Brilio.net - Selalu ada cerita menarik yang datang dari para driver ojek online. Dari mulai cerita kocak mengundang tawa, cerita sedih yang menyayat hati, hingga berbagai cerita penuh inspiratif yang bikin salut.
Seperti sosok driver ojek online bernama Kusnandar ini. Demi memenuhi kebutuhan keluarganya, pria berusia 45 tahun tersebut menggunakan waktu istirahat malamnya untuk mencari nafkah menjadi driver ojek online.
Menjadi driver ojek online sudah dilakoni Nandar, sapaan akrabnya, sejak 2015 lalu selain menjadi security di salah satu toko konveksi di Jalan Godean, Sleman, Yogyakarta.
"Dulu saya kerja satu untuk (kebutuhan) sendiri. Sudah punya anak, khawatirnya kalau sumber air itu mampet ya. Alhamdulillah ada Gojek ya, jadi bisa buat menampung kebutuhan hidup," ungkap Nandar kepada brilio.net, saat ditemui di pangkalan ojek online di depan Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR), Selasa (16/10).
Pria yang selalu memakai kopiah ini bekerja sebagai security dari pukul 08.00 WIB sampai 17.00 WIB sejak 2009. Kemudian ia mulai menjalani profesinya sebagai driver sehabis Magrib hingga tengah malam.
Meskipun lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, pria asal Sumberan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, ini tak takut momen kebersamaannya dengan keluarganya berkurang.
"Yang penting biar pun waktu kita pendek yang penting berkulitas. Udah itu aja," ujar ayah dua anak ini.
Selang penolong
foto: Brilio.net/Shamsu Dhuha
Di tengah kesederhanaannya menjadi driver ojek online, Nandar tak pernah lupa membawa selang panjang dan botol di dalam jok motornya. Selang tersebut digunakan Nandar untuk memindahkan sebagian bensin motornya ke botol kecil, kemudian dituangkan ke tangki motor orang yang kehabisan bahan bakar di jalan.
Kebiasaan tersebut sudah lama Nandar lakukan bahkan sebelum menjadi driver ojek online. Kebiasaan membawa selang penolong terinspirasi dari anggota komunitas Info Cegatan Jogja.
"Saya kan dulu ikut komunitas Info Cegatan Jogja. Nah, makanya saya muncul (ide bawa selang) itu, karena ada yang bawa tambal ban. Jadi idenya dari situ," ungkap Nandar.
foto: Brilio.net/Ivanovich Aldino
Namun, tindakan Nandar ini tidak selalu disambut baik. Pasalnya di malam hari, siapa saja cenderung curiga jika ada orang menawarkan bantuan dengan cuma-cuma.
"Waktu di Seyegan, Sleman, beberapa waktu lalu. Ada mbak-mbak sama orang tua. Saya samperin, tapi orangnya nolak. Saya ikuti terus, jadi dia curiga. Tapi setelah saya jelaskan pelan-pelan, akhirnya dia mau dibantu," ujarnya.
Meskipun punya pengalaman tak mengenakkan, Nandar mengaku tidak kapok untuk membantu orang lain.
"Jadi kita berbuat baik tuh, kadang orang udah curiga dulu itu. Yang terjadi di lapangan, apalagi kalau malam hari," lanjut Nandar.
Komunitas SOS
Kebaikan Nandar tak berhenti di situ. Di tengah keterbatasannya, Nandar menyisihkan sebagian penghasilannya untuk berbagi.
Ia bersama Apri, Soni, Krowak, Sogi, dan Eko Ndondom, sesama driver ojek online mendirikan komunitas Sahabat Orang Sakit (SOS).
Nandar mengungkapkan, berdirinya SOS berawal dari kebingungan banyak driver ojek online yang belum paham menggunakan BPJS atau jaminan kesehatan lainnya.
"Di Indonesia itu kan ada namanya program BPJS, sedangkan orang awam tuh nggak tahu. Mereka tahunya menggunakan BPJS itu datang ke rumah sakit, selesai. Nggak tahu alurnya," ungkap Nandar.
Kebingungan tersebut memunculkan ide membuat gerakan yang fungsinya mendampingi orang sakit memanfaatkan BPJS. Pendampingan tersebut menjadi hal yang penting, apalagi bagi mereka yang sakit biasanya sudah tidak bisa berpikir jernih.
"Akhirnya teman-teman mengajak, 'yuk kita dampingi satu atau dua kali (orang sakit)'. Akhirnya teman-teman (yang lain) gabung. 'Yuk kita bikin sesuatu, Apa? 'Ya teman-temannya orang sakit. Akhirnya seperti itu," ujar Nandar mengenang percakapan rekan-rekannya.
Tak hanya pendampingan, Nandar dan kelima rekannya memperluas gerakannya menjadi membantu semua kebutuhan orang sakit. Termasuk ketika jaminan BPJS bermasalah, mereka tak segan bertemu dengan para pihak terkait.
Hal tersebut pernah dilakukan Nandar saat SOS membantu seorang pengamen yang terjatuh di dekat salah satu stasiun. Insiden tersebut membuat sang pengamen muntah darah dan harus mendapat perawatan di rumah sakit dengan biaya Rp 1,2 juta per malam.
"Kita di Besthesda itu akhirnya naik ke bagian keuangan, dipotong suruh bayar Rp 600 ribu. Ya kita terus terang, ya kita uang dari mana. Kita cuma nolong. Akhirnya turun lagi menjadi Rp 300 ribu, kita nggak punya uang lagi. Akhirnya masuk ke bagian perawatan cuma disuruh bayar Rp 170 ribu," kenang Nandar.
Perjuangan Nandar dan kelima temannya untuk sang pengamen tidak berhenti sampai di situ. Biaya tersebut dilunasi lewat patungan.
"Ya, itu ya yang terjadi di lapangan, memang harus mengeluarkan uang. Tapi ya alhamdulillah pihak rumah sakit istilahnya untuk kita nembung (ngomong) baik-baik ya alhamdulillah," lanjut Nandar.
foto: Brilio.net/Shamsu Dhuha
Nandar masih memiliki pengalaman mendampingi orang sakit lain yang berkesan hingga sekarang. Kejadian tersebut berlangsung pada 2017 lalu. Saat ia membantu seorang driver ojek online perempuan bernama Yuni yang mengalami kecelakaan di Selokan Mataram.
"Saya baru tahu setelah dua minggu kecelakaan, ternyata ada pendarahan di otak. Dia langsung masuk rumah sakit dan dioperasi. Kalau nggak salah habis Rp 13,5 juta," kata Nandar.
Mendengar ada rekan yang menderita sakit dan membutuhkan biaya, nurani Kusnandar pun tergugah. Tak menunggu waktu lama, Nandar langsung meminta Apri untuk mengurus surat keterangan dari RT dan RW tempat tinggal Yuni untuk keperluan administrasi.
"Alhamdulillah pukul 12.00 WIB besoknya surat-surat Jasa Raharja langsung turun. Alhamdulillah akhirnya Jasa Raharja bisa backup. Itu habisnya (total perawatan) Mbak Yuni sekitar Rp 25 juta," imbuh Nandar.
Lebih lanjut, Nandar mengaku aksinya bersama teman-temannya driver ojek online tidak punya tujuan apa-apa selain kemanusiaan. Baginya hidup memang harus bermanfaat bagi sesama.
"Nggak tahu ya. Saya cuma mau berbuat baik aja kok. Ya hidup itu harus bermanfaat, urip iku urup. Intinya itu saja," pungkas pria kelahiran 1973 tersebut.
Simak video liputan selengkapnya berikut ini:
Recommended By Editor
- 10 Gaya Siva Aprilia saat manggung jadi DJ, nggak kalah seksi
- Chow Yun Fat serahkan harta Rp 10,8 T buat amal, pilih hidup sederhana
- 7 Aksi nyeleneh Sandiaga di depan kamera ini mengundang tawa
- 7 Dirigen suporter klub sepak bola Indonesia, loyalitasnya luar biasa
- 8 Momen keromantisan Sandiaga Uno dan Nur Asia, sederhana tapi manis
- 7 Potret lawas Amien Rais, dulu berjuang gigih melawan Orde Baru