Brilio.net - Di era kemajuan tekologi seperti sekarang, semua orang ingin menuntut segala urusan bisa dilakukan serba cepat dan nggak ribet. Akibatnya, berbagai lembaga yang memiliki tugas pokok melayani masyarakat pun, mau tak mau harus mengikuti perkembangan zaman.
Fakta inilah yang juga dilakukan Jasa Raharja, perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menjalankan program perlindungan dasar terhadap korban kecelakaan penumpang angkutan umum dan lalu lintas jalan.
Sebagai lembaga pemerintah yang memiiki tugas pokok menyerahkan santunan bagi korban kecelakaan alat angkutan umum darat, laut dan udara serta korban kecelakaan lalu lintas jalan, BUMN yang satu ini menjadi representasi negara dalam memberikan perlindungan dasar.
Mungkin dulu orang beranggapan mengurus santunan dari Jasa Raharja ribetnya bukan main. Tapi sekarang, dengan adanya revolusi industri 4.0, BUMN ini sudah melakukan transformasi pelayanan berupa digitalisasi transaksi keuangan (cashless payment).
Artinya Jasa Raharja telah melakukan penyerahan santunan dengan sistem cashless, di mana santunan langsung ditransfer ke rekening korban atau ahli waris korban melalui virtual account. Jasa Raharja telah bekerja sama dengan bank pemerintah sehingga pembayaran bisa dilakukan kapan saja termasuk hari Sabtu, Minggu, dan hari libur.
Dalam keterangan resmi yang diterima Brilio.net baru-baru ini, Direktur Operasional Jasa Raharja Amos Sampetoding mengatakan sampai dengan April 2019 Jasa Raharja telah menyerahkan santunan sebesar Rp 820,20 miliar dengan aktivitas naik sebesar 5,19 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya takni Rp 779,75 miliar. Nah pelayanan yang diberikan Jasa Raharja kepada masyarakat korban kecelakaan lalu lintas tersebar di 29 Kantor Cabang, 63 kantor perwakilan, 67 Kantor Pelayanan Jasa Raharja (KPJR), dan 1.560 SAMSAT.
Menurut Amos, dalam bidang pelayanan pihaknya telah memiliki tolak ukur analisa dan evaluasi kecepatan pelayanan berupa objek penilaian antara lain kecepatan penyelesaian korban meninggal dunia, penyelesaian korban kecelakaan, pembayaran secara transfer ke rekening rumah sakit (Overbooking), kecepatan pembayaran ke rumah sakit sejak pasien keluar dari rumah sakit dan dilakukan survei pasca bayar.
“Selain melakukan transformasi di bidang pelayanan, kami juga melakukan transformasi digital di bidang pendapatan (SW dan IW),” ujar Amos.
Selain itu adanya ekspektasi masyarakat yang tinggi dan tuntutan pelayanan yang bersifat cepat, sederhana, bebas pungutan, dekat dan mudah, mendorong Jasa Raharja bersama Tim Pembina Samsat bersinergi melakukan transformasi pelayanan melalui Samsat Online Nasional.
Nah Samsat Online Nasional ini bertujuan untuk memberikan kemudahan pelayanan kepada masyarakat yang mencerminkan pola Good Government Services dengan cara mengimplementasikan inovasi pelayanan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) serta pengesahan STNK yang berbasis self service, yang mengedepankan fungsi keamanan, integrasi, dan otomatisasi.
Sebagai upaya untuk memonitor pendapatan secara real time, Jasa Raharja memiliki Aplikasi Monitoring Data Pendapatan (MONITA). Melalui aplikasi ini akan memudahkan evaluasi manajemen terhadap pencapaian target penerimaan, sehingga tercapai zero outstanding.
“Sedangkan guna optimalisasi pendapatan kami telah melakukan sinkronisasi data host to host dengan ASDP, Pelni, Angkasa Pura I, Angkasa Pura II, Damri, dan KAI,” lanjut Amos.
Jasa Raharja pada awal Mei 2019 juga meluncurkan inovasi digital yaitu Aplikasi JRku yang dapat diunduh di Google Play Store untuk android dan App Store untuk IOS. Aplikasi ini sangat bermanfaat bagi masyarakat karena dapat mengajukan santunan secara online, termasuk mengecek masa berlaku SWDKLLJ.
Bahkan melalui aplikasi ini masyarakat dapat melaporkan apabila ada kecelakaan alat angkutan umum dan kecelakaan lalu lintas yang terjadi serta memberikan informasi daerah rawan kecelakaan agar pengguna lain dapat berhati hati apabila melalui daerah tersebut.
Selain inovasi berbasis teknologi, BUMN ini juga akan terus mengedepankan keterbukaan atas kinerja berbasis “Easy Access To Friendly Access” dengan melibatkan masyarakat sebagai social supervisory agent. “Sehingga ke depan transformasi ini menjadi media bagi masyarakat untuk dapat berperan aktif melakukan pengawasan, memberikan saran atau masukan guna peningkatkan kinerja kami kepada masyarakat,” tutup Amos.
Recommended By Editor
- Mahasiswi meninggal saat Ramadan, salat jenazahnya banjir jamaah
- Kisah di balik foto ibu tidur di atas makam anaknya ini sedih
- Aksi heroik polisi korbankan motornya untuk tahan truk rem blong
- 10 Anatomi tubuh orang yang akan bertahan dari tabrakan, aneh
- 10 Pemotretan tentang orang yang bertahan dari kecelakaan, ngeri