Brilio.net - Sudah lebih dari satu tahun virus corona menyerang banyak negara di dunia. Baru-baru ini, dikabarkan telah muncul dua varian virus corona baru yang mulai menyebar ke beberapa wilayah.
Varian baru dari virus corona tersebut pertama kali diidentifikasi di Inggris. Dilansir brilio.net dari merdeka.com pada Rabu (3/3) varian virus itu disebut dengan B.1.1.7. Virus tersebut pun telah menunjukkan kekuatannya untuk menyebar jauh dan cepat. Selain di Inggris, ditemukan pula di Afrika Selatan, mutasi yang disebut B.1.351 bisa menjauhi antibodi manusia, menumpulkan efektivitas beberapa vaksin.
Munculnya mutasi tersebut membuat para ilmuwan mengamati varian ketiga yang mengkhawatirkan muncul di Brasil, disebut P.1. Penelitian pada P.1 ini berjalan lebih lambat sejak ditemukan akhir Desember 2020, membuat para ilmuwan belum bisa memastikan seberapa mengkhawatirkan varian ini.
Saat ini tiga penelitian sedang dilakukan oleh para ilmuwan terkait kemunculan P.1 di Kota Manaus di Amazon, Brasil. Kemungkinan besar varian ini muncul pada November dan memicu lonjakan kasus virus corona. Penelitian menemukan varian ini dapat mendominasi peningkatan kasus di kota tersebut karena meningkatnya tingkat penularan virus.
Varian ini juga memiliki kemampuan untuk menginfeksi orang yang memiliki kekebalan dari infeksi Covid-19 sebelumnya. Eksperimen laboratorium menyatakan P.1 bisa memperlemah efek perlindungan vaksin China yang kini digunakan di Brasil.
"Temuan ini berlaku untuk Manaus, tapi saya tidak tahu apakah mereka juga berlaku di tempat lain," jelas ahli virology di Imperial College London, Nuno Faria, yang memimpin sejumlah penelitian baru.
Sudah ditemukan di 24 negara.
foto: freepik.com
Menurut para ahli, varian P.1 ini harus dianggap serius meski hingga saat ini masih ada misteri seputar P.1.
"Tak masalah mengkhawatirkan P.1, dan data ini memberikan kita alasan mengapa (kita perlu khawatir)," ujar seorang ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat TH Chan Harvard, William Hanage.
Dianggap serius, varian virus corona baru ini telah menyebar di sebagian wilayah Brasil lainnya dan ditemukan di 24 negara lain. Di AS, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) telah mencatat enam kasus di lima negara bagian: Alaska, Florida, Maryland, Minnesota, dan Oklahoma.
Dr. Faria dan rekannya mulai menelusuri varian baru ketika muncul di Brasil musim semi lalu. Manaus, kota dengan populasi 2 juta jiwa, sangat terdampak varian baru ini. Pada puncak musim semi, pemakaman di Manaus penuh dengan korban varian baru dari virus corona.
Tapi setelah puncak pada akhir April, Manaus berhasil melewati pandemi terburuk. Beberapa ilmuwan berpikir penurunan itu berarti Manaus telah mencapai kekebalan kawanan (herd immunity).
Dr. Faria dan koleganya meneliti virus antibodi corona dalam sampel dari bank darah Manaus pada Juni dan Oktober. Mereka memastikan sekitar tiga perempat penduduk Manaus telah terinfeksi. Namun menjelang akhir 2020, kasus baru mulai melonjak lagi.
"Kasus sebenarnya jauh lebih banyak dibandingkan puncak kasus sebelumnya, yang terjadi pada akhir April," kata Dr. Faria.
Pasien berisiko terinfeksi ulang.
foto: freepik.com
Di Inggris, para peneliti menemukan B.1.1.7 melonjak di seluruh negeri. Untuk mencari varian, Dr. Faria dan rekannya memulai upaya pengurutan genom baru di kota tersebut. Meskipun B.1.1.7 telah sampai di bagian lain Brasil, mereka tidak menemukannya di Manaus. Sebaliknya, mereka menemukan varian yang belum pernah dilihat orang sebelumnya.
Beberapa mutasi secara khusus membuatnya khawatir, karena para ilmuwan telah menemukan mereka di B.1.1.7 atau B.1.351. Eksperimen menunjukkan beberapa mutasi mungkin membuat varian lebih mampu menginfeksi sel. Mutasi lain memungkinkan mereka menghindari antibodi dari infeksi sebelumnya atau yang dihasilkan oleh vaksin.
Saat Dr. Faria dan rekannya menganalisis hasil temuan, para peneliti di Jepang membuat penemuan serupa. Empat turis yang pulang dari Amazon pada 4 Januari dinyatakan positif virus corona. Pengurutan genom mengungkapkan serangkaian mutasi yang sama seperti dilihat Dr. Faria dan rekan-rekannya di Brasil.
Mungkin juga P.1 dapat menginfeksi ulang orang yang sebelumnya positif virus corona. Biasanya, infeksi ulang virus corona jarang terjadi, karena antibodi yang diproduksi oleh tubuh setelah infeksi bertahan selama berbulan-bulan. Tapi ada kemungkinan P.1 membawa mutasi yang mempersulit antibodi tersebut untuk menempel, memungkinkannya untuk menyelinap ke dalam sel dan menyebabkan infeksi baru.
Vaksin dari China kurang efektif.
foto: freepik.com
Melihat hasil penelitian tersebut, Dr. Faria dan rekannya juga menguji antibodi dari delapan orang yang menerima CoronaVac, vaksin buatan China yang telah digunakan di Brasil. Mereka menemukan, antibodi yang dihasilkan oleh vaksin dari China kurang efektif dalam menghentikan varian P.1 dibandingkan jenis lainnya.
Vaksin ini mungkin dapat memberikan perlindungan yang kuat dari P.1 meskipun antibodi yang dihasilkannya tidak sekuat itu. Bahkan jika varian ini berhasil menginfeksi orang yang telah divaksinasi, kemungkinan besar mereka akan tetap terlindung dari serangan Covid-19 yang lebih parah. Perlu diwaspadai, ancaman yang ditimbulkan dari varian baru virus corona ini dapat muncul di mana saja di dunia.
Recommended By Editor
- 8 Potret terkini Ratri pasien 03 Covid-19, sibuk di dunia seni
- Aksi kreatif pasien Covid-19 buat wayang dari kotak makan, tuai pujian
- Kemensos setop beri santunan Rp 15 juta bagi keluarga korban Covid-19
- Perjuangan 17 seleb sembuh dari Covid-19, inspiratif dan bikin haru
- Ramai diperbincangkan, ini 5 fakta vaksin Covid-19 gratis di Indonesia