Brilio.net - Masih menjadi perbincangan hangat mengenai tewasnya seorang dokter muda di sebuah kamar kos. Diketahui, dokter tersebut berinisial ARL (30) yang merupakan mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Prodi Anestesi di Universitas Diponegoro Semarang.

Kapolsek Gajahmungkur, Kompol Agus Hartono mengatakan bahwa korban meninggal karena obat penenang yang disuntikkan langsung korban ke tubuhnya. Kasus ini pun terus bergulir dan mendapat atensi luar biasa dari publlik. Banyak yang menduga, kematian dokter muda ini tentu ada sangkut pautnya dengan kampus. 

Dugaan ini pun akhirnya diperkuat dengan adanya penemuan barang bukti berupa curhatan pilu mendiang ARL. Dalam curhatannya, korban berniat mundur dari pendidikannya.

curhatan pilu dokter muda UNDIP yang tewas freepik.com

curhatan pilu dokter muda UNDIP yang tewas
freepik.com

"Kita cek bukti buku harian, bahwa dia merasa berat pelajarannya dan senior-seniornya," ungka Kompol Agus Hartono dikutip dari merdeka.com pada Minggu (18/8).

Setelah ditelusuri lebih lanjut, curhatan itu memang berisikan keluhannya selama menjalani pendidikan. Dia meminta bantuan Tuhan untuk bisa menguatkan dirinya. Dalam tulisannya, ARL memang menyebut dirinya dalam keadaan sakit.

Di awal dia mengatakan betapa sulitnya berjuang di PPDS selama 1 semester. ARL mengaku beban fisik yang diterimanya begitu berat. Karena itu, selalu terbesit di pikirannya untuk berhenti karena tidak sanggup berjuang terlalu keras.

Di tengah penderitaan yang dirasakan, ARL mengaku seakan tak ada yang bisa menolongnya. Bahkan dia mempertanyakan apakah Tuhan mengetahui betapa tersiksanya dia saat itu.

curhatan pilu dokter muda UNDIP yang tewas freepik.com

curhatan pilu dokter muda UNDIP yang tewas
freepik.com

"1 Semester aku berjuang di sini. Terlalu berat untukku sakit sekali. Beban fisiknya begitu besar. Aku ingin berhenti. Sakit sekali, sungguh sakit. Rasanya masih sama, aku ingin berhenti," tulis ARL.

"Aku tidak sanggup setiap hari bekerja seperti ini. Ada yang bisa menolong saya? Apa Tuhan bisa menolong saya? Apa Tuhan tau aku kesakitan?" lanjutnya.

Dalam curhatan selanjutnya, ARL berujar bahwa setiap kali berharap, dia tak pernah menemukan jawabannya. Bahkan dengan beban yang diterimanya, ARl sempat berasumsi bahwa Tuhan telah membencinya.

"Kenapa di setiap aku berharap tidak pernah ada jawabannya. Apakah tuhan membenciku?" kata ARL.

Dia mengaku selalu menjerit untuk memohon pertolongan. Namun bantuan yang diminta tak kunjung datang. ARL merasa tak ada yang memperdulikannya. Bahkan dalam sebuah pertanyaan "apakah ia dilahirkan hanya untuk mengakhiri kehidupannya".

curhatan pilu dokter muda UNDIP yang tewas freepik.com

curhatan pilu dokter muda UNDIP yang tewas
freepik.com

"Aku selalu menjerit memohon pertolongan. Tapi kenapa aku dibiarkan? Apa aku dilahirkan hanya untuk mengakhiri. Seni kehidupan mana yang kulihat dahulu sehingga aku setuju untuk memilih dilahirkan? Aku tidak serta merta menyerah tanpa berusaha. Aku sudah menanggung banyak. Aku manusia biasa," keluhnya lagi.

ARL merasa punggungnya terasa sakit saat pulang. Bukan sore ataupun malam, dia lebih sering pulang saat dini hari. Karena itu, dia menulis bahwa sudah tak sanggup lagi menanggung beban yang diderita. ARL dalam curhatannya menyampaikan permohonan maaf karena sudah menyerah.

"Punggungku terasa amat sangat sakit setiap pulang. Pulang dini hari, bukan duduk-duduk saja. Aku merasakan sakit yang luar biasa malam ini. Aku tidak sanggup lagi meneruskan siklus ini. Aku mohon, maafkan aku," imbuhnya.

"Maafkan aku yang menyerah. Aku sudah berjuang. Aku sudah sangat berusaha. Aku mohon, aku mohon," lanjutnya.

Wanita berusia 30 tahun ini melanjutkan bahwa tidak ingin merasakan sakit yang lebih lama lagi. Karena itu dia memohon pengampunan kepada Tuhan.

"Aku tidak sanggup lagi. Bila harus menanggung lebih lama lagi. Aku sendirian, aku berjuang sendiri. Tidak ada yang menolongku. Aku tidak ingin sesakit ini lebih lama lagi. Semoga tuhan mengampuniku. Tuhan aku sakit. Aku mohon tempat aku pulang," tandasnya.