Brilio.net - Virus Corona atau Covid-19 yang berasal dari Wuhan, China ini sudah dinyatakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai pandemi global. Sejauh ini virus tersebut diketahui dapat menyebar melalui pericakan ludah maupun kontak dekat.
Dilansir brilio.net dari Disease Control and Prevention (CDC) Senin (30/3), virus SARS-CoV-2 menyebar dari satu orang ke orang lainnya lewat kontak dalam radius 1,8 meter. Pasien yang menderita Covid-19 menyebarkan partikel-partikel virus lewat droplets (dahak) yang lewat batuk atau bersin. Partikel tersebut bisa masuk dalam tubuh lewat mulut atau hidung.
Namun sebuah pesan sempat beredar di media sosial yang menyatakan virus Corona Covid-19 dapat menular melalui udara dan mampu bertahan selama 8 jam. Menanggapi hal tersebut, pihak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui akun Instagramnya @who mengungkapkan apa yang telah tersebar merupakan informasi palsu.
WHO pun memberi penjelasan bahwa jalur penyebaran utama dari virus Corona adalah melalui droplets yang disebarkan ketika seseorang batuk, bersin, maupun bicara.
"Droplets ini terlalu berat untuk bertahan di udara. Mereka dengan cepat jatuh ke lantai maupun permukaan," tegas WHO dilansir brilio.net dari liputan6.com Senin (30/3).
Dalam penjelasannya, seseorang bisa terinfeksi ketika ia menghirup udara saat berada sejauh 1 meter dengan orang yang positif Covid-19, atau menyentuh permukaan benda lalu kemudian menyentuh bagian wajah seperti mata, hidung, atau mulut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.
Maka dari itu, WHO memberi peringatan untuk tetap melakukan physical distancing, atau menjaga jarak sekurang-kurangnya satu meter dengan orang lain atau dengan permukaan yang paling sering disentuh banyak orang. Tak ketinggalan, WHO juga mengingatkan untuk sering mencuci tangan dan hindari menyentuh bagian wajah.
foto: Xinhua/Xiao Yijiu via liputan6.com
Cerita yang berbeda ketika berbicara soal keadaan pada tenaga medis yang merawat pasien Covid-19.
Dilansir brilio.net dari CNBC, Senin (30/3), Organisasi Kesehatan Dunia sedang mempertimbangkan "tindakan pencegahan melalui udara" untuk staf medis setelah sebuah studi baru menunjukkan bahwa virus Corona dapat bertahan hidup di udara dalam beberapa situasi.
"Ketika kamu melakukan prosedur yang menghasilkan aerosol seperti di fasilitas perawatan medis, kamu memiliki kemungkinan untuk apa yang kita sebut aerosolize partikel-partikel ini, yang berarti mereka dapat tinggal di udara sedikit lebih lama," kata Dr. Maria Van Kerkhove, kepala unit penyakit dan zoonosis WHO yang baru muncul, kepada wartawan dalam konferensi pers virtual pada hari Senin.
Dia menambahkan, "Sangat penting bahwa petugas kesehatan mengambil tindakan pencegahan tambahan ketika mereka bekerja pada pasien dan melakukan prosedur itu."
Para pejabat kesehatan dunia mengatakan, penyakit pernapasan menyebar melalui kontak manusia ke manusia, tetesan yang dibawa melalui bersin dan batuk serta kuman yang tertinggal pada benda mati. Virus Corona dapat melayang di udara, tetap bertahan di udara tergantung pada faktor-faktor seperti panas dan kelembaban, kata mereka.
Kerkhove mengatakan para pejabat kesehatan mengetahui beberapa penelitian di sejumlah negara yang melihat kondisi lingkungan yang berbeda yang dapat mendukung Covid-19. Para ilmuwan secara khusus melihat bagaimana kelembaban, suhu dan pencahayaan ultraviolet mempengaruhi penyakit serta berapa lama ia hidup di permukaan yang berbeda, termasuk baja, katanya.
Pejabat kesehatan merekomendasikan staf medis memakai masker N95 karena diyakini dapat menyaring sekitar 95% dari semua partikel cair atau udara.
"Di fasilitas layanan kesehatan, kami memastikan petugas layanan kesehatan menggunakan tindakan pencegahan standar dengan pengecualian bahwa mereka sedang melakukan prosedur penghasil aerosol," katanya.
Recommended By Editor
- Penjelasan bentuk virus corona, struktur, dan sifatnya
- Perhatikan, ini 4 tips merawat orang dengan gejala Corona di rumah
- Dampak Corona, tingkat polusi udara di beberapa negara menurun
- Cara penularan virus Corona yang umum terjadi menurut penelitian
- 11 Mitos Virus Corona yang dibantah WHO, ini penjelasannya