Brilio.net - Ungkapan 'Enak jamanku tho?' yang beberapa bulan ini kembali muncul, langsung mengingatkan kita masa kejayaan Presiden Soeharto. Nggak dipungkiri, ketika Soeharto memimpin Indonesia beberapa bidang kehidupan masyarakat mengalami kemajuan. Meskipun demikian, keburukan presiden kedua ini tidak sedikit.

Nah, di balik kepemimpinan Soeharto, ternyata ada andil besar dari wakilnya Try Sutrisno. Mantan wakil presiden ini memang jarang terlihat, namun nggak ada salahnya untuk tahu kehidupan Try Sutrisno sekarang. Berikut 5 fakta kehidupan Try Sutrisno yang brilio.net himpun dari berbagai sumber, Selasa (31/1).

1. Karier militer yang banyak kendala.

fakta hidup Try Sutrisno  2017 berbagai sumber

foto: pinterest.com

Meskipun ayahnya bekerja sebagai petugas medis untuk Batalyon Angkatan Darat, tidak membuat karier Try Sutrisno di militer berjalan mulus. Ia pernah gagal dalam pemeriksaan fisik dan untungnya Mayjend GPH Djatikusumo tertarik dengannya. Akhirnya Try disuruh mengikuti tes dan diterima di ATEKAD (Akademi Teknik Angkatan Darat). Tak lama setelah diterima, Try Sutrisno langsung dihadapkan dengan konflik. Ketika itu ia ditugaskan untuk ikut meredam pemberontakan PRRI di Sumatera.

2. Lahir dari keluarga sederhana.

fakta hidup Try Sutrisno  2017 berbagai sumber

foto: wikipedia.org

Try Sutrisno lahir pada 15 November 1935 di Surabaya. Ayahnya Subandi adalah seorang sopir ambulans dan ibunya Mardiyah adalah ibu rumah tangga. Keadaan ekonomi pun memburuk setelah ayahnya ditugaskan ke Mojokerto.

Try Sutrisno pun akhirnya harus putus sekolah dan bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Dia lalu berdagang rokok dan juga menjajakan koran. Ia pernah ingin melamar menjadi salah satu prajurit ABRI, namun hal ini tak pernah bisa dilakukan. Ketika sudah membulatkan tekad dan mendaftar, Try Sutrisno justru dijadikan kurir yang bertugas mengantarkan obat-obatan kepada para prajurit.

3. Pernah berada dalam keterpurukan.

fakta hidup Try Sutrisno  2017 berbagai sumber

foto: indocropcircle.wordpress.com

Kesuksesan kariernya di militer, membuat Try Sutrisno pada tahun 1982 diangkat menjadi Panglima KODAM V/Jaya dan ditempatkan di Jakarta. Dengan posisinya sebagai panglima, ia mengalami keterpurukan. Saat itu ia harus mengalami pergolakan berdarah di Tanjung Priok pada tahun 1984. Dengan keadaan yang genting, Try Sutrisno malah mengambil cara yang berisiko dengan meredam kemarahan warga. Namun tindakannya itu malah membuat warga semakin beringas hingga akhirnya harus menggunakan senjata untuk meredam. Korban sebanyak 28 orang meninggal dan ini menjadi masa terburuk bagi Try Sutrisno.

4. Jadi wakil presiden yang tidak dianggap.

fakta hidup Try Sutrisno  2017 berbagai sumber

foto: twitter.com

Setelah menjadi Panglima ABRI, Try Sutrisno pun menjadi kandidat untuk mendampingi Presiden Soeharto. Pengangkatan Try Sutrisno sebagai wakil presiden pun mengalami lika-liku yang panjang. Presiden Soeharto sebenarnya lebih memilih BJ Habibie sebagai wakilnya atau memilih kembali Sudharmono. Pada akhirnya Soeharto menerima Try Sutrisno sebagai wakil presiden meskipun ada beberapa ketidakcocokan.

Soeharto dalam proses pembentukan kabinet tidak pernah berkonsultasi dengan Try Sutrisno. Tidak hanya itu, Soeharto lebih memilih Menteri Sekretaris Negara, Moerdiono, untuk mengemban tugas kepresidenan ketika ia pergi ke Jerman untuk perawatan kesehatan.

5. Kegiatan setelah tidak menjabat wakil presiden.

fakta hidup Try Sutrisno  2017 berbagai sumber

foto: merdeka.com

Meskipun sudah tidak di lingkaran kekuasaan, Try Sutrisno tetap memantau kinerja pemerintahan. Try Sutrisno pun membentuk Gerakan Nusantara Bangkit Bersatu bersama dengan Gus Dur, Megawati Soekarnoputri, Wiranto dan Akbar Tanjung pada bulan Agustus 2005. Forum ini mengkritik pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono atas nota kesepahaman dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan wacana kenaikan harga BBM.

Try Sutrisno sempat melunak sikapnya kepada pemerintah setelah pertemuannya dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Pada akhir pertemuan, Try Sutrisno mengatakan dapat memahami posisi pemerintah dan mengajak orang-orang untuk mendukung pemerintah dalam setiap keputusan.