Brilio.net - Seorang petugas keamanan sebuah perumahan di Tangerang Selatan meninggal dunia karena gigitan seekor ular. Kejadian tersebut teradi pada Selasa (20/8) lalu dan viral di media sosial.

Awalnya, warga setempat menemukan seekor ular di taman perumahan. Ular tersebut diketahui merupakan ular berbisa jenis welang atau weling (Bungarus Candidus). Karena tak ada perlengkapan memadai, warga pun melapor ke petugas keamanan.

Petugas yang saat itu berjaga, Iskandar dan salah satu rekannya yang lain mendatangi lokasi ular tersebut dengan peralatan seadanya. Iskandar kemudian berhasil menjepit kepala ular dengan tongkat yang dibawanya. Ia kemudian menangkap ular tersebut dengan tangan kosong.

Diduga karena kurang erat memegangnya, ular yang masih satu keluarga dengan ular kobra tersebut justru mematuk jari telunjuknya. Iskandar berusaha untuk menghisap jarinya untuk mengeluarkan bisa ular tersebut.

Tak lama usai kejadian dipatuk ular itu, Iskandar pun dilarikan ke rumah sakit. Sayangnya, rumah sakit tersebut tak memiliki obat antitoksin sebagai penawar bisa ular. Ia pun dirujuk ke RSU Kabupaten Tangerang. Sayang, nyawa Iskandar tak terselamatkan dan dinyatakan meninggal dunia pada Kamis (22/8).

Peristiwa satpam tewas digigit ular inipun viral di media sosial. Kisahnya juga diunggah oleh presenter Panji Petualang. Selain itu, dikutip dari laman Instagram Yayasan Sioux Ular Indonesia yang kerap memberikan edukasi soal hewan reptil, diduga korban kurang memahami soal spesies ular weling ini. Korban juga sempat memegang ular tanpa alat pengaman.

View this post on Instagram

Yayasan Sioux Ular Indonesia mengucapkan ikut Bela Sungkawa atas meninggalnya Pak Satpam di Cluster Gading Serpong karena gigitan ular beberapa hari lalu saat bertugas. Beberapa hal yg kami analisa dari kejadian ini adalah : 1. Korban tidak paham spesies ular, menganggap itu gak berbahaya, ular Bungarus candidus (weling) ini memang mulai aktif di senja hingga malam hari untuk mencari makan. Salah satu ciri khas ular berbisa tinggi adalah nocturnal. 2. Korban berusaha pegang tanpa alat, sehingga jarinya kegigit. Statement tiba - tiba di berita kronologis itu memang menujukkan karakter si ular yg melakukan gerakan patah patah dan mengejutkan. Korban berusaha pegang kepala saat si ular diam, padahal dia sedang siap2 menyerang dan bertahan. Mengamati teknik pak satpam memegang kepala di video yg viral ini menunjukan korban belum pernah mendapatkan pelatihan yg benar ttg teknik handling ular bungarus. Beda spesies, beda teknik handling nya. 3. Luka di sedot oleh korban, hal yg justru mempercepat fase lokal menjadi fase sistemik yg mematikan. 4. Korban merasa hanya gatal, krn ini venom neurotoxcyn tidak langsung merasa sakit kalo kena gigit. Tapi Venom nya lgsg serang saraf termasuk mematikan fungsi jantung. 5. Cek RS sekitar tidak menemukan yg ready stock serum anti bisa ular. Sehingga terlambat penanganan medisnya. Saran mulai saat ini Warga cluster/kompleks/ siapa pun perlu mendata RS terdekat ready stock SABU (Serum Anti Bisa Ular). Dan atau akses lgsg ke biofarma bandung. Hal yang perlu dipahami tentang Ular ini : 1. Ular Bungarus candidus ini memang masih banyak di alam dan di lingkungan rumah karena ular ini merupaka predator alami ular lain. 2. Tanpa ular weling / welang, akan ada ledakan populasi ular spesies lain di ekosistem. 3. Memahami karakter sifat dan teknik handling yg benar perlu dilakukan. Semoga tidak adalagi korban gigitan ular karena salah menerapkan teknik handling/ menangkapnya. Amin.. Salam Ular Indonesia Yayasan Sioux Ular Indonesia IG ular_indonesia WA 08176800446

A post shared by Sioux Indonesia (@ular_indonesia) on

Ular weling merupakan jenis ular yang aktif di senja hari untuk mencari makan. Hewan ini merupakan hewan nokturnal seperti kebanyakan hewan berbisa tinggi lainnya.

Ular tersebut awalnya bakal terlihat tenang. Namun, di saat itulah ular bersiap-siap untuk menyerang dan bertahan. Berdasarkan pengamatan Yayasan Sioux Ular Indonesia, teknik memegang kepala ular yang dilakukan oleh satpam tersebut kurang tepat. Lantaran, menurut mereka, beda spesies ular juga berbeda cara memegangnya.

"Korban berusaha pegang tanpa alat, sehingga jarinya kegigit. Statement tiba - tiba di berita kronologis itu memang menujukkan karakter si ular yg melakukan gerakan patah patah dan mengejutkan. Korban berusaha pegang kepala saat si ular diam, padahal dia sedang siap2 menyerang dan bertahan," tulis akun Yayasan Sioux Ular Indonesia.

"Mengamati teknik pak satpam memegang kepala di video yg viral ini menunjukan korban belum pernah mendapatkan pelatihan yg benar ttg teknik handling ular bungarus. Beda spesies, beda teknik handling nya," tambahnya.

Sementara itu, luka yang ia hisap menurutnya justru mempercepat fase lokal jadi fase sistemik yang mematikan. Awalnya, korban hanya merasa gatal usai digigit. Hal ini karena Venom Neurotoxcyn tidak langsung menimbulkan rasa sakit. Venom akan langsung menyerang syaraf bahkan dapat mematikan fungsi jantung.