Brilio.net - Kisah Kakek Subari (61) ini sungguh mengharukan. Untuk bisa bertahan hidup dan memenuhi kebutuhannya sehari-hari, ia terpaksa tetap berjualan. Padahal, warga Jalan Starban Gang Bilal, Medan Polonia ini kehilangan satu kakinya. Kakek Subari adalah sosok yang kuat.

Kakek Subari terpaksa kehilangan satu kakinya yang diamputasi tahun 2010 akibat kecelakaan. Kini ia berjualan balon, karena itulah yang bisa dilakukan. "Setelah kecelakaan, sering sakit-sakitan dan kambuh. Pada tahun 2010 lalu kaki saya diamputasi. Saya sempat depresi dan hampir bunuh diri karena shock harus kehilangan satu kaki," kata kakek Subari.

Sebelum kakinya di amputasi kakek Subari dulunya seorang penarik becak. Tak bisa menarik becak dengan sebelah kaki, ia memutuskan untuk berjualan balon. Apalagi berjualan balon bukan pekerjaan sulit baginya yang hanya memiliki satu kaki.

Kakek Subari saat mangkal berjualan balon

kakek  2016 brilio.net

"Saya lebih milih berjualan daripada harus menjadi pengemis. Dulu pernah ada yang mengajak untuk meminta-minta tapi saya gak mau. Itu hanya bikin malu keluarga, toh saya masih bisa jalan dan gak mau putus asa gitu aja," tuturnya.

Ia berjualan setiap hari dari pagi hingga sore di jalan Dr. Mansyur, Medan depan kawasan Universitas Sumatera Utara (USU). Kakek Subari kadang juga berkeliling dengan alat bantu yang selalu menemaninya sambil menjajakan balon.

Penghasilan yang didapatnya pun tak menentu. Dalam sehari kadang ia mendapatkan Rp 50.000, namun pernah juga dagangannya tak laku tetapi selalu bersyukur.

Anak-anak kakek Subari sempat melarangnya berjualan. Namun, ia tak menuruti kemauan anaknya. "Anak-anak sempat larang saya jualan, tapi gak saya hiraukan. Malu kalau mau minta sama anak terus, baik begini cari uang biar gak suntuk juga kalau di rumah aja," ucapnya.

Kakek Subari memiliki 3 orang anak dan hidup serba kekurangan, namun ia tak pernah mengeluh. Rasa bahagianya bertambah saat anak bungsunya mampu menyelesaikan kuliah di salah satu kampus yang ada di Medan.