Brilio.net - Nama Zaadit Taqwa kini semakin sering muncul di berbagai media. Aksi kartu kuning yang diacungkan kepada Presiden Joko Widodo ini pun berujung panjang. Ya, Ketua BEM UI ini terus-terusan menjadi perbincangan publik lantaran aksinya itu.

Akibat aksinya itu, Zaadit pun sempat mendapat surat 'cinta' dari dokter yang tengah mengabdi di pedalaman Papua. Namun ternyata tak cuma sampai di situ.

Cowok yang akrab disapa Babe ini pun kembali mendapat surat 'cinta untuk kedua kalinya. Namun bukan dari dokter di Papua, tetapi dari seorang mantan mahasiswa yang kini berada di Jepang.

Surat 'cinta' itu ditulis oleh mantan mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) bernama Endro Rianto. Melalui akun Facebooknya, mahasiswa lulusan Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan ini turut memberikan 'solusi' untuk Zaadit.

Berikut surat 'cinta' dari Endro Rianto mantan mahasiswa untuk Ketua BEM UI Zaadit Taqwa yang brilio.net kutip dari akun Facebook Endro Kakachui, Jumat (9/2). Tulisannya menggunakan bahasa halus, namun isinya menohok.

surat cinta dari endro jepang   2018 brilio.net

"Kartu kuning untuk Jokowi

President BEM UI mengatakan bahwa belum pernah ke suku asmat, tetapi dengan melihat berita yang ada di media kita bisa tahu segimana penderitaan masyarakat Papua.

duh dek, media mana yang adek baca? sudah diklarifikasi kebenarannya belum?

oke mari kita bantu untuk cari solusi jika memang tujuannya adalah membantu suku asmat.

1. klarifikasi apakah berita itu benar atau tidak? kalau adek belum bisa ke sana, adek kan presiden BEM.

setahu saya presiden seluruh BEM indonesia pasti ada forumnya, jadi cara klarifikasinya adek kontek aja presiden BEM paling dekat dengan suku asmat, Presiden BEM universitas Cendrawasih Contohnya.

atau justru ada dari mahasiswa di universitas Cendrawasih itu dekat dari suku asmat malah sangat membantu. pokoknya cari sumbernya yang terpercaya. Tabayun.

2. Jika benar adanya rakyat suku asmat masih menderita, trus apa yang bisa kita lakukan sebagai seorang mahasiswa.

OK pertama berorasi agar pemerintah cepat menyelesaikan masalah, apakah ada solusi yang ditawarkan?

nah kalau belum, diskusikan sebelum berorasi, jadi memberi kritikan dengan solusi.

contohnya : karena di sana belum banyak puskesmas jadi tingkat kesehatan rendah, kami meminta bantu pemerintah untuk membuatkan puskesmas atau menambah armada kesehatan ke sana karena jumlah tenaga dengan jumlah penduduk yang sakit tidak seimbang, - tentu bawa data bukan hanya omogngan.... dan solusi-solusi lainnya.

3. kalau sudah orasi dan punya solusi tapi tidak digubris pemerintah, kan BEM punya ikatan seluruh mahasiswa yang seindonesia tadi, buat kegiatan bhakti di sana, kumpulin dan musywarahkan dengan BEM seluruh Indonesia. tapi kan uangnya gk ada, trus waktunya juga untuk kuliah?

oke saya tahun 2013 mengikuti kegiatan pramuka perguruan tinggi se-Indonesia, kita hidup bareng bahkan mandi di sungai bersama masyarakat dan itu biaya nya dapat dari DIKTI waktu itu.

masak jaman now gak ada biaya untuk kegiatan sekelas BEM dari Dikti. kalau memang tidak ada mungkin karena kegiatannya justru kurang menarik.

kalau masalah waktu, meninggalkan kuliah seminggu katakanlah pas libur semester bukannya lebih abdol, trus caranya bagaimana panitianya bagaiamana ngaturnya? itu lah tempat kita belajar.

4. Adek dan Pak Jokowi kan sama-sama seorang presiden.

Pertanyaannya seberapa banyak yang sudah adek sumbangkan ke Indonesia dibanding Pak Jokowi?

saya bukan berarti membela pemerintah, tapi kalau melihat adek memberi kritik tanpa ada solusi, apalagi tak mengerti kondisi di sana itu justru merepotkan diri.

Bagusan mana mengkritik tanpa henti atau memberi solusi tanpa henti.

tentunya sambil memberdoa buat kemajuan negeri.

Jadi aktivis itu perlu, tapi jadi mahasiswa solutif itu lebih bermutu.

salam Mahasiwa, dari mantan mahasiswa.

Jepang, 8 Feb 2018,"


Sayangnya, postingan tersebut sudah tak ada di wall Facebook milik Endro Kakachui. Namun demikian, unggahan itu pun sempat viral dan menjadi perbincangan hangat warganet. Hingga kini, brilio.net sedang meminta konfirmasi kepada Endro Rianto lewat akun Facebooknya, namun belum ada jawaban.