Brilio.net - Perfilman Tanah Air semakin semarak dengan hadirnya film bertema patriotisme. Bukan hanya mengangkat kisah prajurit TNI, melainkan juga anggota kepolisian. Terbaru, akan tayang di bioskop pada 1 Oktober 2019 mendatang film berjudul Sang Prawira besutan sutradara Ponti Gea.
Menariknya, salah seorang pejabat Tanah Air turut andil, yakni Ganjar Pranowo (50). Sang Gubernur Jawa Tengah ini berperan sebagai dosen Akpol berpangkat Komisaris Besar (Kombes) yang mengajar mata kuliah Pancasila di tingkat IV.
Dalam film tersebut, tampak Ganjar beradegan mengajar di ruang kelas. Berpenampilan seragam dinas kepolisian berpangkat Kombes, dia menjelaskan tentang syarat sebuah negara besar itu memiliki energi, pangan, mineral, laut dan rakyat yang banyak.
"Tidak banyak negara yang seperti itu. Coba, sebutkan negara besar itu mana saja," kata Ganjar kepada taruna dan taruni.
Tiga taruna yang berasal dari Medan (Horas), Sunda (Johanes) dan Jawa (Joko) menjawab tiga nama negara, yakni India, Brazil dan Indonesia.
"Ya, Indonesia. Negeri ini akan makmur dan maju di masa depan. Dan di pundak kalian semua, negeri ini akan berkembang," tandas Ganjar.
Selesai pengambilan adegan film, ayah satu putra tersebut berpesan kepada para taruna dan taruni untuk tidak pernah melakukan pelanggaran terhadap aturan.
Nah, Sobat Brilio penasaran seperti apa aksi Ganjar Pranowo syuting film Sang Prawira?
Berikut deretan potret dan faktanya sebagaimana dilansir Brilio.net dari laman resmi Humas Provinsi Jawa Tengah, humas.jatengprov.go.id, Rabu (10/7).
1. Sang Prawira berkisah perjalanan seorang anak desa pinggiran Danau Toba yang ingin jadi polisi.
foto: Slam (Humas Jateng)
Film ini menyuguhkan pergulatan sebuah keluarga yang mana anaknya ingin menjadi seorang polisi. Niatan sang anak terbentur ketidaksesuaian antara keinginan sang ayah dan ibu.
Sang ibu menghendaki cita-cita anaknya yang ingin jadi polisi, sementara sang ayah menginginkan anaknya bekerja di luar negeri selepas SMA demi membantu keuangan keluarga mereka yang tergolong miskin.
2. Alasan Ganjar Pranowo diajak berakting.
foto: Slam (Humas Jateng)
Dalam film ini, Ponti mengajak Bripka Herman Adi Basuki, operator PLD Sub Bagian Humas Polres Purworejo atau yang dikenal dengan Pak Bhabin Herman dalam akun Polisi Motret di akun YouTube.
Sebanyak 95 persen personel anggota Polda Sumatera Utara terlibat dalam film ini. Ada pula artis ternama dari Jakarta Anggika Bolsterli yang didapuk berakting dalam Sang Prawira.
Selain dari kepolisian, Ponti juga melibatkan sosok dari kalangan pemerintahan. Bukan tanpa alasan dia menggaet Ganjar Pranowo berakting.
"Kenapa kami melibatkan Bapak Gubernur Jateng, karena kami ingin menunjukkan kerjasama yang kuat antara kepolisian dengan pemerintah," ujarnya.
3. Ganjar terkenang mendiang sang ayah.
foto: Slam (Humas Jateng)
Terlibat dalam pembuatan film Sang Prawira, membuat Ganjar terkenang mendiang ayahnya.
"Bapak saya itu dulu mengharapkan ada anaknya yang menjadi polisi. Harapan itu ditujukan kepada saya. Kalau jadi polisi angkatan 90, mungkin sekarang berpangkat Kombes atau bintang satu. Akhirnya saya menjadi polisi, tapi di film. Saya jadi ingat bapak," kata Ganjar seusai syuting di Akpol Semarang Jalan Sultan Agung pada Selasa (9/7) malam sebagaimana dilansir Brilio.net dari laman humas.jatengprov.go.id.
4. Tak hanya memuat kisah profesionalisme polisi.
foto: Slam (Humas Jateng)
Ide Sang Prawira lahir dari para pejabat Utama Polda Sumut yang didukung oleh Wakapolda Sumut Brigjen Pol Mardiaz Kusin Dwihananto. Selanjutnya diperkaya oleh Kapoldasu Irjen Pol Agus Andrianto, terutama tentang sosok seorang polisi yang berani dan tangguh serta muatan pesan moral pedagogis (strategi pembelajaran) kepada masyarakat.
Sang Prawira bukan hanya menampilkan profesionalisme polisi dalam menjalankan tugas, melainkan juga memperkenalkan berbagai kultur masyarakat dan destinasi wisata. Selain itu, film ini juga akan membangun rasa nasionalisme.
Lokasi syuting Sang Prawira mengambil 130 titik dan tersebar di beberapa daerah seperti Karo, Simalungun, Tobasa, humbahas Tanjung Balai, Sibolga, Nias, Medan, Semarang (Akpol) dan Jakarta (Mabes Polri).
Sumatera Utara seakan memiliki pertalian kuat dengan sang sutradara. Diketahui Ponti merupakan pria berdarah suku Nias yang pernah mengenyam pendidikan dua tahun di Italia. Karya-karyanya antara lain Samadoni Tano (2011), Ilu Na Maraburan (2017), Ahele, Lewuo Si Sara, Anak Sasada (2011), dan Tanah Parsirangan (2012). Karya lainnya yang berbahasa Nias antara lain seperti Ono Sitefuyu, Lua-Lua Bowo Sebua, dan banyak lagi.
Ponti mengutarakan bahwa dengan memproduksi sebuah film, dia bisa mengobati rasa rindu dan cintanya pada kampung halaman serta memberikan pesan pesan moral, adat istiadat yang kerap dilanggar seiring berjalannya perkembangan zaman.
Recommended By Editor
- Kenangan Sutopo Purwo di kalangan wartawan ini bikin haru
- Sutopo Purwo pernah punya pesan khusus pada santri NU, ini isinya
- Kenang ayah, ini sosok Sutopo Purwo Nugroho di mata sang anak
- Momen 5 tokoh publik naik MRT, terbaru Basuki Tjahaja Purnama
- Berangsur pulih, Tri Rismaharini tulis surat untuk warga Surabaya