Ketika berlomba tilawah, selain melawan beberapa peserta yang memiliki kondisi normal, Fanza Fauzan juga kerap mengikuti salah satu cabang perlombaan tilawah yang dikhususkan bagi penyandang tuna netra.
Dengan bakat yang dimilikinya ini, dalam kurun waktu 2 tahun sekali Fanza sering diminta untuk berlomba mewakili beberapa kota besar.
"Cabang tuna netra ini sebenarnya lebih menantang, karena dalam cabang ini tidak mengenal usia peserta. Jadi tingkat umum dari anak-anak sampai orang tua menjadi lawannya dalam bertanding. Bahkan ada juga lawan saya yang berusia 50 tahun," ujar Fanza Fauzan.
Beberapa prestasi yang diraih oleh Fanza Fauzan dalam mengikuti perlombaan tilawatil Alquran yaitu Juara 1 MTQ Nasional 2020, Juara 4 MTQ Nasional 2019, Juara 1 MTQ kota 2017 - 2021 dan 2021, Juara 3 MTQ Nasional 2022, Juara 1 MTQ provinsi 2019 - 2022, serta Juara 1 MTQ 2 provinsi di tahun 2023.
Usaha Fanza Fauzan untuk meraih prestasi.
Ketertarikan Fanza Fauzan pada bidang tilawah berawal dari ketidaksengajaan ayahnya yang memutarkan tilawah oleh qori internasional. Rasa penasaran dan takjub ketika mendengarkannya, menjadikan dorongan awal untuk dirinya belajar dan bercita-cita menjadi qori internasional.
Dengan segala tekadnya, tahun 2017, Fanza Fauzan memutuskan mempelajari tilawah secara asal-asalan tanpa adanya pembimbing atau mentor satu pun. Berawal dari mempelajari secara otodidak, meniru, serta menerapkan lagu yang dipelajari di ayat-ayat yang lain. Fanza juga memberanikan diri untuk mengikuti beberapa perlombaan tilawatil Alquran.
Meski harus melawan peserta yang normal dan peserta yang sudah memiliki pengalaman lebih sebelumnya, tidak membuat semangat Fanza berkurang. Dengan kepercayaan diri dan usaha yang besar, serta beberapa kali meraih kejuaraan tilawah, akhirnya pada tahun 2018 Fanza baru mendapatkan mentor untuk dibina karena ia akan mengikuti perlombaan di tingkat provinsi.
foto: Fanza Fauzan
"Tahun 2019, aku sudah bisa mengikuti perlombaan di tingkat nasional meski masih mendapatkan juara 4. Namun Fanza terus berlatih hingga akhirnya aku bisa meraih juara 1 tingkat nasional di tahun 2020 alhamdulillah," ungkap Fanza Fauzan.
Capaian Fanza Fauzan sebagai penyandang disabilitas yang memiliki segudang prestasi ini membuktikan bahwasanya menjadi seorang difabel itu tidaklah membatasi ruang geraknya. Konsisten menggali potensi sejak umur 15 tahun bukanlah hal yang sia-sia. Bisa dilihat pahit usahanya membuahkan hasil yang manis.
Recommended By Editor
- Kisah Hastu Wijayasri, aktivis yang perjuangkan hak Tuli lewat media sosial
- Kisah Ilham Prihatin & Fajar Kurniawan, pencetus gerakan Nasi Gratis Jogja sebagai bentuk sedekah umum
- Kisah Indana Zulfa, mahasiswi yang mewakili Indonesia di ajang hafalan Alquran internasional di Dubai
- Bagoes Kresnawan, anak band yang akhirnya malah sukses jadi sutradara
- Perkenalkan musik jedag jedug ke Youtube, nama Yassdi makin moncer di dunia maya