Brilio.net - Kabar gembira kembali datang dari Paralimpiade Paris 2024. Kali ini, Saptoyogo Purnomo, sukses mempersembahkan medali perak di cabang para atletik dengan nomor 100 meter putra klasifikasi T37. Perolehan tersebut sekaligus menjadi raihan medali pertama untuk Indonesia di ajang tersebut.
Sapto mencatatkan waktu 11,26 detik pada partai final, Sabtu (31/8) pukul 01.00 WIB dini hari. Pada dasarnya, tim pelatih hanya membebaninya target untuk mendapat medali perunggu, atau sama dengan yang dia dapatkan di Paralimpiade Tokyo 2020.
Tak cuma menyumbangkan medali pertama, penampilannya di partai final Paralimpiade Paris 2024 telah mematahkan rekor Asia. Diketahui, rekor asia sebelumnya dipegang oleh dirinya sendiri pada Asian Para Games 2022. Kala itu, Sapto meraih medali emas dengan catatan waktu 11,28 detik.
foto: Instagram/@Saptopurnomo
Sapto tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya usai mendapatkan medali perak. Ia mengaku sebelumnya sempat down ketika hendak melakoni partai final di Stade de France, Paris.
"Sempat down karena ada lawan-lawan yang baru dan saya tidak tahu catatan waktu terbaik mereka, tetapi saya menguatkan tekad untuk harus melakukan yang terbaik agar bisa meraih medali ini," kata Sapto usai pertandingan, dikutip brilio.net dari kemenpora.go.id pada Minggu (1/9).
Namun di balik prestasinya yang membanggakan tersebut, tentu Sapto telah melewati latihan yang keras. Banyak orang yang belum mengetahui sosoknya sebagai atlet para atletik indonesia. Berikut sosok dan kisah perjuangannya yang dihimpun brilio.net dari berbagai sumber.
foto: Instagram/@Saptopurnomo
Diketahui, Sapto terlahir dengan keterbatasan fisik. Ia atlet difabel yang mengidap cerebral palsy, sebuah gangguan pada gerakan otot, atau postur tubuh. Namun, keterbatasan itu tak menghalanginya untuk meraih prestasi. Setidaknya hal itu sudah dibuktikannya dalam berbagai ajang olahraga.
Sapto lahir pada tanggal 17 Agustus 1998 di Banyumas, Jawa Tengah. Kondisi keterbatasan fisik yang dialami membuatnya memiliki kelemahan di tangan dan kaki sebelah kanan. Hal tersebut membuat gerakan tangan kanannya terlihat kaku dan tak seluwes orang pada umumnya.
Namun, ia juga tak pernah meminta untuk dilahirkan dan tumbuh dengan kondisi tersebut. Bahkan sejak kecil, ia kerap menjadi olok-olok oleh kawan sebayanya. Hal tersebut membuatnya hampir tenggelam karena tak kuasa menerima cibiran dari teman-temannya itu.
Namun, Sapto sepertinya pantang patah arah. Ia kemudian bangkit untuk membuktikan bahwa apa yang dia alami saat ini tak sepatutnya diremehkan, terlebih diolok-olok. Karena itu, ia memutuskan untuk berlatih olahraga dan memutuskan terjun di cabang atletik.
foto: Instagram/@Saptopurnomo
Pertama kali Sapto berlatih sprint di usianya yang masih 16 tahun. Saat itu, ia masih duduk di kelas 1 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Terus tekun di bidang tersebut, membuatnya dibawa ke jenjang pelatnas dan menjadi atlet nasional.
Meskipun memiliki keterbatasan, Sapto berhasil membuktikan kemampuan luar biasanya di bidang olahraga, sehingga meraih banyak prestasi. Prestasi demi prestasi tersebut akhirnya menyadarkan orang-orang yang pernah mengoloknya semasa kecil bahwa keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang untuk mencapai kesuksesan.
Bergelut di cabang para atletik, pria yang baru berusia 23 tahun ini terus melejit dengan sederet prestasi di berbagai kejuaraan. Tidak cuma nasional, Sapto berulang kali mengharumkan Indonesia di cabang Internasional.
Prestasi Sapto dimulai pada ajang Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2016 di Bandung. Tidak tanggung-tanggung, Sapto langsung meraih lima medali emas di lima nomor yang diikutinya. Adapun nomor tersebut adalah lari 100 meter, lari 200 meter, lari estafet 4x100 meter, lari estafet 4x400 meter, dan lompat jauh.
Tidak puas sebatas itu, Sapto kembali mengikuti kejuaraan, kali ini di ASEAN Para Games 2017, Malaysia. Sapto memenangkan dua medali emas di nomor lari 100 meter dan 200 meter, serta satu medali perak di lompat jauh. Selain itu, ia juga tampil gemilang di Asian Youth Para Games 2017 di Dubai dengan merebut dua medali perak, serta satu emas di World Para Atletik di China 2018.
Setelah itu, Sapto menambah koleksi medalinya dari ajang Paralimpiade Tokyo 2020. Ia berhasil mempersembahkan medali perunggu dari lintasan para atletik nomor lari 100 meter putra kategori T37. Dan kini yang terbaru ia berhasil mempersembahkan medali perak buat Indonesia di Paralimpiade Paris 2024.
Medali perak ini menjadi hadiah istimewa bagi Sapto ketika istrinya sedang hamil empat bulan. Usai pertandingan final yang disaksikan sang istri melalui live streaming, Sapto langsung menghubunginya.
"Untuk istriku, terima kasih atas dukungan dan motivasimu yang tiada henti. Semoga ini bukan momen terakhir kita mendapatkan medali, dan semoga ke depannya prestasi ini bisa terus berlanjut," kata Sapto.
Sapto masih berpeluang untuk meraih medali di ajang tersebut. Pasalnya ia masih akan turun pada nomor pertandingan 200 meter putra klasifikasi T37. Namun, persaingan berebut medali bakal jauh lebih ketat dengan hadirnya atlet-atlet yang punya spesialisasi nomor pertandingan 200 meter.
Recommended By Editor
- Sukses raih emas di Olimpiade Paris 2024, Rizki Juniansyah beri kritikan pedas kepada Pemprov Banten
- Bangga atlet sumbang emas di Olimpiade Paris, Jokowi video call Veddriq Leonardo dan Rizki Juniansyah
- "Happiness Journey to be #GenHappineZ" persembahan kolaborasi Sasa dan Naturally Speaking by Erha
- 7 Rekor yang dipecahkan Indonesia di Olimpiade Paris, 72 tahun menanti emas angkat besi
- Raih emas pertama, ini cerita Veddriq Leonardo yang tekun latihan di tengah kebakaran hutan Kalimantan
- Sumbang emas di Olimpiade Paris 2024, Rizki Juniansyah ngaku minum cucian kaki ibu sebelum bertanding
- Sumbang emas kedua, ini 5 prestasi Rizki Juniansyah atlet angkat besi yang pecahkan rekor di Olimpiade