Brilio.net - Matahari belum terbit ketika Hani sudah rapi dan siap untuk pergi mencari nafkah ke kota istimewa, Yogyakarta. Perjalanan dari Klaten sampai ke Jogja yang ditempuh selama1,5 jam sudah menjadi kegiatan rutinnya di pagi hari.
Sesampainya di Jogja, dengan menggunakan caping dan kacamata andalannya, Hani bergegas mengambil setumpuk koran yang sudah disediakan sebelumnya. Sambil setengah berteriak "Pak korannya pak, koran, koran, 2000 saja," Hani menjajakan dagangan korannya ke setiap pengendara motor dan mobil di pertigaan Jalan Solo Yogyakarta.
Biasanya Hani akan menjajakan korannya dari pukul 06.00 pagi hingga pukul 11.00 atau 12.00 siang. Tergantung seberapa cepat korannya habis terjual.
foto: brilio.net/Annisa A Hapsari
Meskipun pekerjaan yang dilakukannya berada di pinggir jalan serta menguras tenaga fisik, Hani bukanlah sosok wanita yang mudah mengeluh. Semua ia kerjakan dengan penuh semangat demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan keinginan anak-anaknya.
Dalam sehari ia hanya bisa mencapai Rp 30.000, itupun jika korannya banyak yang membeli. Jumlah ini tidak selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Malah kalau sekarang mbak, kadang korannya nggak laku sama sekali atau banyak diutangin. Jadi saya pulang nggak bawa uang sama sekali justru ngutang buat ongkos balik ke Klaten," ungkapnya saat ditemui brilio.net, Rabu(24/1).
Hani mulanya berprofesi sebagai penjual jamu keliling di kota Jogja. Namun setelah anak ketiganya lahir pada tahun 2008, dia terpaksa harus meninggalkan pekerjaannya sebagai tukang jamu. Sebab, kondisi sang anak yang masih bayi dan tidak bisa ditinggal terlalu lama.
Di satu sisi di harus bekerja untuk menyambung ekonomi keluarganya. Makanya ketika salah satu temannya di Klaten menawarkan pekerjaan sebagai penjual koran, tanpa berpikir panjang Hani langsung mengiyakan karena pekerjaan ini masih bisa dijalani sambil mengurus anak-anaknya di rumah. "Ya daripada saya ngemis gitu kan mbak, lebih baik saya usaha jualan koran aja, lumayanlah untuk kebutuhan anak-anak sekolah," cerita Hani.
foto: brilio.net/Annisa A Hapsari
Meski berjualan koran di pinggir jalan mengharuskannya terkena sinar matahari, asap dan debu, tetapi wanita yang memiliki tiga orang anak ini tetap memperhatikan penampilannya. Hani terbilang cukup modis untuk ukuran seorang pengasong koran.
Soal penampilannya, Hani punya kisah yang menyedihkan. Menurutnya, selama menjadi penjual koran Hani sempat diremehkan beberapa orang yang melintasi tempat ia berjualan koran.
Mereka menganggap apa yang dikerjakan Hani adalah pekerjaan rendahan. Bahkan ada yang menghinanya. "Ah kamu itu kumel, jelek, kere, kamu itu cuma jualan koran," ungkap Hani.
Hani juga bercerita bahwa ada seseorang yang menanyakannya apakah ia tidak malu menjadi penjual koran di pinggir jalan. Dengan tegas Hani menjawab dirinya tidak malu sama sekali dengan pekerjaan yang dilakoninya saat ini. "Ngapain juga malu. Saya nggak malu, bodo amat orang mau bilang apa yang penting koran saya laku," jelasnya.
foto: brilio.net/Annisa A Hapsari
Berangkat dari hinaan yang pernah ia dapatkan, pemilik nama lengkap Hani Nurhanifah ini mencoba untuk lebih memperhatikan penampilan dan gaya busananya. Ia mulai sering memakai baju-baju yang lebih rapi, seperti kemeja dan rok serta mengenakan sepatu. Hani meniru gaya busana seperti yang ditontonnya di televisi. Menurutnya, jika ia menggunakan baju yang rapi dan memperhatikan penampilannya, orang-orang akan lebih senang dan menghargai keberadaannya.
Dalam kesempatan yang berbeda, brilio.net beberapa kali melihat Hani tampak modis dengan mengenakan rok lipit warna hitam dipadukan dengan kemeja yang ia masukkan ke dalam roknya, serta sepatu sneakers warna putih. Tak lupa ia mengenakan hijab model simpel seperti yang sering dikenakan seleb cantik Laudya Chyntia Bella yang membuat tampilan wanita berusia 38 tahun ini terlihat lebih muda.
Tidak hanya menggunakan sepatu sneakers, Hani juga kerap terlihat mengenakan busana dengan warna matching dari atas kepala sampai kaki. Seperti saat ditemui brilio.net (25/1), Hani terlihat mengenakan busana bernuansa ungu dari hijab sampai celananya. Saat itu Hani memadukan kemeja warna ungu gelap dengan celana bermotif floral print dan hijab bermotif warna ungu.
Recommended By Editor
- Kisah inspiratif alumni SMK Jogja berhasil ciptakan 'robot' dinosaurus
- Difabel lulus kedokteran UNS, cumlaude S2 UGM, bersiap S3 di Eropa
- Kisah Didik, bertahan hidup lewat jasa tambal ban keliling
- Kisah bocah 6 tahun jadi kurir pengantar barang ini bikin haru
- Hebat, cuma posting video di media sosial Anjas bisa beli motor sport