Pameran tunggal Yos Supraptoyang berjudul "Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan" di Galeri Nasional Indonesiaterpaksa ditunda. Rencananya, pameran lukisan ini akan dibuka pada Kamis, 19 Desember 2024, namun sejumlah tamu undangan tidak dapat masuk karena pintu galeri utama terkunci. Pameran ini seharusnya berlangsung selama sebulan hingga 19 Januari 2025.

Menurut siaran pers rilis,penundaan ini disebabkan oleh masalah teknis, termasuk mundurnya kurator pameran, Suwarno Wisetrotomo, akibat ketidaksepakatan antara kurator dan seniman mengenai karya-karya yang akan dipamerkan. Pameran ini telah disetujui sejak 2023 dengan tema awal "BANGKIT!".

Pameran ini bertujuan untuk menampilkan karya seni lukis dan instalasi dari Yos Suprapto, dengan fokus pada tema kedaulatan pangan dan budaya agraris Indonesia. Setelah melalui proses seleksi dan evaluasi kuratorial, tema pameran akhirnya ditetapkan menjadi "Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan".

Galeri Nasional menyatakan bahwa tema ini mencerminkan pesan besar pembangunan dan kerja pemerintahan saat ini. Namun, dalam penataan karya-karya Yos Suprapto, beberapa karya ditampilkan tanpa persetujuan dari seniman dan kurator. Karya-karya ini merupakan inisiatif pribadi dari seniman untuk berpartisipasi dalam pameran, tetapi setelah evaluasi, karya-karya tersebut dianggap tidak sesuai dengan tema yang telah ditetapkan.

Meskipun telah dilakukan mediasi, tidak ada kesepakatan yang dicapai mengenai karya-karya yang akan ditampilkan, sehingga Suwarno Wisetrotomo memutuskan untuk mundur dari tugasnya.

Pameran tunggal Yos Suprapto ditunda, lukisan terlalu mengkritik pemerintah atau masalah teknis?

Dalam upaya menjaga keselarasan kuratorial dan kualitas pameran, Galeri Nasional memutuskan untuk menunda acara ini. Jarot Mahendra, Penanggung Jawab Unit Galeri Nasional Indonesia, menegaskan bahwa hubungan GNI dengan Yos Suprapto dan Suwarno Wisetrotomo sangat dihargai. "Kami berkomitmen untuk terus berkoordinasi dan berkomunikasi dengan kedua belah pihak untuk mencari solusi yang kolektif dan konstruktif," ujarnya.

Penundaan ini juga mencerminkan prinsip Good Governance yang selalu dijunjung tinggi oleh Galeri Nasional Indonesia. "Setiap keputusan yang kami ambil dalam setiap tahap penyelenggaraan pameran selalu dengan prioritas untuk mengedepankan transparansi, akuntabilitas, dan profesionalisme," tambahnya.

Pameran Tunggal Yos Suprapto pun resmi ditunda. "Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan akibat penundaan ini dan berharap dapat menyambut publik kembali di pameran Galeri Nasional Indonesia lainnya di masa depan," tutup Jarot.

Pameran tunggal Yos Suprapto ditunda, lukisan terlalu mengkritik pemerintah atau masalah teknis?

Terkait penundaan ini, Yos Suprapto mengungkapkan bahwa pengunjung yang hadir pada pembukaan dilarang melihat pameran yang telah dipersiapkan. Pintu pameran terkunci, dan kurator meminta agar lima dari 30 lukisan diturunkan, yang ditolak oleh Yos. "Saya tidak mau lagi berurusan dengan Galeri Nasional dan Kementerian Kebudayaan," ujarnya.

Yos menilai bahwa lima lukisan tersebut berkaitan dengan sosok yang pernah sangat populer di masyarakat Indonesia. "Saya rasa itu ekspresi kurator yang takut secara berlebihan," tambah Eros Djarot, yang membuka acara tersebut.

Para pengunjung yang sudah siap untuk menikmati lukisan karya Yos Suprapto akhirnya kecewa karena ruang pameran terkunci. "Ini adalah pembredelan pameran seni rupa pertama di era Prabowo Subianto," ujar Oscar Motulloh, fotografer profesional dan pengamat seni.

Yos juga menyatakan bahwa jika kelima lukisan tersebut diturunkan, ia akan membatalkan pameran secara keseluruhan dan membawa pulang seluruh lukisan ke Yogya. Diketahui, Yos Suprapto adalah pelukis Indonesia yang karyanya sering mengangkat isu sosial, lingkungan, dan perkembangan politik nasional terbaru. Ia dikenal dengan kemampuannya dalam mengolah figurasi realis yang berakar pada tradisi realisme sosial.

Dalam lukisan-lukisannya, Yos menyampaikan komentar dan kritik sosial dengan bahasa simbolisme yang kuat. Permainan garis dan warna yang provokatif menjadi ciri khasnya, menciptakan komposisi yang menampilkan ketegangan antara tema sosial, politik, budaya, ekologi, dan kemanusiaan.