Brilio.net - Sampai dengan hari ini, sekitar 1,3 miliar manusia di dunia masih belum memiliki akses terhadap listrik. Kebanyakan mereka berasal dari kawasan pedesaan, khususnya di kawasan Afrika dan Asia Tenggara, yang membutuhkan listrik stabil dan terjangkau.

Di Asia Tenggara sendiri, di antara populasi yang hampir 650 juta orang, masih ada 125 juta manusia yang mengalami kekurangan pasokan listrik atau bahkan tidak mendapat sama sekali. Negara seperti Indonesia (yang memiliki lebih dari 17.500 pulau) dan Filipina (dengan 7.000 pulau), kini menghadapi tantangan yang besar. Yakni bagaimana menyediakan listrik bagi seluruh penduduk di wilayah geografis yang luas, namun sekaligus juga bisa menghindari adanya kerusakan lingkungan yang tidak bisa dibenahi.

Dengan banyaknya pulau, rasanya kurang realistis, baik secara finansial maupun teknologi, untuk bisa menutupi seluruh kawasan Asia Tenggara dengan menggunakan pendekatan yang sama seperti kawasan Amerika Utara dan Eropa. Padahal saat ini, akses terhadap listrik adalah salah satu hak asasi manusia, sehingga otomatis masyarakat yang tidak mendapatkan listrik berarti mereka tidak mendapat kualitas hidup yang layak.

Masih banyak menggunakan energi diesel

Sebagaimana dilansir brilio.net dari laman GE Reports Indonesia, Senin (26/6), banyaknya daerah di Asia Tenggara yang masih hidup jauh di kawasan terpencil di mana pasokan listrik yang masih minim, bisa menghambat perkembangan ekonomi masyarakat lokal.

Kebanyakan dari masyarakat dari pulau atau daerah terpencil ini masih sangat bergantung dengan energi diesel, yang merupakan kontributor pencemaran polusi terbesar di seluruh dunia. Di sinilah dibutuhkan adanya penyediaan pasokan listrik yang bisa diperbaharui dan lebih terjangkau, sehingga bisa mengurangi adanya ketergantungan pada diesel.

REIDS sebagai solusi pengembangan listrik yang bisa diperbarui

Teknologi energi terbarukan jadi solusi pengembangan listrik Asean GE Reports Indonesia


Sadar akan potensi tersebut, Nanyang Technological University (NTU) Singapura, didukung oleh Economic Development Board (Badan Pengembangan Ekonomi) dan National Environment Agency (Badan Lingkungan Hidup Nasional) Singapura meluncurkan Renewable Energy Integration Demonstrator Singapore (REIDS), yaitu sebuah platform yang bisa digunakan untuk mendesain, mendemonstrasikan serta menguji sistem dan teknologi energi listrik yang terjangkau dan bisa diperbaharui untuk seluruh kawasan Asia Tenggara.

REIDS adalah microgrid pertama di wilayah tersebut sekaligus hybrid microgrid terbesar di kawasan tropis. Teknologi ini terletak di TPA Semakau, 8 km dari selatan Singapura yang juga merupakan TPA lepas pantai pertama di dunia.

Ide ini muncul dengan tujuan untuk mempelajari dan menunjukkan kemampuan memasok energi yang berkelanjutan dan terjangkau bagi kawasan Asia Tenggara. Dengan adanya platform ini nantinya akan menghadirkan model untuk perencanaan, penyebaran dan operasi microgrids fisik memanfaatkan potensi terbarukan di wilayah ASEAN. Proyek ini juga bertujuan untuk melayani kebutuhan energi baik untuk masyarakat, ekonomi dan juga perkembangan pasar.

Peran GE Energy dalam REIDS

Teknologi energi terbarukan jadi solusi pengembangan listrik Asean GE Reports Indonesia


Sebagai bagian dari REIDS, NTU bersama dengan GE Energy Connections Grid Solutions bersama-sama mengembangkan MicroGrid Power Mix Management, yang mana membantu untuk mengelola pertukaran power di antara microgrid ketika power tersebut dipisahkan atau dihubungkan dengan main grid. Solusi ini sangat penting untuk memastikan perpindahan dengan halus dan aman dari energi yang terbaharukan ke sistem penyimpanan energi atau bahan bakar fosil apabila dibutuhkan untuk menstabilkan pasokan listrik.

Penggunaan microgrid ini tentunya merupakan solusi yang menarik mengingat adanya kesalingterkaitan antar grid dengan beragam sumber energi serta kemampuannya untuk memasok listrik ke pulau-pulau dan ke desa terpencil selama situasi darurat. Untuk Semakau sendiri, proyek REIDS ini akan menunjukkan kemampuan untuk mengelola campuran energi yang didapatkan dari sumber daya terbarukan di lingkungan luar grid, seperti angin, sinar matahari, diesel, dan teknologi gas. Kawasan ini berfungsi sebagai platform yang sempurna untuk menguji pasokan penyimpanan energi dan juga produksi energi yang terbaharukan lainnya.

Tahap awal proyek REIDS ini telah selesai dengan dengan sistem microgrid pertamanya dan kini sudah berjalan. Tinggal tiga fase lagi yang harus disempurnakan pada tahun ini. Setelah keempatnya berjalan, maka sistem ini akan diuji kapabilitas sistemnya, di mana setiap microgrid akan dievaluasi secara independen. Keberhasilan REIDS nanti bisa menjadi jalan untuk akses listrik yang terjangkau dan berkelanjutan untuk semua.