Brilio.net - Pemerintah akan memberikan gelar Pahlawan Nasional Indonesia kepada beberapa tokoh nasional pada Hari Pahlawan 10 November 2018 mendatang. Rencananya, akan ada enam tokoh yang memperoleh gelar kepahlawanan tersebut. Dan salah satunya adalah Abdurrahman Baswedan atau AR Baswedan.
Selain Abdurrahman Baswedan, tokoh lain yang juga mendapat gelar Pahlawan Nasional di antaranya, Tokoh Muhammadiyah Kasman Singodimejo, pejuang kemerdekaan dari Bangka Belitung Depati Amir, Pangeran Mohammad Noor dari Kalimantan Selatan, Kiai Haji Syam'un dari Banten, dan Andi Depu dari Sulawesi Barat.
AR Baswedan sendiri adalah kakek daru Gubenur DKI Jakarta saat ini, Anies Baswedan. AR Baswedan merupakan pejuang kemerdekaan, diplomat, dan sastrawan Indonesia. Ia lahir di Surabaya, 9 September 1908. Semasa hidupnya, AR Baswedan memang dikenal sebagai pejuang dan perancang taktik yang cerdik.
Anies Baswedan sang cucu pun turut berterimakasih atas gelar pahlawan yang disematkan kepada kakeknya itu. Ia pun sedikit menceritakan berbagai pelajaran yang ia dapatkan dari kakeknya tersebut. Dilansir dari Liputan6.com, Anies mengaku jika kakeknya selalu menyuruh Anies Baswedan membaca saat ada waktu kosong, isi waktu kosong untuk membaca, agar tidak pernah ada waktu kosong, Jumat (9/11).
Tak hanya itu, banyak fakta-fakta tentang AR Baswedan ini. Brilio.net telah mengumpulkan fakta dari AR Baswedan dari berbagai sumber, Jumat (9/11).
1. Keturunan Arab yang cinta Indonesia
foto: brilio.net
AR Baswedan yang lahir pada 9 September 1908 di Surabaya ini adalah keturunan bangsa Arab dari Timur Tengah. Dalam sebuah artikel yang ditulisnya berjudul 'Peranakan Arab dan Totoknya', dengan lugas AR Baswedan menulis, di mana saya lahir, di situlah Tanah Airku. Ia dengan tegas menyebut Indonesia adalah Tanah Airnya.
2. Pemersatu keturunan Arab di Indonesia
foto: merdeka.com
AR Baswedan mengajak semua keturunan Arab di Indonesia satu sikap dengannya. Ia juga mendirikan Partai Arab Indonesia (PAI). Awal ide didirikannya Persatuan Arab Indonesia (PAI) oleh AR Baswedan berangkat dari prinsip pengakuan Indonesia sebagai Tanah Air bagi kaum keturunan Arab.
Menurut AR Baswedan, sebenarnya kaum keturunan Arab sendiri belum yakin perihal Indonesia sebagai Tanah Air. Lewat partai itu, AR Baswedan menegaskan jati dirinya sebagai rakyat Indonesia yang punya kewajiban sama membela Tanah Airnya.
3. Hidup sebagai seorang jurnalis.
foto: brilio.net
AR Baswedan sangat pintar menulis, hingga ada yang menyebutnya seorang sastrawan. Ia belajar jurnalistik dari seorang keturunan Tionghoa, Liem Koen Hian, pemimpin dan pendiri Koran Sin Tit Po. Di harian itu pula AR Baswedan merintis karier jurnalistiknya sebagai penulis dan wartawan.
4. Berteman dengan banyak seniman.
Baswedan berteman dengan siapa saja. Ia juga banyak berteman dengan seniman, yakni Arifin C. Noer, Abdurrahman Saleh, Taufiq Effendi, Chaerul Umam dan bahkan W. S. Rendra. Tanpa memandang latar belakang suku dan agama, Baswedan juga berteman akrab dengan Romo Dick Hartoko.
Saat Baswedan sakit keras, Romo Dick dengan spontan meminta para jemaah yang hadir di acara Misa yang dipimpinnya untuk mendoakan kakek Anies ini agar cepat sembuh.
5. Pernah bekerja di kantor berita Tionghoa-Melayu
foto: brilio.net
Pada 1934, AR Baswedan pindah ke Semarang dan menjabat sebagai staf redaksi harian Mata Hari. Koran Tionghoa-Melayu ini dipimpin Kwee Hing Tjiat yang mendukung gerakan kemerdekaan Indonesia. Kwee Hing Tjiat juga merupakan pencetus ide pembaruan total etnik Tionghoa ke dalam masyarakat Indonesia.
6. Menjadi delegasi pengakuan Kemerdekaan Indonesia di Timur Tengah.
foto: brilio.net
AR Baswedan merupakan Menteri Muda Penerangan menjadi salah satu delegasi yang ikut rombongan Menteri Muda Luar Negeri H Agus Salim ke sejumlah negara Timur Tengah. Kepergian mereka ke luar negeri untuk mencari dukungan dan pengakuan negara-negara lain atas kemerdekaan Indonesia. Salah satu yang dituju adalah Mesir.
7. Menjadi sosok penting saat Mesir akui kemerdekaan Indonesia
Saat jadi diplomat, AR Baswedan sukses meyakinkan Mesir sehingga mau mengakui secara de facto kemerdekaan Indonesia. Sebagai orang yang keturunan Arab, tentu memudahkan AR Baswedan dalam berkomunikasi dengan negara-negara Timur Tengah.
8. Punya peran penting di politik Indonesia
foto: brilio.net
Abdurrahman Baswedan adalah seorang jurnalis, sastrawan, diplomat, dan juga pejuang kemerdekaan. Abdurrahman Baswedan pernah menjabat Wakil Menteri Muda Penerangan pada Kabinet Sjahrir, anggota Badan Penyelidik Usaha dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI, serta anggota dewan konstituante.
9. Mencetuskan Sumpah Pemuda Keturunan Arab
A.R. Baswedan juga mencetuskan Sumpah Pemuda Keturunan Arab yang digelar pada 4 Oktober 1934. Pada masa itu, A.R Baswedan berkeinginan mengajak serta menyadarkan keturunan Arab bahwa Tanah Air mereka adalah Indonesia dan tak lagi berorientasi pada negara-negara Arab seperti Yaman dan Hadramaut.
Berikut bunyi Sumpah Pemuda Keturunan Arab:
1. Tanah Air Peranakan Arab adalah Indonesia (sebelum itu mereka berkeyakinan tanah airnya adalah negeri-negeri Arab dan senantiasa berorientasi ke sana).
2. Peranakan Arab harus meninggalkan kehidupan menyendiri (mengisolasi diri).
3. Peranakan Arab memenuhi kewajibannya terhadap tanah-air dan bangsa Indonesia.[16]
10. Dianugerahi Bintang Mahaputra Adipradana
Pada tahun 2013 di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, AR Baswedan dianugerahi Bintang Mahaputra Adiprana. Penganugerahan bintang ini sebagai tanda kehormatan atas jasa A.R. Baswedan terhadap bangsa dan negara. Aljazair juga memberikan medali kepada A.R Baswedan atas pertemanannya dengan para tokoh Aljazair dan memberikan bantuan moril atas peristiwa Revolusi Aljazair 1 November 1954.
11. Kuasai 4 bahasa
foto: merdeka.com
Selain berbicara dan menulis dalam bahasa Indonesia, A.R. Baswedan juga menguasai Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan Bahasa Belanda dengan fasih.
12. Perjuangan menyampaikan surat pengakuan kemerdekaan dari Mesir.
foto: merdeka.com
AR Baswedan pernah ditahan pada masa pendudukan Jepang (1942). Saat Indonesia merdeka, ia dengan bertaruh nyawa dengan membawa dokumen pengakuan kemerdekaan Indonesia dari Mesir pada 1948. Padahal, semua bandara di kota-kota besar, termasuk Jakarta, sudah dikuasai tentara Belanda dan Sekutu dan tidak ada yang bisa lewat dari penjagaan mereka.
Berkat kelihaian dan kenekatannya, dengan menaruhnya di kaos kaki, dokumen penting dari Mesir itu bisa selamat dan Indonesia mendapatkan pengakuan sebagai negara merdeka secara penuh, secara de jure dan de facto.
13. Aktif berdakwah melalui lisan maupun tulisan.
foto: merdeka.com
Selain berpidato, AR Baswedan juga berdakwah melalui tulisan-tulisannya yang tersebar di berbagai majalah dan koran Islam. Ia mengasuh kolom Mercusuana di harian milik Muhammadiyah, Mercusuar (di kemudian hari berubah namanya menjadi Masa kini). Pada akhir 40-an sampai akhir 50-an A.R.
Baswedan menjadi pemimpin redaksi Majalah Hikmah, sebuah mingguan Islam popular. AR Baswedan juga menjadi ketua Dewan Dakwah Islamiyah (DDI) Cabang Yogyakarta. Bahkan, dia menjadi pelindung dan rumahnya di Tamah Yuwono menjadi tempat berteduh bagi mahasiswa atau seniman Islam yang tergabung dalam Teater Muslim.
14. Tak punya rumah hingga akhir hayatnya.
Sampai akhir hayatnya AR Baswedan tidak memiliki rumah. Dia dan keluarga menempati rumah pinjaman di dalam kompleks Taman Yuwono di Yogyakarta, sebuah kompleks perumahan yang dipinjamkan oleh Haji Bilal untuk para pejuang revolusi saat Ibukota di RI berada di Yogyakarta.
15. Perjalanan asmara AR Baswedan.
AR Baswedan menikah dengan Sjaichun. Pada tahun 1948 Sjaichun meninggal dunia di Kota Surakarta karena serangan malaria. Tahun 1950 AR Baswedan menikah lagi dengan Barkah Ganis, seorang tokoh pergerakan perempuan, di rumah KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta, Muhammad Natsir bertindak sebagai wali dan menikahkan mereka. Dia dikarunia 11 anak dan 45 cucu termasuk tokoh nasional saat ini Anies Baswedan dan Novel Baswedan.
16. Warisan peninggalan AR Baswedan
foto: bandungmawardi.wordpress.com
Peninggalan AR Baswedan adalah koleksi buku-bukunya yang berjumlah lebih dari 5.000 buku. Wasiat AR Baswedan adalah buku-buku itu dijadikan perpustakaan.
Buku-buku berbahasa Arab, Belanda, Inggris, dan Indonesia itu ditata rapi di kamar depan yang dahulu menjadi ruang kerjanya di rumahnya di Kota Yogyakarta dan masyarakat luas bisa dengan mudah mengakses koleksi buku-buku peninggalan AR Baswedan ini.
17. Hidup di tengah kesederhanaan
foto: liputan6.com
Selain tak memiliki rumah sendiri hingga akhir hayatnya, AR Baswedan pun hidup dalam kesederhanaan. Anies Baswedan sang cucu menceritakan jika kakeknya dulu bisa kembali ke Indonesia dengan uang iuran dari mahasiswa Mesir agar AR Baswedan bersama rombongan bisa kembali ke Indonesia. Lalu mobil pribadi yang dimiliki oleh AR Baswedan adalah mobil tua pemberian dari Adam Malik, wakil presiden Indonesia saat itu pada hari ulang tahunnya
18. Menolak dimakamkan di TMP Kalibata.
Pada tanggal 16 Maret 1986, AR Baswedan meninggal dunia dalam usia 77 tahun. Sebelum meninggal, dia berwasiat tak mau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Ia ingin 'beristirahat' di dekat para pejuang yang dimakamkan di Tanah Kusir. Sesuai wasiatnya, di TPU Tanah Kusir kemudian Baswedan dimakamkan.
19. Cucu yang mewarisi menjadi abdi negara.
foto: Instagram/@aniesbaswedan
Cucu dari AR Baswedan, Anies Baswedan adalah Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia pada Kabinet Kerja di era Presiden Joko Widodo di tahun 2014 hingga 2016. Pada 15 Oktober 2017 Anies dilantik menjadi Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk periode 2017-2022. Cucu AR Baswedan lainnya adalah penyidik di KPK, Novel Baswedan.
20. Perjalanan AR Baswedan hingga diberikan gelar Pahlawan Indonesia
Pada 2011-2013, Drs. Eddie Lembong melalui Yayasan Nation Building (Nabil) menginisiasi gelar pahlawan kepada AR Baswedan. Dalam rangka proses ini Yayasan Nabil mengadakan diskusi di sejumlah universitas dan tempat dan di beberapa daerah. Yayasan Nabil juga menerbitkan buku biografi AR Baswedan karya Suratmin dan Didi Kwartanada.
Meski demikian, secara formal yang mengajukan dan mengusulkan anugerah Pahlawan Nasional untuk AR Baswedan adalah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui persetujuan Sultan Hamengku Buwana X dan Walikota Yogyakarta Herry Zudianto. Selain Yayasan Nabil, ada juga upaya yang dilakukan AM Fatwa dalam proses penganugerahan ini sejak 2015.
Pada hari Kamis (8/11), Abdurrahman Baswedan, kakek dari Anies Baswedan dan Novel Baswedan, diberi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo, di Istana Kepresidenan Jakarta.
(mgg/Renno Hadi Ananta)
Recommended By Editor
- 20 Tokoh penerima gelar pahlawan nasional di era Presiden Jokowi
- 6 Tokoh diberi gelar pahlawan nasional, ini profilnya
- 11 Artis ini pernah perankan pahlawan nasional, siapa paling menjiwai?
- Pendiri HMI dan 3 tokoh ini dianugerahi gelar pahlawan nasional
- 4 Pahlawan nasional ini mulai dilupakan orang, sedih deh