Brilio.net - Skripsi atau tugas akhir (TA) masih menjadi sesuatu yang menakutkan bagi sebagian mahasiswa. Tak terkecuali di Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar. Di sini mahasiswa datang dari berbagai daerah di Indonesia. Dan gara-gara skripsi, banyak mahasiswa yang tak segera lulus.
Sesuai data Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, pada tahun 2016 ada 139 kampus yang tersebar di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan jumlah 300.000 mahasiswa. Jika ada 1% saja dari jumlah mahasiswa mengalami kendala dengan skripsinnya, artinya ada 3.000 mahasiswa yang terancam gagal mendapatkan gelar akademiknya.
Fakta inilah yang kemudian menjadi lahan bisnis menggiurkan bagi sebagian kalangan. Bisnis ini bermacam-macam namanya. Ada yang menamakannya konsultasi skripsi, membantu pembuatan skripsi, bimbingan skripsi, dan lainnya. Hasilnya, jutaan rupiah akan terus mengalir seiring makin banyaknya mahasiswa yang terkendala dengan pembuatan skripsinya.
Bisnis skripsi ini memang bukan hal baru. Sejak tahun 1990-an bisnis seperti ini sudah mulai menjamur, tak terkecuali di kota pelajar Yogyakarta. Bahkan, saat ini bisnis ini ada yang dikelola secara “profesional” layaknya sebuah perusahaan. Para pelaku bisnis ini juga sudah mengiklankan diri di media sosial, melalui website dan situs jual beli online.
Di Yogyakarta, ada sekitar 128 penyedia jasa bimbingan skripsi yang secara terang-terangan mengiklankan jasanya di internet. Brilio.net mencoba menelusuri bagaimana bisnis ini bergerak, pola bisnisnya, hingga putaran uangnya. Tak banyak para penyedia jasa ini yang berkenan diwawancara. Rata-rata mereka memilih menutup diri dan enggan berbagi informasi, kecuali kepada mahasiswa yang menjadi “konsumen”nya. Hanya sedikit saja yang mau blak-blakan. Meski mereka rata-rata mengiklankan jasanya di internet.
Pelaku bisnis jasa skripsi di Yogyakarta bertebaran di mana-mana. Ada yang menyewa ruko sebagai kantor dan menerapkan manajemen sebagaimana lembaga pendidikan, namun banyak yang dilakukan oleh perorangan dan menjadikan rumah sebagai “kantornya”. Sedang, pelaku bisnis lain bertransaksi di tempat-tempat tertentu setelah berkomunikasi lewat ponsel atau media sosial.
Rachmad Hadi Mulyono, adalah salah satu pelaku bisnis skripsi yang mau berbagi cerita. Menurut dia, bisnis skripsi sudah dilakoninya sejak tahun 1994 silam dengan nama lembaga Era Group. Lembaganya ini menyediakan jasa konsultasi skripsi hingga disertasi dari berbagai jurusan. Di Era Group, bisnis skripsi menjadi usaha yang digarap secara profesional. Kantornya berupa ruko di belakang sebuah perguruan tinggi swasta. Ia dibantu tiga karyawannya. Bahkan, Rachmad juga memiliki jaringan kuat ke dosen, mahasiswa pascasarjana hingga praktisi yang setiap saat dijadikan konsultan lembaganya ketika ada “konsumen” yang membutuhkan.
Menggunakan jasa konsultasi skripsi sendiri tidak ribet. Menurut Rahmad, mahasiswa cukup datang ke kantornya untuk kemudian mendiskusikan permasalahan yang dihadapi. Setelah mengetahui permasalahannya, Rachmad akan menentukan apakah mahasiswa tersebut ia bimbing sendiri atau dimintakan bantuan kepada timnya. Baru setelah itu dibicarakan tarifnya.
Salah satu iklan bisnis skripsi.
Soal tarif, Rachmad tidak punya daftar harga tetap. “Prinsipnya saya membantu. Jadi ya saya tanya kamu masalahnya apa? Kita diskusi dan kerjakan. Situasional saja tarifnya sesuai kesepakatan, karena kepuasana setiap orang itu bisa berbeda,” ujar Rachmad. Ia mengaku selalu berusaha mengenal pelanggannya sebaik mungkin dengan harapan proses pembimbingan skripsi, transfer pengetahuan bisa berjalan dengan lancar.
Rata-rata tarif antara Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta rupiah untuk skripsi; Rp 4 juta rupiah untuk tesis; dan Rp 7 juta hingga Rp 10 juta untuk disertasi. Dalam sebulan pun, ia mengaku bisa mendapat penghasilan sekitar Rp 20 juta rupiah atau Rp 240 juta per tahun. Sungguh bisnis yang menggiurkan, mengingat jumlah mahasiswa di Yogyakarta terus bertambah.
Penyedia jasa beromzet puluhan juta rupiah perbulan
Jika Rahmad membuat lembaga resmi, lain halnya dengan Riyan (bukan nama sebenarnya). Pria lulusan sarjana sebuah perguruan tinggi negeri di Yogyakarta ini bekerja seorang diri. Ia baru memulai tahun 2015 lalu. "Pelanggan saya biasanya kebanyakan mahasiswa S1 dari ilmu sosial mulai dari hukum, komunikasi, administrasi atau hubungan internasional. Jadi jika selain jurusan itu biasanya saya tolak,” ujar Riyan.
Ia memilih tak beriklan di manapun dan bergerak secara sembunyi-sembunyi. Ia mengandalkan jaringan dari mulut ke mulut. Riyan biasanya akan memberikan konsultasi dan ikut membantu menggarapkan skripsi hingga selesai. "Saya melihat mahasiswa ini kerap sekali bingung, butuh bimbingan tapi dosen terkadang terlalu sedikit memberi bimbingan, kadang ada yang cuma 3 - 5 menit per bimbingan,” katanya.
Alasan itulah yang membuatnya terjun di dunia bisnis konsultasi skripsi. Sehingga ia sangat lentur soal waktu konsultasi. Rata-rata, ia membutuhkan waktu sekitar 10 - 20 hari per bab-nya. Adapun tarif yang harus dibayarkan adalah kisaran antara Rp 2,5 juta - Rp 3 juta untuk skripsi. Riyan juga beberapa kali menggarap tesis, meski dia belum pernah kuliah S2. Untuk tesis harganya Rp 4,5 - Rp 5 juta. Dalam setahun Riyan bisa meraup uang Rp 75 juta dari bisnis skripsi ini.
Pola bisnis berbeda diungkapan pelaku bisnis lainnya, Ardi Santoso. Alumni Fakultas Teknik salah satu perguruan tinggi ternama di Yogyakarta ini mengatakan bisnis konsultasi skripsi bukan sesuatu yang harus ditutupi. Ia menyebut bisnis ini seperti lembaga kursus untuk siswa sekolah. Ardi sudah menjalankan bisnisnya sejak tahun 1998 atau sekitar 19 tahun lalu.
Ardi dikenal sebagai sebagai penyedia jasa konsultasi skripsi spesialis jurusan teknik kimia. Layaknya seorang dosen, ia memberikan pemahaman secara terus menerus hingga mahasiswa mengerti dan mampu mengerjakan skripsinya hingga selesai. “Dulu banyak yang meminta saya untuk menggarapkan, namun sejak 2000 sudah murni bimbingan skripsi dan tidak menerima penggarapan. Murni hanya konsultasi,” tegasnya.
Dalam proses membantu pembuatan skripsi mahasiswa teknik kimia bisa membutuhkan waktu hingga satu tahun lebih. Namun dengan konsultasi mahasiswa bisa mengerjakannya lebih cepat, minimal 6 bulan. Ardi tak setuju jika jasanya sebagai konsultan skripsi dan tugas akhir disejajarkan dengan bisnis penggarapan skripsi. Karena apa yang ia lakukan adalah membimbing dengan kemampuannya agar mahasiswa bisa mengerjakan skripsi secara mandiri.
Ardi memberikan kuliah pendek di sebuah ruang kecil di kediamannya yang didesain mirip ruang kuliah dan digunakan setiap proses konsultasi serta simulasi ujian menjelang pendadaran skripsi atau tugas akhir. “Di sini ada kuliah 10 kali pertemuan dan ada pertemuan intensif khusus sebelum pendadaran. Intinya di sini adalah bagaimana orang tidak tahu jadi tahu, bagaimana orang tidak paham jadi paham. Caranya ya sering diskusi dan buka literatur sehingga proses upgrading itu berjalan,” terangnya.
Untuk setiap skripsi, Ardi bekerja sendiri tanpa dibantu orang lain. Jasa bimbingnya pun dibanderol dengan tarif yang cukup mahal, sekitar Rp 4 juta. Setiap tahun ia bisa membimbing hingga 40 skripsi. Dengan begitu, Ardi bisa mendapatkan uang sekitar 160 juta rupiah per tahunnya. Nominal yang tak kecil untuk sebuah bisnis yang dikerjakan seorang diri.
Nah, melihat pola bisnis skripsi yang demikian, terlihat betapa besar perputaran uang di bisnis ini. Tak mengherankan jika jumlah penyedia jasa diprediksi terus bertambah. Jika di Yogyakarta saja ada kurang lebih sekitar 128 penyedia jasa konsultasi skripsi, yang rata-rata dibanderol Rp 3 juta, maka tiap tahun putaran uang mencapai Rp 11,5 miliar. Itu jika perhitungan rata-rata penyedia jasa mampu menyelesaikan 30 skripsi/tahun. Bagaimana, kamu tertarik terjun di dunia bisnis ini? (bersambung)