Brilio.net - Ngevlog kini sudah menjadi keseharian generasi digital. Bermodalkan gawai yang mereka miliki seperti smartphone, ngevlog bisa dilakukan di mana saja. Hanya saja sebagian besar generasi muda hanya menjadikan vlog sebagai hiburan semata.
Padahal, ngevlog bisa lho menjadi sarana untuk menyampaikan pesan yang jauh lebih positif dan mengedukasi masyarakat. Ya nggak ada salahnya sih jika vlog menjadi sarana hiburan di era digital ini.
Tapi kan jauh lebih bermanfaat jika konten yang disajikan selain untuk mengasah bakat di bidang sinematografi juga menunjukan kepedulian keadaan sekitar. Tentu saja bisa memberikan informasi positif. Sudah begitu nggak menutup kemungkinan bisa mendatangkan pundi-pundi pendapatan lho.
Hal inilah yang mendorong Djarum Foundation menggelar Vlog Competition Beswan Djarum 2017/2018 sejak pertengahan Juli lalu dengan mengusung tema #IndonesiaRumahKita. Di ajang ini para Beswan Djarum ditantang untuk lebih mengenal Indonesia dengan segala keberagamannya.
“Harapannya, lahir konten-konten positif yang tak hanya bisa menjadi tayangan yang menghibur, edukatif. Tapi, juga membawa perubahan,” kata Program Associate Bakti Pendidikan Djarum Foundation Laksmi Lestari di acara talk show interaktif Vlog Competition di Jakarta, Minggu (16/9).
Laksmi menjelaskan, kompetisi ini merupakan bagian rangkaian pembekalan soft skills program beasiswa prestasi Djarum Beasiswa Plus. Cakupannya meliputi character building, leadership development, nation building, community empowerment, writing competition serta international exposure.
Nah dari sekitar 500 Beswan Djarum yang berasal dari 90 perguruan tinggi di 34 provinsi di seluruh Indonesia, akhirnya dewan juri menentukan 10 finalis yang lolos. Di ajang ini tiap peserta baik secara individu maupun kelompok mengunggah hasil karya mereka ke situs berbagi video.
Dari 10 finalis yang terpilih, mereka mengikuti talk show interaktif bersama dewan juri yaitu Kevin Hendrawan, YouTuber dan Faisal Abdul Muhsin, praktisi industri kreatif dan alumni Beswan Djarum 2010/2011.
Kevin yang terjun langsung menyeleksi video para finalis salut dengan hasil karya para peserta. Hal ini terlihat dari antusias mereka dalam membuat vlog berkonten positif yang sangat beragam karakter dan unik.
“Saat ini banyak konten merajai platform digital yang mengandung hal negatif atau kontroversi. Talk show ini menjadi proses edukasi pembuatan vlog, agar kualitas konten vlog generasi muda bisa semakin berkembang,” ujar Kevin.
Menurut Kevin, konten yang berkualitas harus mengandung keaslian, informatif dan menghibur. Karena itu penjurian pun dilakukan dengan menggunakan empat kriteria, keaslian, keunikan, cara penyampaian pesan serta sinematografi.
“Sebelum menjadi vlogger, memang harus ada pemahaman rinci mengenai seperti apa dunia sosial media, segala peluang dan tantangannya hingga untung dan ruginya. Untuk itulah dibutuhkan edukasi dan dan juga tips dan trik bagi konten kreator,” jelas Kevin.
Dari hasil talk show ini dewan juri pun menentukan para juara Vlog Competition Beswan Djarum 2017/2018 yang memperebutkan hadiah total Rp 40 juta. Juara 1 meraih Rp 15 juta. Sedangkan Juara 2 bisa membawa pulang Rp 12 juta. Sementara Juara 3 meraih Rp 8 juta dan juara favorit Rp 5 juta.
Selain itu, semua pemenang mendapat kesempatan vlogging di rangkaian soft skills Djarum Beasiswa Plus berikutnya yakni Nation Building Beswan Djarum 2017/2018, pada 20-25 September 2018 di Semarang.
Bimaswara Adam Noval, mahasiswa jurusan Teknologi Game Politeknik Elektronika Negeri Surabaya lewat karyanya, Jaranan meraih juara pertama. Bimaswara dinilai memperlihatkan kepekaan dengan menangkap tema permainan tradisional Jaranan serta mengolahnya secara kreatif dalam aplikasi game ponsel.
Bimaswara cukup kaget videonya mendapat juara pertama. Maklum, dia belum pernah ngevlog lho. Alasannya sih nggak percaya diri di depan kamera. Karena itu kompetisi ini menjadi tantangan besar baginya. Ini vlog pertama Bimaswara dan ternyata bisa menjuarai Vlog Competition ini. Jadi bangga banget pastinya.
“Ide awalnya itu, orang kan tahunya cuma main game. Nah, saya coba buka bagaimana sih sebenarnya kerja para pembuat game di balik layar. Game yang saya pilih adalah Jaranan dengan harapan masyarakat juga semakin mengenal budaya lokal yang ada di Indonesia. Ini juga sejalan dengan tema besar yang ada di vlog competition yaitu Indonesia Rumah Kita,” jelas Bimaswara.
Hal senada juga dijelaskan Deisrael Liem, mahasiwa jurusan Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Malang Kucecwara. Bersama teman satu jurusannya yakni Digna Sevira dan Gina Magrifah dari Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah Kota Universitas Brawijaya, mereka membentuk kelompok Ngalam Mbois yang membuat video berjudul Topeng Malangan. Sama seperti Bimaswara, mereka bertiga juga baru pertama kali ngevlog.
“Ketika ditantang membuat vlog, kami langsung berpikir mengangkat budaya lokal. Nah kebetulan, Topeng Malangan ini adalah budaya yang mulai ditinggalkan. Ini yang kami coba angkat agar budaya ini tetap lestari,” ungkap Deisrael.
Kepekaan dan kreativitas mereka memukau dewan juri. Mereka pun didapuk merebut juara kedua vlog competition ini dan berhak atas apresiasi sebesar Rp 12 juta. Nggak cuma itu, mereka juga berhak atas predikat sebagai juara favorit dan berhak atas apresiasi Rp 5 juta.
Vlog Competition perdana Djarum Beasiswa Plus ini bukti nyata upaya komitmen memberikan ruang eksplorasi mahasiswa dalam membangun keragaman Indonesia. Wah selamat deh buat para pemenang. Semoga tetap menyebarkan semangat positif keberagaman dan memberikan inspirasi buat Sobat Brilio.