Brilio.net - Ulah iseng peretas kembali bikin geger. Kali ini, situs resmi milik operator seluler Telkomsel tidak bisa diakses sejak Jumat (28/4) pagi karena tampilannya diubah oleh peretas.

Peretas menuliskan semacam komplain yang intinya agar Telkomsel memperbaiki layanan dan menurunkan harga paket data internet. Peretas menilai paket internet yang ditawarkan Telkomsel terlampau mahal dan membebani masyarakat.

Namun ini bukanlah kasus pertama yang terjadi di Indonesia. Sebelum situs Telkomsel, beberapa situs resmi dan penting milik lembaga juga jadi korban peretasan. Pesan dan tujuannya pun berbeda-beda.

Berikut tujuh situs penting di Indonesia yang pernah diretas seperti dirangkum brilio.net dari berbagai sumber, Jumat (28/4).

1. Situs Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

situs penting ini juga pernah dikerjai peretas  2017 berbagai sumber


Sekelompok peretas memprotes diboikotnya beberapa judul game dengan mengubah tampilan situs web situs (deface) KPAI, pada Mei 2016. Situs KPAI berubah menjadi tampilan dengan latar belakang hitam dan diisi teks "Zuhahaha...You're drunk? Fix ur sec first b4 talking about game" yang berarti, "Hahahaha... Kalian mabuk? Coba perbaiki sistem keamanan kalian sebelum bicara soal game".

2. Situs Sekretariat Kabinet (Setkab).

situs penting ini juga pernah dikerjai peretas  2017 berbagai sumber


Situs Setkab yang beralamat di www.setkab.go.id diretas dengan mengubah tampilan dengan gambar tengkorak pada Desember 2015. Meskipun ada data yang sempat hilang, situs dapat beroperasi kembali beberapa jam kemudian.

Untuk mengatasi peretasan, Sekretaris Kabinet waktu itu melakukan beberapa langkah. Pertama, menghilangkan gambar hasil peretasan sehingga tampilan setkab.go.id dapat kembali seperti semula. Kedua, mengamankan data yang tersimpan dalam situs, terutama mengamankan halaman admin pengelola setkab.go.id.

3. Situs Majelis Ulama Indonesia (MUI).

situs penting ini juga pernah dikerjai peretas  2017 berbagai sumber


Situs resmi Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga pernah dikerjai pada Agustus 2016. Saat pengguna masuk ke laman mui.or.id, maka laman akan menampilkan tulisan "f*ck ISIS". Selain itu muncul juga pesan panjang yang isinya:

"Islamic State Army Members:SAHARA H4xOR # Thex@b1 The Prophet S.A.W said, you will invade the Arabian Peninsula and Allah will grant it (to you). Then (you will invade) Persia and Allah will grant it (to you). Then, you will invade Rome and Allah will grant it (to you). Then, you will invade The Dajjal and Allah will grant him (to you). F**k!!!!".

4. Situs Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

situs penting ini juga pernah dikerjai peretas  2017 berbagai sumber


Situs web resmi MPR dengan alamat www.mpr.go.id, diretas dan tidak bisa diakses pada Juni 2015. Saat dibuka, situs tersebut menampilkan layar berwarna hitam. Pada bagian sudut kiri atas layar, terdapat gambar seseorang berjaket hitam dengan tulisan HACKED di bawahnya.

Saat gambar tersebut diklik, pengunjung langsung diarahkan ke alamat http://example.com/attack.html, dengan tulisan This domain is established to be used for illustrative examples in documents. You may use this domain in examples without prior coordination or asking for permission.

Jika diterjemahkan, tulisan tersebut berarti "Domain ini didirikan untuk digunakan sebagai ilustrasi dalam dokumen-dokumen. Anda boleh menggunakan domain ini sebagai contoh tanpa koordinasi atau meminta izin".

5. Situs kantor Imigrasi kelas 1 Bandung.

situs penting ini juga pernah dikerjai peretas  2017 berbagai sumber


Website resmi kantor Imigrasi kelas 1 Bandung sempat diretas pada April 2017. Peretas meninggalkan pesan di website milik pemerintah tersebut dan identitasnya yang bertuliskan 'Hacked By Achon666ju5t'.

Peretas juga meninggalkan pesan cukup panjang dengan tulisan berwarna hijau yang isinya sebagai berikut:

"Kemarin mau wisata ke daerah Dago. Saya dari dicileunyi.. Sepanjang jalan Soekarno hatta banyak sekali satpol pp yang razia pedagang padahal mereka berdagang dari jam 9, toj bukan jam macet, mereka juga berjualan hanya di trotoar..

karena sudah jarang sekali di daerah soekarno hatta pejalan kaki. Haduh kasian dong kang.. Uwa.. Amang.. Mereka cuman nyari lapak buat yang dirumah.. bayangin Kalo akang/uwa sekalian pulang kerumah ga bawa apa apa. Cuma bawa beban+tangis karena digusur..

Tolong beri keringanan/bagaimanapun caranya, agar mereka dapat membayar tagihan listriknya.. ampu membayar uang sekolah anaknya.. Mapu memberikan tas, sepatu yang layak untuk anaknya pergi sekolah. Salam Dari Extreme Crew Untuk Kang Emil Beserta jajaran pemerintahannya. Teu Aya kontak, sekedar menyampaikan pesan Kang. Hatur Nuhun!".

6. Situs Komisi Pemilihan Umum (KPU) Yogyakarta.

situs penting ini juga pernah dikerjai peretas  2017 berbagai sumber


Jelang pemungutan suara Pemilihan Kepala Daerah Kota Yogyakarta, situs resmi milik KPU Kota Yogyakarta diretas pada Februari 2017. Peretas yang menamakan diri Gadjah Mada Clown Hacktivism Team mengubah tampilan laman website www.kpu-jogjakota.go.id dengan warna hitam dan gambar badut.

Peretas juga membuat pesan bertuliskan "Permisi pak/buk mau nanya? Bukannya Jogja dipimpin sama Sultan ya? Kan gak ada pemilu dong. Jadi gunanya KPU buat apaan ya pak/ buk?"

7. Situs Pengadilan Negeri (PN) Palembang.

situs penting ini juga pernah dikerjai peretas  2017 berbagai sumber


Terakhir, situs Pengadilan Negeri (PN) Palembang diretas pada Januari 2016. Situs yang beralamat di www.pn-palembang.go.id ini hanya menampilkan sebuah halaman berlatar hitam ketika dibuka.

Selanjutnya suara musik akan mengalun mengiringi kata-kata yang muncul secara bertahap di halaman tersebut. Berikut kata-katanya.

"Sungguh kecewa rasanya melihat keputusan bapak hakim yang menolak gugatan perdata pemerintah ke perusahaan yang membakar hutan, PT Bumi Mekar Hijau, anak perusahaan dari PT Sinar Mas.

Tidak kah bapak bisa melihat kami? Korban asap? Harapan kami cuma satu hukumlah seberat-beratnya para pembakar lahan tapi apa yang bapak/ibu hakim lakukan? malah membebaskan gugatan ke pembakar lahan. Pemerintah sendiri yang menggugat dan bapak/ibu hakim menolak?" tulis sang peretas.