Brilio.net - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengalami kejadian tak menyenangkan saat hendak bertolak ke AS. Jenderal Gatot beserta rombongan sedianya terbang ke AS dalam rangka acara Chiefs of Defence Conference on Country Violent Extremist Organizations (VEOs) yang diadakan tanggal 23-24 Oktober ini. Dilansir dari Merdeka, pihak maskapai Emirates yang akan ditumpangi oleh Gatot memberitahukan larangan memasuki wilayah AS. Larangan ini diketahui atas permintaan otoritas keamanan dari negeri Paman Sam tersebut.
"Panglima siap berangkat dengan Maskapai Emirates 17.50 WIB. Namun beberapa saat, ada pemberitahuan bahwa Panglima dan istri tidak boleh memasuki wilayah AS oleh US Custom and Border Protection," jelas Kapuspen TNI Mayjen Wuryanto dilansir dari Merdeka.
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mencurigai ada sesuatu di balik penolakan tersebut. Dia menduga Amerika ada maksud tersembunyi menjelang tahun politik Indonesia. "Lagi goyang-goyang dalam negeri, kita lagi baru kan katanya ada dokumen keterlibatan Amerika atau Amerika punya dokumen tentang peristiwa 1965 dan sebagainya itu kan memang kelakuan mereka, mereka memang enggak mungkin lepas," jelas Fahri sebagaimana dikutip dari Merdeka.
Hubungan antara Indonesia dan Amerika Serikat memang mengalami pasang surut. Adam O' Brien dari Council on Foreign Relations menulis sebuah artikel tentang hubungan militer antara Indonesia dan AS. Kerjasama militer antara dua negara sudah terjalin lama meliputi edukasi, program anti terrorisme, beasiswa tentara, suku cadang peswat militer, dan lain-lain.
Namun, kemesraan itu juga pernah ternodai. Militer AS pernah mengembargo senjata dan suku cadang militer seperti pesawat tempur dari AS. Embargo ini terjadi sejak 1995 sampai 2005 karena AS menduga Indonesia melanggar HAM saat demonstrasi di Dili Timor Leste pada November 1991. Hal ini membuat militer Indonesia untuk mengimpor pesawat Sukhoi dari Rusia. Walaupun seperti itu, pesawat dari Amerika seperti F-16 sempat mangkrak karena tidak adanya suku cadang.
Embargo ini tidak berjalan terlalu ketat. Militer AS tetap mengirimkan suku cadang pesawat Hercules C-130 saat tragedi tsunami Aceh tahun 2004. Hal ini juga ditujukan untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan untuk menanggani Tsunami Aceh tersebut. Bantuan ini sebagai kerjasama Indonesia dan AS dalam menumpas pemberontakan di tanah Aceh.
Chakra Pratama Winarso dalam artikelnya di Education and Cultural Attache, Embassy of The Republic of Indonesia melihat Indonesia pernah mesra dengan AS saat kepemerintahan presiden Soeharto. "Soeharto merupakan Jendral TNI yang pro kebijakan Amerika Serikat. Bagi Amerika Serikat, yang terpenting adalah negara-negara di dunia tidak menganut paham komunisme, sehingga keterbukaan Presiden Soeharto akan demokrasi dan liberalisasi disambut baik oleh Amerika Serikat," tulis Chakra dalam artikel tersebut.
Hubungan antara AS dan Indonesia diwarnai oleh banyak konflik kepentingan. Posisi Indonesia yang strategis di Asia Tenggara membuat AS tertarik menjadikan Indonesia sebagai patner kerjsasama dalam bidang militer. Dalam perjalanannya, hubungan ini pernah mesra dan juga renggang. Selama kepentingan kedua negara terpenuhi, kerjasama militer ini akan membawa keuntungan bagi kedua belah pihak.
Recommended By Editor
- Kenapa hantu yang sering ada di film Indonesia kebanyakan wanita?
- Nilai Bahasa Indonesia menurun dari tahun ke tahun, ini alasannya
- Masih relevankah polemik pribumi dan nonpribumi di Indonesia kini?
- Pendidikan tinggi bukan alasan mendapatkan gaji besar, kenapa ya?
- Produk halal berebut pasar kelas menengah muslim Indonesia