akan siaga tsunami jika sebelumnya terjadi gempa bumi berskala tinggi. Namun kali ini tsunami terjadi bukan disebabkan oleh gempa. Longsornya bagian Anak Krakatau ke laut menjadi penyebab gelombang laut menerjang daratan.

Beberapa saksi mata membuat kesaksian. Lewat sebuah video yang diunggah oleh akun Facebook Umar Krakatau, tiga orang nelayan mengungkapkan melihat detik-detik saat Anak Krakatau longsor dan menyebabkan gelombang ombak tinggi.

kesaksian nelayan anak krakatau  Facebook/umarido.rido

foto: Facebook/umarido.rido


Nelayan bernama Ican, Puji, dan Ian mengaku sedang berada di kaki gunung Anak Krakatau pada Sabtu malam (22/12). Mereka bertiga bersama 12 nelayan lain memang sengaja mendirikan tenda di kaki gunung tersebut. Dikisahkan oleh Ican, mereka sebenarnya sedang berkemas untuk pergi dari pulau.

Namun belum sempat mereka pergi, Anak Krakatau disebut terbelah menjadi dua. Ditambahkan oleh Ian, setengah dari belahan itu jatuh ke laut. Oleh karena longsoran tersebut, lanjut mereka, menciptakan ombak yang tingginya sekitar 12 meter.

"Kejadiannya itu sekitar jam 20.00 WIB," ujar Puji seperti brilio.net kutip pada Selasa (25/12).


Lebih lanjut nelayan asal Desa Kenali, Lampung Barat ini mengungkapkan ada tiga ombak tinggi yang tercipta akibat longsoran dari Anak Krakatau tersebut. Setelah melihat kejadian tersebut, mereka langsung refleks menyelamatkan diri dengan berenang.

Mereka bertiga berenang dari kaki Gunung Anak Krakatau ke Pulau Sebesi mulai dari pukul 20.00 WIB dan baru sampai pukul 12.00 WIB. Sementara 12 nelayan lain yang juga ikut mendirikan tenda bareng mereka masih belum ditemukan.

Video tersebut kemudian viral di media sosial. Rekaman berdurasi empat menit ini sudah disaksikan lebih dari 300 ribu kali. Sementara postingannya sudah dibagikan 13.500 kali.

Banyak warganet yang mengucap syukur karena mereka selamat. Sebagian warganet merasa salut dengan perjuangan mereka yang berenang dari pulau ke pulau selama kurang lebih 16 jam untuk selamat.

"MasyaAllah berenang dri jam 8 mlm sampe jam 12 siang , merinding dgrnya alhamdulillah pak masih diberi keselamatan," ujar akun Rahmania Afriiza.

"Nelayan Sejati. Pantai malam hari itu klo ga tsunami jg ombak sama anginnya saja udh ngeri," kata akun Olex AL-ayyubi.

"Alhamdulilah masih di beri keselamatan...kuat bangat berenang dari jam8 malam/12 siang...hebat bapak-bapak nih," tulis akun Nurjanah Jannah.