Brilio.net - Generasi milenial yang memiliki kualitas hafalan yang sangat bagus dan telah berhasil mengharumkan nama Indonesia di tingkat dunia. Indana Zulfa, yang tercatat sebagai mahasiswa Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta telah mewakili Indonesia pada ajang perlombaan bergengsi Sheikha Fathimah binti Mubarak International Holy Quran Competition di Dubai, UEA pada 1-7 Oktober 2022 lalu.

Pada perlombaan bergengsi ini, MTQ Sheikha Fatima Bint Mubarak International Holy Qur’an Competition memperlombakan satu cabang saja, yakni tahfidz 30 juz. Pesertanya berasal dari 50 negara.

Keikutsertaan Indana di ajang ini karena prestasinya telah menyabet juara 2 kategori putri pada Seleksi Tilawatil Qur'an dan Hadits tingkat Nasional (STQHN) di Sofifi, Maluku Utara. "Waktu itu terpilih ke Dubai karena diutus dari Kemenag. Karena kan sebelumnya juara 2 MHQ 30 juz STQHN di Sofifi, Maluku utara tahun 2021," ungkap Indana kepada brilio.net, Selasa (21/3).

Indana Zulfa Istimewa

foto: Instagram/@Indonesiadubai

Indana ini merupakan putri dari pimpinan pondok pesantren Al Imam Ashim Makassar, yang dulu juga pernah mewakil Indonesia di MTQ Internasional di Mekkah tahun 1995 dan Iran Tahun 2000. Saat ini Indana tercatat sebagai mahasiswi prodi Ilmu Alquran dan Tafsir di Intitut Ilmu Al-Quran Jakarta.

Sebelumnya, Indana pernah menuntut ilmu di berbagai pesantren seperti Pondok Pesantren Wali Songo Cukir Jombang, Pondok pesantren Yayasan Ali Maksum kompleks Bayt Tahfidz An-Nafisah Krapyak Yogyakarta, Darul Quran Mulia Tangerang, dan Pondok pesantren Ma'had Hadits Al-Junaidiah Kabupaten Bone.

Perjalanannya dalam menghafal Alquran tidaklah sebentar dan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bahkan, Indana ini pernah memutuskan tidak melanjutkan sekolahnya terlebih dahulu agar bisa fokus dalam menyelesaikan hafalannya.

"Dulu ngehafal di pondok pesantren Walisongo Cukir Jombang mulai kelas 7 MTs. Di sana ngehafalnya sambil sekolah, jadi harus pandai membagi waktu,” katanya. 

Dalam sehari dia harus dua kali setoran hafalan, pagi dan sore. Untuk pagi adalah setoran tambahan, sedangkan sore merupakan setoran murojaah. “Aku tamat MTs dapat 22 juz,” ungkapnya. Setelah tamat MTs, dia memutuskan untuk tidak langsung melanjutkan ke Madrasah Aliyah karena masih mau fokus mengkhatamkan alquran dalam satu guru dan di pondok yang sama.

Menjadi hafidzah dari proses menghafal sampai bisa terpilih menjadi wakil indonesia pada MTQ Internasional di Dubai ini bukanlah hal yang mudah. Dari perjalanan menghafal yang sulit hingga seleksi perlombaan yang ketat, dia lalui dengan penuh perjuangan.

Indana mengaku, selalu menangis atau bersedih ketika akan setor hafalan. Sehingga, dia kerap kesulitan untuk bisa menyetorkan banyak hafalan. "Dulu ketika masih setoran hafalan, tambahan saya perhari itu 1 halaman, nggak pernah lebih. Dan itupun bisa dibilang tidak lancar, bisa dibilang kesulitan untuk menambah hafalan,” tutur Indana.

Tentu banyak pengalaman dan ilmu yang sudah ia dapatkan yang tidak ternilai dengan apapun. Indana merasa sangat bersyukur telah terpilih untuk mewakili acara ini dan telah memberikan yang terbaik. Semoga banyak generasi milenial yang termotivasi atas prestasi Indana ini sehingga dapat mewujudkan generasi yang mencintai Alquran. 

 

Reporter: mg/Umi Amalia Rusda