Brilio.net - Pernahkah kamu merasa sedih ketika makananmu tidak habis? Atau kamu sedih karena di acara besarmu banyak makanan terbuang? Kalau iya, berarti kamu sehati sama anak-anak muda ini.
Fathin Naufal (23) atau biasa disapa Naufal membuat gerakan penyalur makanan sisa. Eits, jangan salah sangka. Makanan sisa ini masih layak makan.
Berawal dari keprihatinan tentang banyaknya makanan yang terbuang di acara-acara besar, Naufal dan kawan-kawannya mulai berpikir untuk membentuk sebuah platform guna menyalurkan makanan sisa kepada mereka yang membutuhkan.
foto: brilio.net/Ivan
"Ketika itu kita jalan di sekitaran kampus aja nggak perlu jauh-jauh, masih banyak orang yang ternyata butuh makan. Di satu daerah yang nggak beda jauh tempatnya. Itu yang bikin kami resah. Kenapa hal ini bisa terjadi? Dan akhirnya kami searching juga dari data-data di dunia ini ternyata memang makin bikin kaget dan resah," kata Naufal saat ditemui brilio.net di kontrakannya di Yogyakarta, Rabu (31/10).
Menurutnya banyaknya makanan yang dibuang di Indonesia sangat ironis. Apalagi masih ada kasus masyarakat yang kelaparan.
"Ternyata Indonesia sangat banyak membuang makanan. Satu fakta yg ironis karena di sisi lain Indonesia juga bukan negara yang sejahtera yang semuanya bisa makan dengan enak. Masih banyak yang kelaparan juga. 13 juta ton per tahunnya itu terbuang. Data dari Food and Agriculture Organization of The United Nations. Dan itu menyebabkan Indonesia jadi nomor dua sedunia," imbuhnya.
Lebih lanjut, Naufal bersama beberapa kawan-kawannya membentuk platform bernama Gifood pada Juni 2017 untuk menjawab kegelisahannya itu. Platform yang berslogan 'Give Food Give Love' ini diikutsertakan dalam lomba Telkom Hackathon 2018 dengan tim beranggotakan tiga orang. Dengan riset dan perencanaan yang matang, Gifood dapat juara pertama dan menyabet gelar The Best General Category App.
Lalu, seperti apa sistem operasional Gifood?
Jika punya makanan sisa yang masih layak konsumsi, kamu bisa mengunggah fotonya di LINE @gifood.id. Dengan otomatis, nanti makananmu akan segera diambil oleh orang yang membutuhkan, atau orang yang akan mendistribusikannya pada orang lain (transporter).
foto: LINE/@gifood.id
foto: LINE/@gifood.id
Pengguna Gifood yang sudah bergabung di LINE, secara otomatis bisa memiliki tiga peran. Giver atau yang memberikan makanan, receiver atau penerima makanan dan transporter yaitu orang yang menyalurkan makanan. Baik giver, receiver, dan transporter bisa siapa saja dan dari mana saja.
foto: istimewa
foto: istimewa
Hingga kini, Gifood sudah mengalami perkembangan yang pesat. Anggota Gifood terdiri dari pengurus dan volunter sudah ada 11 orang. Sementara, pengguna Gifood di LINE sudah hampir 4000. Selain itu, dari Setiap makanan yang diposting, akan selalu habis dalam jangka waktu 5 hingga 15 menit.
Chief Operating Officer (COO) Gifood Syauqi Muhammad (22) menambahkan Meski mayoritas pengguna Gifood adalah masyarakat Jogja dan sekitarnya, namun tidak menutup kemungkinan masyarakat luar untuk menjadi giver, receiver, maupun transporter.
"Memang ke depannya kita berusaha menggaet user tidak hanya di Jogja saja, tapi juga di luar Jogja," kata mahasiswa yang kuliah di teknik fisika UGM ini.
foto: brilio.net/Syamsu Dhuha
Sementara Chief Social Impact Officer (CSIO) Gifood, Sheila Noor B(22) mengaku banyak pengalaman unik yang didapatnya. "Kan kita di Jogja ini banyak anak kos-kosan, dan mereka merasa sangat terbantu dengan adanya Gifood. Bahkan bisa menghemat uang bulanannya juga. Berarti keberadaan kita itu bermanfaat buat teman-teman yang merantau dan sebagainya," tambah mahasiswi jurusan Hukum UGM ini.
Berikut video liputan ini selengkapnya:
Recommended By Editor
- Kisah inspiratif 2 barista tuna daksa di Jogja sajikan kopi istimewa
- Kisah Eko & Yuli, barista tuna daksa sajikan kopi istimewa
- 8 Potret kegigihan Uzma Nawaz, montir wanita pertama di Pakistan
- 8 Potret Jeannie Rice, pemecah rekor maraton di usia 70 tahun
- 10 Pesona Karin, guru cantik asal Bali yang bikin murid lupa berkedip