Brilio.net - Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia baru-baru ini merilis data terbaru terkait tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Agustus 2024. Meskipun ada penurunan angka pengangguran dari tahun ke tahun, hasil survei ini menunjukkan bahwa lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih mendominasi jumlah pengangguran di Indonesia. Hal ini menjadi perhatian utama, mengingat banyaknya lulusan SMK yang seharusnya memiliki keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja.
Berdasarkan data BPS, pada Agustus 2024 tercatat sekitar 7,47 juta orang yang menganggur. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 390 ribu orang dibandingkan dengan tahun 2023. Ini menunjukkan ada perkembangan positif dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia, meskipun masalah pengangguran masih menjadi isu besar. Penurunan ini terbilang signifikan, mengingat kondisi ekonomi yang masih terdampak oleh berbagai tantangan global dan nasional.
Namun, jika kita melihat lebih rinci berdasarkan latar belakang pendidikan, angka pengangguran menunjukkan pola yang berbeda. Lulusan dari jenjang pendidikan yang lebih tinggi, seperti D4, S1, S2, dan S3, mengalami peningkatan dalam tingkat kebekerjaan. Sebaliknya, pengangguran juga mengalami penurunan di kalangan lulusan SD hingga SMP.
Menurut Amalia A. Widyasanti, Pelaksana Tugas Kepala BPS, terdapat penurunan yang cukup signifikan pada pengangguran di kalangan lulusan SD dan SMP, masing-masing sebesar 1,02 persen poin dan 0,15 persen poin antara 2023 dan 2024.
Lulusan SMK menjadi penyumbang pengangguran terbesar.
foto: freepik.com
Meskipun pengangguran secara keseluruhan menurun, ada satu kelompok yang tetap menjadi penyumbang terbesar dalam angka pengangguran, yakni lulusan SMK. Dalam data BPS, terlihat bahwa meskipun angka pengangguran lulusan SMK menurun dari tahun ke tahun, kelompok ini tetap mendominasi angka pengangguran di Indonesia.
Pada Agustus 2024, tingkat pengangguran untuk lulusan SMK tercatat sebesar 9,01 persen, meskipun sedikit lebih rendah dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 9,31 persen. Penurunan ini memang terbilang kecil, namun tetap menunjukkan bahwa lulusan SMK memiliki tantangan besar dalam memasuki pasar kerja.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, data menunjukkan bahwa tingkat pengangguran untuk lulusan SMK masih lebih tinggi dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya. Pada 2019, tingkat pengangguran SMK tercatat sebesar 10,36 persen, kemudian sempat melonjak pada 2020 menjadi 13,55 persen akibat pandemi, namun terus menurun sejak saat itu. Meskipun demikian, penurunan tersebut tidak cukup signifikan untuk mengurangi dominasi lulusan SMK dalam angka pengangguran nasional.
Untuk lebih memahami fenomena ini, mari kita lihat data pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan dari tahun 2019 hingga 2024. Berikut adalah tren pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan:
1. SD ke Bawah
- 2019: 2,39%
- 2024: 2,32%
Penurunan sebesar -0,24 persen poin menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar penduduk dengan latar belakang pendidikan rendah masih mengalami pengangguran, tren ini menunjukkan adanya perbaikan.
2. SMP
- 2019: 4,72%
- 2024: 4,11%
Pengangguran pada lulusan SMP juga mengalami penurunan sebesar -0,67 persen poin, menunjukkan bahwa lulusan SMP semakin mudah mendapatkan pekerjaan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
3. SMA
- 2019: 7,87%
- 2024: 7,05%
Penurunan sebesar -1,10 persen poin pada lulusan SMA menunjukkan adanya perbaikan dalam penyerapan tenaga kerja di kalangan mereka.
4. SMK
- 2019: 10,36%
- 2024: 9,01%
Meskipun mengalami penurunan, pengangguran pada lulusan SMK masih lebih tinggi dibandingkan dengan jenjang lainnya, dengan penurunan yang sangat sedikit (-0,30 persen poin) dibandingkan tahun sebelumnya.
5. D1/D2/D3
- 2019: 5,95%
- 2024: 4,83%
Lulusan D1, D2, dan D3 mengalami sedikit peningkatan dalam pengangguran, namun perubahan ini sangat kecil.
6. D4/S1/S2/S3
- 2019: 5,64%
- 2024: 5,25%
Meskipun terjadi sedikit peningkatan dalam jumlah pengangguran pada lulusan jenjang pendidikan tinggi, secara keseluruhan kelompok ini mengalami penurunan angka pengangguran.
Penyebab lulusan SMK mengalami pengangguran tinggi.
foto: freepik.com
Tingginya angka pengangguran pada lulusan SMK ini tentunya tidak terlepas dari beberapa faktor. Salah satunya adalah gap antara keterampilan yang diajarkan di sekolah dan kebutuhan pasar kerja. Meskipun SMK dirancang untuk memberikan keterampilan praktis yang dapat langsung diterapkan di dunia kerja, kenyataannya banyak lulusan SMK yang kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian mereka.
Selain itu, masalah ketidakcocokan antara jumlah lulusan SMK dengan lowongan pekerjaan yang tersedia juga menjadi masalah besar. Pasar kerja Indonesia masih sangat terbatas dalam menyerap tenaga kerja terampil, terutama di sektor-sektor yang membutuhkan keahlian khusus. Lulusan SMK yang hanya memiliki keterampilan terbatas sering kali kesulitan untuk bersaing dengan lulusan pendidikan tinggi yang memiliki keahlian lebih umum dan lebih luas.
Untuk mengatasi masalah pengangguran di kalangan lulusan SMK, perlu ada upaya yang lebih besar untuk menjembatani kesenjangan antara pendidikan dan dunia kerja. Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu meningkatkan kualitas pendidikan di SMK dengan cara memperbaharui kurikulum yang lebih relevan dengan kebutuhan industri. Selain itu, kerja sama antara sekolah kejuruan dan dunia industri juga sangat penting agar lulusan SMK dapat mendapatkan pengalaman kerja yang lebih banyak sebelum mereka lulus.
Diharapkan dengan adanya kebijakan dan pelatihan yang lebih fokus, serta peningkatan kolaborasi antara pendidikan dan sektor industri, jumlah pengangguran di kalangan lulusan SMK bisa terus menurun di masa mendatang.
Recommended By Editor
- Pengamat pendidikan ini minta kembalikan UN tapi tak dijadikan syarat kelulusan, begini alasannya
- Kuasai matematika selevel SMA, anak-anak ‘kampung’ ini juara lomba coding Internasional di Korea
- Mengenal sosok Peter Carey, sejarawan yang karyanya diduga diplagiat dosen UGM
- Permintaan Peter Carey pada tim dosen UGM usai heboh kasus dugaan plagiat buku sejarah miliknya
- Heboh tim dosen UGM diduga plagiat buku milik sejarawan top Peter Carey, begini respons sang penulis