Brilio.net - Pada masa-masa sebelum 17 Agustus 1945, masyarakat kita punya semangat yang sama yaitu bebas dari penjajahan. Gerakan menuntut kemerdekaan hadir dalam organisasi-organisasi.
Mereka mewakili masyarakat yang mendambakan hajat hidup yang lebih baik dari berbagai sisi seperti ekonomi, sosial, pendidikan, kebudayaan, kepemudaan, dan lainnya. Mereka yang menjadi penggerak itu tentu yang luas wawasannya. Di antaranya merupakan jurnalis, yaitu sebagai berikut.
1. Tirto Adhi Soerjo.
foto: astayoga - DeviantArt
Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo (1880–1918) adalah seorang tokoh pers asal Blora. Turut andil dalam kebangkitan nasional Indonesia dengan menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda dan pembentuk pendapat umum.
Dia dikenal juga sebagai perintis persuratkabaran dan kewartawanan nasional Indonesia, ditetapkan sebagai Bapak Pers Nasional pada 1973. Surat kabar yang pernah ditanganinya antara lain Soenda Berita (1903-1905), Medan Prijaji (1907) dan Putri Hindia (1908). Medan Prijaji adalah surat kabar nasional pertama yang menggunakan bahasa Melayu (bahasa Indonesia). Seluruh pekerjanya adalah orang Indonesia asli.
2. Adam Malik.
foto: Brandes Autographs
Adam Malik Batubara (1917 – 1984) turut menjadi pendiri Kantor Berita Antara yang pada waktu itu berlokasi di Buiten Tijgerstraat 38 Noord Batavia (Jl. Pinangsia II, Jakarta Utara). Dia sempat menjabat Redaktur merangkap Wakil Direktur. Dia pernah memimpin Partai Indonesia (Partindo) Pematang Siantar dan Medan pada tahun 1934-1935, anggota Dewan Pimpinan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) di Jakarta 1940-1941, serta anggota Pimpinan Gerakan Pemuda untuk persiapan Kemerdekaan Indonesia di Jakarta.
Dia turut membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok bersama Sukarni, Chaerul Saleh, dan Wikana, menjelang 17 Agustus 1945 untuk mendesak proklamasi kemerdekaan Indonesia.
3. Mohammad Hatta.
foto: Wikimedia Commons
Paria bernama lahir Mohammad Athar (1902 – 1980) ini pernah aktif dan memimpin Perhimpunan Indonesia semasa kulia di Handels Hogeschool (kini Universitas Erasmus) Rotterdam. Dia menulis dan mengelola majalah Hindia Putera yang berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
4. Tan Malaka.
foto: tegar26 - DeviantArt
Sutan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka (1897 - 1949) pernah bergabung dengan Sociaal Democratische-Onderwijzers Vereeniging (SDOV) atau Asosiasi Demokratik Sosial Guru (ADSG) sebelum berjuang bersama tokoh pergerakan nasional lain dalam Partai Komunis Indonesia. Pahlawan Nasional ini menulis di beberapa surat kabar seperti Het Vrije Woord dan Sumatera Post.
5. Mas Marco Martodikromo.
foto: Satrio Arismunandar
Marco Kartodikromo (1890 – 1935) ini pernah bekerja di beberapa surat kabar seperti Medan Prijaji, Saro Tomo, Doenia Bergerak, Pantjaran Warta. Lewat media, Mas Marco menulis dalam rangka melawan pemerintah kolonial Belanda.