Brilio.net - Setelah sekian lama tinggal dan berkarier di Jerman, pada tahun 1974 Bacharuddin Jusuf Habibie dipanggil kembali ke Indonesia oleh Presiden Soeharto. Melalui Mayjen TNI Ibnu Sutowo, BJ Habibie dibujuk agar dia mau pulang ke Tanah Air.

"Pak Ibnu suruh saya pulang. Terus dia bilang, 'kamu ke Cendana'," ucap Habibie dalam sebuah wawancara dengan Toeti Adhitama, seperti yang ditulis dalam buku 'Habibie dari Pare-Pare lewat Achen dan Tulisan-tulisan lain'.

"Di Cendana Pak Harto bilang, 'Habibie saya tahu mengenai kamu, sekarang kamu harus membantu saya untuk mensukseskan pembangunan. Yang penting bagi saya adalah keterampilan dan teknologi, coba kamu cari jalan," lanjut Habibie.

Habibie-Soeharto  2019 brilio.net

foto: Instagram/@b.jhabibie

Permintaan Presiden Kedua Republik Indonesia itu lalu disanggupi oleh Habibie. Ia rela melepaskan jabatan dan posisi strategisnya di Jerman guna diangkat menjadi penasihat pemerintah di bidang teknologi pesawat terbang dan teknologi tinggi.

Namun sebelumnya, Habibie berterus terang pada Soeharto jika dirinya tak bisa kerja di lingkungan yang emosional.

"Saya bilang, 'Apapun yang ditugaskan kepada saya, saya terima. Tapi Bapak harus tahu saya ini lama di Jerman. Dibesarkan dalam lingkungan yang rasional. Kalau di Jerman saya emosional, saya sudah lama out," ucap Habibie.

"Yang penting bagi saya adalah sasaran. Semua sistem yang dilaksanakan harus menunjang tercapainya saaran dengan pengorbanan yang seminim mungkin. Itu memang cara bekerja saya," tambah suami Hasri Ainun Habibie.

Jawaban tersebut pun diterima oleh Soeharto. Ia percaya, kecemerlangan dan cara kerja Habibie tidak akan mengecewakannya.

"Pak Harto bilang, ya laksanakan saja. Jadi saya juga bilang terima kasih atas kepercayaan yang diberikan," pungkas Habibie.