5 Kenangan masa kecil Presiden Jokowi, hobi ngusilin pedagang

Brilio.net - Membahas kehidupan sosok Presiden Joko Widodo memang selalu menarik untuk disimak. Sebagai orang satu di Indonesia, ia dikenal sebagai sosok yang tegas dan pekerja keras. Tak cuma itu, gayanya yang sederhana juga membuat pria yang akrab disapa Jokowi itu dikagumi banyak orang.

Jauh sebelum menduduki posisi kepala negara, Jokowi terdahulunya pernah memimpin sebagai wali kota Surakarta periode tahun 2005-2012. Kemudian di tahun 2012, Jokowi memenangkan pemilihan gubernur DKI Jakarta. Dirinya berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa Ahok.

Perjuangan hidup yang dilalui Jokowi sampai seperti saat ini tentulah tidak mudah. Jokowi berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Jokowi lahir dan besar di Solo. Kota yang terletak di Jawa Tengah itu seakan menjadi banyak saksi mengenai kisah masa kecilnya.

Sama halnya seperti anak kecil pada umumnya, banyak kenangan manis yang pernah dialaminya. Dahulunya, ayah tiga anak ini bahkan terkenal dengan sosoknya yang pendiam dan jarang meminta apa-apa pada orangtuanya. Namun hal ini justru membuatnya tumbuh menjadi anak yang mampu berpikir dewasa dan mandiri.

Berikut kenangan masa kecil Jokowi yang penuh suka dan duka, seperti dirangkum brilio.net dari berbagai sumber pada Jumat (11/1).


1. Main di sungai.

Semasa kecilnya, Jokowi sangat sering menghabiskan waktu bermain dengan mandi di sungai dekat tempat tinggalnya di Kali Anyar di Gilingan, Solo. Di sungai ini tentulah banyak cerita. Layaknya anak kecil pada umumnya, ia sering mandi, memancing, hingga mencari telur bebek di pinggir kali.

Dikutip dari merdeka.com, Jokowi menceritakan kegemarannya mandi di sungai lantaran tidak mempunyai kamar mandi. Karena malas mengantre di kamar mandi umum, ia memilih untuk mandi di sungai.

"Rumah saya tidak memiliki kamar mandi. Ada kamar mandi umum, tapi digunakan untuk 20 keluarga," ujarnya.

Kala itu Jokowi tinggal di bantaran Kali Anyar selama 12 tahun lamanya. Namun seiring berjalannya waktu, rumah semasa kecilnya kini telah direlokasi.


2. Jahilin pedagang.

Sewaktu masih kecil, Jokowi dikenal sebagai anak yang cukup gemar membeli makanan namun tak mau memakannya. Tak cuma sebatas itu, salah satu kejahilannya yang lain adalah senang memanggil para pedagang yang lewat tanpa tahu apa yang dijual.

Diceritakannya, waktu itu dirinya bahkan pernah memanggil tukang arang keliling, namun karena sudah terlanjur memanggil sang ibundanya terpaksa membayar padahal tidak membutuhkannya.


3. Sejak kecil ingin mencoba olahraga panah.

Sejak kecil, Jokowi sudah berkeinginan mencoba olahraga panah. Hal ini karena semasa kecil ia sering melihat atlet latihan memanah di lapangan dekat rumahnya di Solo. Namun semuanya belum bisa tercapai karena Jokowi belum mampu membeli peralatan untuk memanah.

"Dulu, rumah saya yang di Solo tuh, dekat dengan yang namanya lapangan panahan, itu tempat untuk memanah. Tiap hari saya, waktu masih kecil, lewat, lihat orang manah," ujarnya seperti dilansir brilio.net dari liputan6.com, Kamis (10/1).

Beruntung, salah satu keinginannya itu akhirnya dapat tercapai ketika Jokowi menjabat sebagai presiden. Di halaman Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat kini Jokowi giat latihan memanah.


4. Sering menangis jika ditinggal sendiri.

Meski dikenal sosok pendiam, pada kenyataannya Jokowi kerap kali menangis sewaktu kecil ketika ditinggal sendiri di rumah. Jokowi kecil mengaku merasa kesepian jika ayah dan ibunya sedang bepergian. Tak tega melihat Jokowi menangis, sebagai salah satu teman dekatnya, Sutarti, berkenan mengantarkan Jokowi ke rumah pamannya di Gondang.


5. Alisnya pernah terbakar karena meriam bambu.

Sama seperti anak kecil lainnya, Jokowi juga mencoba permainan long bumbung atau yang lebih dikenal meriam bambu. Namun ada cerita di balik keseruan permainan ini sendiri. Semasa kecil, Jokowi pernah menangis seharian ketika api mengenai alis dan bulu matanya. Diketahui ketika Jokowi menyulut meriam, ia terkena percikan api. Akibat permainan ini, Jokowi pernah kehilangan alisnya.