Brilio.net - Kasus kekerasan yang melibatkan tenaga pengajar atau guru di Indonesia kian memprihatinkan. Baru-baru ini yang bikin heboh adalah kasus Supriyani, seorang guru honorer dari Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, yang menjadi terdakwa kasus kekerasan terhadap salah seorang siswa. Peristiwa ini bukan satu-satunya, karena itu, patut untuk menjadi sinyal adanya permasalahan sistemik yang terjadi di berbagai tempat di Indonesia.

Untuk mengatasi persoalan ini, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Muti menyampaikan rencananya menggandeng berbagai pihak dalam upaya mengurangi angka kekerasan terhadap guru.

Abdul Muti menyatakan bahwa untuk mencegah kekerasan ini, penyelesaian masalah harus dilakukan dari akar atau hulu. Penanganan yang hanya berfokus pada setiap kasus yang muncul secara kasuistik, menurutnya, tidak akan memberikan solusi jangka panjang karena kekerasan akan tetap berulang.

Abdul Muti menekankan pentingnya penanganan bersama antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat luas agar para guru terlindungi dalam menjalankan tugas mereka di lingkungan sekolah yang aman.

Pendekatan kolaboratif bersama Polri dan NU.

mendikdasmen tekan kekerasan guru Instagram

foto: Instagram/@abe_mukti

Salah satu langkah konkret yang direncanakan Abdul Muti adalah kerja sama dengan Polri. Kolaborasi ini tidak hanya sebatas penyelesaian kasus kekerasan pada guru dan pelajar tetapi juga mencakup pembinaan karakter peserta didik di sekolah. Menurutnya, Polri memiliki peran penting dalam mendukung keamanan dan ketertiban, termasuk di lingkungan pendidikan.

Abdul Muti juga menyampaikan bahwa sudah ada komunikasi informal dengan Kapolri terkait persoalan ini. Dalam beberapa waktu mendatang, ia berencana untuk mengadakan pertemuan formal guna membahas strategi yang lebih terstruktur dalam mengurangi angka kekerasan terhadap guru. Harapannya, kerjasama ini akan mencakup program-program pencegahan kekerasan serta pelatihan kepada pelajar untuk menghargai guru dan sesama teman di lingkungan sekolah.

Di sisi lain, Abdul Muti juga terbuka terhadap pendekatan pendidikan berbasis komunitas. Salah satu organisasi yang diajak bekerja sama adalah Nahdlatul Ulama (NU). NU melalui program Gerakan Keluarga Maslahat PBNU telah memulai pendekatan komunitas untuk membangun karakter peserta didik di lingkungan masyarakat. Program ini mencakup pendidikan dan pelatihan untuk keluarga dan komunitas agar turut mendukung perkembangan pendidikan anak.

Pentingnya pendidikan karakter dan dukungan masyarakat.

mendikdasmen tekan kekerasan guru Instagram

foto: Instagram/@abe_mukti

Tidak hanya di lingkungan sekolah, pendidikan karakter juga harus dikuatkan di lingkungan rumah dan masyarakat. Abdul Muti menekankan bahwa pendidikan yang baik tidak bisa tercapai jika hanya dilakukan oleh guru di sekolah. Masyarakat dan keluarga juga perlu berperan aktif dalam membimbing anak-anak agar menghormati guru dan mematuhi aturan sekolah. Dalam konteks ini, NU mengusulkan agar komunitas turut andil dalam mendukung pendidikan karakter anak dengan pendekatan komunitas berbasis kekeluargaan dan pendampingan.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, atau yang lebih dikenal sebagai Gus Yahya, juga mendukung gagasan ini. Menurutnya, kekerasan bisa dicegah dengan memperkuat pendidikan berbasis komunitas melalui berbagai kegiatan, pendampingan, serta pelatihan bagi keluarga. Tujuannya adalah agar masyarakat memiliki kesadaran bersama untuk menjaga dan mendukung pendidikan anak-anak yang produktif serta bebas dari kekerasan.

Kalau di sekolah diajarkan dengan baik, maka di masyarakat juga harus mendukungnya, ujar Gus Yahya seperti dilansir brilio.net dari ANTARA.

Abdul Muti menyadari bahwa kekerasan pada guru adalah masalah kompleks yang tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak saja. Kerja sama multipihak ini bukan sekadar wacana, melainkan langkah konkret yang telah mulai dirintis. Ia berharap, dengan adanya sinergi dari berbagai elemen seperti lembaga pemerintah, organisasi masyarakat, dan komunitas pendidikan, lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bisa tercipta di seluruh wilayah Indonesia.

Langkah Abdul Muti ini juga memberi harapan bagi para pendidik di Indonesia untuk memperoleh lingkungan kerja yang lebih aman dan bebas dari kekerasan. Menurutnya, sinergi dengan Polri, NU, dan pihak-pihak lainnya akan membawa perubahan positif bagi pendidikan Indonesia ke depan. Tentunya, kolaborasi ini membutuhkan dukungan serta peran aktif dari berbagai pihak agar tercapai hasil yang diinginkan.

Melalui berbagai upaya ini, diharapkan permasalahan kekerasan terhadap guru bisa berkurang. Guru adalah pilar utama dalam proses pendidikan, dan tugas mereka harus didukung sepenuhnya agar mereka dapat mendidik dengan maksimal tanpa rasa takut atau terancam. Langkah-langkah yang diambil Mendikdasmen Abdul Muti dengan menggandeng Polri dan komunitas seperti NU adalah contoh nyata dari upaya pemerintah dalam menciptakan sistem pendidikan yang aman dan berintegritas.