Brilio.net - Hari Pahlawan 10 November 2017 menjadi momen berkesan bagi Dalijan (77) dan Kawit (94), dua veteran asal Yogyakarta. Bagaimana tidak, mereka bisa mewujudkan keinginan yang selama ini cuma jadi impian.
Mungkin bagi banyak orang keinginan mereka sangat sederhana. Mereka hanya ingin ke Jakarta. Ada dua tempat khusus yang ingin sekali mereka kunjungi, jalan-jalan ke Monas dan Istana Negara. Sudah lebih dari separuh abad mereka tak menginjakkan kaki di ibu kota.
Dalijan senang banget bisa kembali melihat Jakarta
Dalijan pernah berjuang di Trikora pada 1962-1963, bertugas di Sorong pada 1964-1965 dan juga menumpas pemberontakan G-30S/PKI. Tahun 1971, Dalijan bertugas di Batalyon 5 Para sebelum akhirnya pensiun pada 1988 dengan pangkat Sersan Mayor.
Sedangkan Kawit adalah pejuang yang pada 1945 ikut dalam pelucutan senjata Tentara Jepang di Yogyakarta. Kemudian pada 1946 Kawit bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Ambarawa Batalyon 075. Selanjutnya ia bergabung dengan TRI (Tentara Rakyat Indonesia). Pada 1949-1965 Kawit bertugas di Semarang dan setahun kemudian bertugas di Purworejo.
Kawit pusing lihat banyak mobil dan gedung menjulang tinggi
Dalijan terakhir ke Jakarta pada 1960 silam. Wajar jika ia takjub dengan perubahan ibu kota. Di mata pria kelahiran Yogyakarta, 6 Agustus 1940 ini, Jakarta dulu begitu lengang. Kini sebatas matanya memandang jajaran gedung pencakar langit yang dia lihat.
“Saya kaget, luar biasa Jakarta sekarang. Dulu gedung, hotel, hanya satu hingga dua saja, sekarang ratusan. Luar biasa Jakarta sekarang,” ujar Dalijan, pria yang pernah mengenyam pendidikan di Korps Komando Operasi Angkatan Laut (KKO AL) di Jakarta ini.
Kesampaian juga jalan-jalan di Monas
Dalijan juga bercerita, dulu dia terbiasa lari cepat dari Gambir hingga Pasar Senen. Maklum, saat itu jumlah kendaraan yang melintas bisa dihitung jari. Kini lain lagi ceritanya. “Saya senang sekali dan heran. Dulu kendaraan itu belum seberapa. Sekarang heran sekali saya banyak sekali bangunan ini,” tambah Dalijan.
Hal serupa juga dialami Kawit yang terakhir kali berada di Jakarta pada 1955 silam. Pria kelahiran Kulonprogo, Jawa Tengah, 25 April 1923 ini sampai terperangah melihat perubahan Jakarta.
Mengunjungi Tugu Proklamasi, cita-cita yang dulu mereka perjuangkan
“Saya senang dan terkesan sekali dengan Jakarta, terakhir kali ke sini tahun 1955. Jakarta belum seperti ini. Saya takjub meski agak pusing lihat banyak mobil dan gedung menjulang tinggi. Tapi Jakarta hebat dan saya sangat senang dan nyaman,” ujar Kawit.
Oh iya, keinginan mereka bisa terwujud berkat bantuan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI). Ini adalah bentuk apresiasi dari program yang diinisiasi Kementerian BUMN RI dalam memberikan penghargaan kepada veteran di Hari Pahlawan.
Corporate Secretary BNI Kiryanto mengatakan, apa yang dilakukan BNI adalah kelanjutan dari program bedah rumah veteran yang dilakukan pada peringatan Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus 2017 lalu. Kali ini, para veteran yang mendapatkan bantuan bedah rumah kembali diberikan apresiasi.
Nggak pernah nyangka bisa kembali berada di Jakarta di masa tua
“Bentuk apresiasinya kami akan turuti keinginannya. Ini sebuah program humanis untuk para veteran. Ada yang ingin ke Jakarta lihat istana, ada yang ingin napak tilas perjuangannya dan lain-lain. Ini merupakan bentuk apresiasi dari Kementerian BUMN RI,” ujar Kiryanto.
Kedua veteran menyampaikan keinginan untuk pergi ke Jakarta. Pihak BNI pun kemudian memberangkatkan mereka pagi hari tepat di Hari Pahlawan dan tiba di Jakarta pada siang hari. Keduanya pun langsung dibawa jalan-jalan mengitari ibu kota.
Recommended By Editor
- Veteran perang ini masih 'berperang' di perbatasan RI-Malaysia
- Veteran perang tewas di malam tahun baru usai nyetatus "Hari terakhir"
- Parino, veteran yang masih mahir menulis dan berbahasa Jepang
- Parino, veteran PETA, usia 16 tahun sudah berjuang memanggul senjata
- Kisah haru Mbah Marsito, tukang becak yang dulu ikut menumpas PKI