Suparmaji mengungkapkan, visi dan misi sebagai seorang relawan adalah ingin menjaga kebersihan Desa Senden. Sehingga, diharapkan warga dapat hidup dengan lebih sehat karena lingkungan yang bersih.

"Sumber dana TPS ini asalnya dari iuran para pelanggan. Jadi pelanggan dikenakan biaya Rp 10 ribu perbulannya" ungkap Suparmaji.

Namun, kata Suparmaji, dana iuran dari para pelanggan tidak bisa memenuhi kebutuhan operasional TPS. "Setiap tahun itu TPS mendapat anggaran dari desa untuk mengelola TPS. Tapi, anggaran itu juga belum bisa memenuhi kebutuhan TPS. Tapi yang penting kita bisa memberi upah kepada para pekerja" jelas Suparmaji.

Dana iuran dan anggaran desa tersebut hanya cukup untuk menggaji 6 orang pekerja pemilah sampah dan membeli bensin untuk mobil pengangkut sampah. Sehingga, Suparmaji rela tidak mendapatkan upah sepeserpun untuk kontribusinya dalam menggerakkan TPS desa.

Suparmaji juga mengungkapkan bahwa TPS memiliki target untuk meningkatkan jumlah pelanggan tiap tahunnya. Namun, kenyataannya sejak berdirinya TPS Desa Senden jumlah pelanggan hanya naik 50 orang saja pertahun, padahal target yang harus dicapai adalah 100 pelanggan tiap tahun.

Seharusnya TPS mengadakan sosialisasi terkait pembuangan sampah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Namun, sosialisasi ini belum bisa terlaksana karena minimnya dana di TPS. Sehingga, pengetahuan warga desa terkait pentingnya pembuangan dan pengolahan sampah masih minim.

"Yang penting kita bisa menjalankan program pemerintah untuk menjaga kebersihan melalui pengelolaan TPS" ujar Suparmaji.

Hingga saat ini TPS masih terus berjalan walaupun dengan dana yang minim. Namun, Suparmaji tetap mendedikasikan dirinya untuk menjaga kebersihan lingkungan melalui TPS Desa Senden walaupun tidak mendapatkan upah sepeserpun.

Reporter: mg/Azahra Amalia Sugiyarto