Brilio.net - Tragedi tsunami yang melanda perairan Selat Sunda, Sabtu (22/12) lalu, menjadi salah satu fenomena langka yang tidak terprediksi. Pasalnya, Gunung Anak Krakatau sejak Juni 2018 telah menunjukkan aktivitas vulkanis meskipun dalam skala kecil. Aktivitas tersebut tak sampai menimbulkan gelombang laut besar seperti yang terjadi beberapa waktu lalu. Longsoran tubuh gunung akibat material vulkanik ternyata menjadi penyebab gelombang besar yang melanda pesisir barat Banten dan wilayah Lampung Selatan. Musibah ini memakan sedikitnya 400 korban jiwa dan ribuan mengalami luka-luka. Tak hanya itu, ratusan bangunan porak poranda dan sebagian akses jalan sempat lumpuh total.

Erupsi Gunung Anak Krakatau bukanlah satu-satunya aktivitas vulkanik yang terjadi di penghujung tahun 2018. Menyusul Gunung Anak Krakatau, peningkatan aktivitas vulkanik juga terjadi pada Gunung Merapi di Jawa Tengah, dan Gunung Agung di Bali. Hal ini tak pelak menimbulkan asumsi di masyarakat jika satu gunung meletus, maka akan memicu gunung lain untuk erupsi. Keyakinan seperti itu memang sudah menjadi mitos yang kerap kita dengar. Namun, apakah benar bahwa erupsi gunung api bisa menyebabkan gunung lainnya meletus juga?

gunung meletus 2018  2018 berbagai sumber

foto: Erupsi Gunung Anak Krakatau/Liputan6

Berdasarkan penjelasan ilmiah yang dirangkum brilio.net dari laman USGS, Minggu (30/12), erupsi gunung berapi dapat mengakibatkan gunung lainnya mengalami peningkatan aktivitas vulkanik asalkan antara gunung satu dan lainnya itu memiliki dapur magma yang sama ataupun saling tumpang tindih. Hal ini erat kaitannya dengan sistem magma dan sistem hidrotermal gunung berapi. Dengan begitu, magma yang naik di salah satu gunung dapat memengaruhi sistem plumbing gunung lainnya. Kendati demikian, sangat sulit untuk menentukan keterkaitan antara erupsi gunung api yang satu dengan lainnya.

gunung meletus 2018  2018 berbagai sumber

foto: Kubah Lava Gunung Merapi/Twitter @BPPTKG

Contoh kasus erupsi yang disebabkan oleh aktivitas vulkanik gunung lain adalah letusan besar Gunung Novarupta di Alaska. Letusan ini kemudian memicu puncak Gunung di dekatnya, yakni Gunung Katmai runtuh, sehingga membentuk kaldera baru meskipun tidak disertai letusan.

Para ilmuan berpendapat bahwa gunung api itu sendiri merupakan sebuah bagian dari kompleks gunung berapi yang lebih besar. Di mana, di dalam kompleks tersebut terdiri dari gunung strato vulkanik yang tumpang tindih, celah magma, ventilasi dan hingga kaldera. Sehingga, dalam kasus semacam itu, satu letusan gunung berapi sebenarnya tidak benar-benar memicu gunung terdekat untuk meletus, melainkan magma bergerak ke berbagai celah lainnya.

Selain alasan-alasan tersebut, perubahan iklim dapat memicu aktivitas dari gunung api. Dikutip dari independent.co.uk, gunung berapi merupakan sistem bertekanan, sehingga kondisi di sekitarnya bisa saja menjadi pemicu meningkatnya aktivitas di gunung berapi.