Brilio.net - Setiap orang memiliki keberuntungan dan anugerahnya sendiri, apapun bentuknya. Seperti yang dialami oleh Uthia Estiane (25) wanita asal Gresik, Jawa Timur. Berkat sering berkecimpung dalam komunitas pemuda internasional, kesempatan emas pun dia dapatkan.
Tepatnya pada 26 September 2015 lalu, wanita yang tengah mengandung anak pertamanya ini mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program pertukaran pelajar Indonesia-Amerika, yang dibiayai oleh Pemerintah Amerika Serikat di bawah program Young Southeast Asia Leaders Initiative (YSEALI). YSEALI adalah sebuah program pertukaran bagi para pemimpin muda ASEAN yang diinisiasi dan diresmikan oleh Presiden Amerika Serikat, Barack Obama pada tahun 2013.
Uthia (mengenakan jilbab biru) bersama delegasi dari pemuda ASEAN. Foto: dok. pribadi Uthia
Lebih kurang terpilih 20 orang pemuda yang dikirim sebagai delegasi Indonesia untuk berbagai program YSEALI Academic Fellows pada kelas musim gugur 2015 lalu. Sedikit informasi, YSEALI membuka program pertukaran Indonesia-Amerika setiap tahunnya, baik untuk kelas musim dingin, musim semi, musim panas, maupun musim gugur. Topik yang ditawarkan pun beragam mulai dari sosial sampai lingkungan.
Berbekal empat tahun pengalamannya berkecimpung di dunia komunitas sosial dan kepemudaan, Uthia, begitu panggilan akrabnya, mendaftarkan diri untuk program YSEALI kelas musim gugur pada bulan Mei 2015 lalu.
Setelah dua bulan proses penilaian, alumni Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya ini pun berhasil lolos seleksi administrasi dan wawancara dengan pihak Kedutaan Amerika Serikat, dari ratusan orang pendaftar dari seluruh Indonesia. Uthia berhasil lolos menjadi kandidat utama untuk mengikuti program YSEALI Academic Fellow untuk topik Civic Engagement, yang berfokus pada pengembangan Community Engagement di University of Nebraska, Omaha, Amerika Serikat.
“Surprise banget ketika dikabari pihak kedutaan waktu libur lebaran 2015 kemarin. Nggak nyangka kalau salah satu mimpi saya akhirnya jadi kenyataan,” ujarnya.
Awalnya Uthia sempat ragu, karena pada minggu yang sama dia pun baru mengetahui bahwa dirinya tengah mengandung anak pertamanya.
“Rasanya kaget, deg-degan, tapi seneng banget karena udah dikasih kepercayaan sama Tuhan untuk mengemban dua tugas besar di waktu yang bersamaan!” serunya.
Setelah berdiskusi dengan pihak keluarga serta berkonsultasi dengan dokter kandungan, Uthia pun memutuskan untuk tetap terbang ke Amerika Serikat untuk mengikuti program ini.
Uthia sempat ragu apakah aman bepergian jauh pada saat hamil. Setelah konsultasi dengan dokter dan dinyatakan kondisinyasehat dan kuat untuk melakukan perjalanan jauh Uthia pun lega. "Syukur Alhamdulillah program pun dimulai pada saat saya masuk trimester kedua, kondisi janin juga sudah lebih kuat. Jadi keluarga pun mengizinkan, khususnya suami,” tambahnya.
Uthia bersama 11 orang pemuda lainnya dari seluruh Indonesia berangkat ke Amerika Serikat. Mereka kemudian dibagi menjadi tiga kelompok di tiga kampus berbeda, yakni di University of Nebraska di Omaha, University of Massachusetts di Amherst dan Northern Illinois University.
Selain delegasi dari Indonesia ada juga delegasi dari negara-negara ASEAN. Mereka mendapat kesempatan untuk belajar di kampus selama lima minggu. Berdasar penuturannya, selama empat minggu dia habiskan untuk belajar dalam kelas dan kunjungan ke instansi-instansi pemerintahan maupun privat di kota Omaha, Nebraska. Seminggu terakhir dia berkesempatan untuk mengikuti study tour ke Portland, Oregon selama tiga sampai empat hari, dan tiga hari terakhir dia habiskan di Washington, D.C.
Pada tiga hari terakhir inilah Uthia dan rekan-rekan lainnya diminta untuk mempresentasikan action plan program yang akan dijalankan sepulangnya dari Amerika Serikat.
"Saya dan teman-teman delegasi Indonesia dari University of Nebraska, Omaha sedang mempersiapkan program nasional pemberdayaan pemuda di bidang pendidikan yang bertujuan untuk mereduksi jumlah youth unemployment di Indonesia dan meningkatkan daya saing pekerja muda Indonesia dalam menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN yang dimulai tahun ini," papar wanita berparas cantik ini.
Selain belajar di kelas, Uthia memiliki banyak pengalaman menarik selama di sana. Sebagai wanita hamil, tenaganya cukup terbatas untuk mengikuti berbagai kegiatan di sana, khususnya bila ada kegiatan di luar ruangan. Namun, rasa-rasanya dia punya energi tersendiri untuk mengikuti semua kegiatan yang ada.
“Teman-teman saya dari negara lain sampai takjub, padahal mereka yang nggak hamil aja ngerasa capek harus jalan kaki jauh," kata Uthia. Bahkan saban hari mereka naik turun tangga sampai malam hari. Uthia mengaku selama berkegiatan di sana saya nggak pernah ngerasa capek yang berlebihan atau ada keluhan khusus terkait kehamilan.
"Sempat naik turun gunung dua kali puji syukur, nggak ada keluhan yang berarti. Bener-bener anugerah sehat dan kesempatan yang luar biasa dari Tuhan. Kuncinya, setiap kegiatan dibawa happy aja,” tuturnya.
Uthia (berjaket cokelat dan pakaian pink) bersama kawan-kawan delegasi saat jalan-jalan
foto: dok. pribadi Uthia
Uthia bersyukur selama di Negeri Paman Sam, bertemu dengan orang-orang yang membantunya. Bahkan kerap kali ketika aktivitas yang butuh jalan jauh, panitia sering menawarkan untuk naik mobil bareng mereka.
Kendati demikian ada saja pengalaman-pengalaman sepele namun tak terlupa. Misal suatu hari Uthia pernah menahan hasrat ingin ke toilet saat melakukan road trip ke kota kecil Scottsbluff dan Gering di Western Nebraska, dan Mount Rushmore National Memorial di negara bagian South Dakota.
Perjalanan pulang-pergi selama 16-18 jam tersebut cukup menguji kesabaran, terlebih dia ibu hamil yang akan lebih baik jika banyak bergerak, bukannya duduk berlama-lama.
Setiap ada kesempatan berhenti di rest area dia gunakan untuk stretching untuk melenturkan badan. Sedikit informasi, Mount Rushmore National Memorial adalah tempat wisata karya seni berupa gunung batu dengan pahatan wajah empat tokoh yang pernah menjabat sebagai presiden Amerika Serikat, yaitu Thomas Jefferson, George Washington, Theodore Roosevelt, dan Abraham Lincoln.
Bagi Uthia tentu saja negara yang selama ini hanya dia nikmati lewat novel atau film kini benar-benar dia rasakan secara langsung. Kabar tak sedap seperti orang Amerika benar-benar antiIslam, ternyata tak berlaku di area tempat tinggal Uthia.
Soal makanan Uthia dan teman-temannya yang muslim pasti ditanya lebih dulu apakah boleh mengkonsumsi atau tidak. "Mereka selalu berupaya untuk mencarikan kami menu makanan yang halal. Selain itu, mereka juga selalu membantu kami perihal tempat ibadah atau shalat," kenang Uthia.
Uthia (menggunakan jilbab cokelat di barisan tengah sisi kanan) bersama kawan dan dosen
foto: dok. pribadi Uthia
Tak hanya itu, Uthia dan teman-temannya pun mendapat kehormatan untuk memperoleh piagam Honorary Citizen dari dewan kota Omaha dan pemerintah negara bagian Nebraska.
Uthia (berjilbab) menunjukkan piagam penghargaan Honorary Citizen.
foto: dok. pribadi Uthia
“Enggak pernah terpikir sebelumnya, merupakan sebuah kehormatan mengetahui bahwa kami akan selalu diterima untuk kembali menjadi ‘warga’ Omaha dan Nebraska melalui kesempatan ini,” tuturnya.
Bukan hanya pelajaran kehidupan yang diperoleh Uthia, namun juga kesempatan emas yang tiada terduga. Dia berhasil bertemu Hillary Clinton. Seperti yang diketahui, Hillary adalah calon presiden Amerika Serikat pada pemilu 2016 mendatang. Kala itu Uthia bersama para seluruh delegasi berkesempatan berkunjung ke Iowa, Amerika Serikat untuk menghadiri kampanye resmi Hillary Clinton.
Uthia (kiri) bersama Hillary Clinton. Foto: dok. pribadi Uthia
“Sebenernya acara itu nggak ada dijadwal. Tapi karena hari itu kebetulan dua orang dosen kuliah tamu kami berhalangan hadir, pihak kampus pun mencoba mencari alternatif kegiatan lain terkait Civic Engagement," katanya. Tak lama pihak kampus pun memberitahu bahwa seluruh delegasi akan mengunjungi Westfair Fairgrounds di Council Bluffs, Iowa, negara bagian Amerika Serikat yang berada di perbatasan timur Nebraska.
“Awalnya mereka nggak bilang kami akan ngapain di sana, sampai mereka memberitahu kalau kami akan hadir di acara kampanye Hillary Clinton, kami semua langsung teriak kegirangan!” kenangnya.
Kala itu, banyak di antara para delegasi memilih duduk di bangku belakang, tetapi teman Uthia dari Makassar justru mengajaknya untuk duduk di bangku depan. Dari posisi duduk inilah Uthia berjarak hanya beberapa langkah dari posisi istri mantan Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton, sedang melakukan kampanye.
"Selesai kampanye, ternyata ada sesi foto dan tanda tangan. Teman saya itu langsung mengajak maju ke depan untuk menghampiri Hillary. Deg-degan, seneng dan rasanya masih nggak percaya bisa ketemu beliau. Terus teman saya bilang ke Hillary kalau saya sedang hamil, dan Hillary pun bilang 'Congratulations!'. Terus asistennya menawarkan untuk mengambil foto kami; saya, teman saya, dan Hillary. Wah, pokoknya speechless, deh!" ujar Uthia dengan penuh semangat.
Tidak hanya berkesempatan bertemu Hillary, Uthia juga berkesempatan bertemu langsung dengan Presiden Barack Obama. Masih terkait program YSEALI, pada 20 November 2015 lalu, Uthia memperoleh undangan untuk menghadiri acara konferensi YSEALI Summit di Kuala Lumpur. Acara ini mempertemukan para alumni program-program YSEALI dari seluruh negara ASEAN. Ada lebih kurang 500 orang alumni yang hadir, terdiri dari berbagai angkatan. Jumlah ini terbilang berkali-kali lipat dari tahun 2014 yang hanya berkisar 100-an undangan alumni.
Acara Town Hall Meeting dengan Presiden Barack Obama kemarin diselenggarakan di Taylor's University, Kuala Lumpur, Malaysia. Semula ada kabar bahwa Presiden Obama tidak dapat hadir ternyata seminggu sebelum hari H, panitia mengonfirmasi bahwa orang nomor satu di Amerika Serikat tersebut dapat hadir.
"Teman-teman semua ya excited banget, dong. Walaupun nggak ada sesi foto bareng, masih ada sesi salaman dan ngobrol singkat face-to-face dengan Presiden Obama. Pertemuan dengan beliau kemarin memang singkat, tapi tetap berkesan banget, sampai ingin menangis haru karena nggak percaya saat pertama kali menatap beliau secara langsung. Kharismanya luar biasa," seru Uthia.
Dengan semua pengalaman di atas, Uthia merasa bahwa anugerah yang dia dapatkan pada tahun lalu itu sungguhlah luar biasa.
"Terlebih saya dalam kondisi hamil pertama, masih diberi kesempatan untuk belajar lintas benua, dipercaya menjadi delegasi Indonesia dan menampilkan budaya bangsa di sana, diberi kesempatan mengunjungi monumen-monumen nasional Amerika dan belajar sejarahnya, hingga bertemu dengan tokoh-tokoh penting… it's priceless!" pungkas Uthia dengan nada suara sumringah kepada brilio.net melalui layanan story telling bebas pulsa ke 0-800-1-555-999, Sabtu (16/1).
Cerita ini disampaikan oleh Uthia melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu!