Brilio.net - Bersamaan dengan slogan Jogja Istimewa, tak mengherankan jika banyak dari para pengunjung dan wisatawan kota Jogja. Para pelancong ini jatuh cinta dengan kota yang pernah menjadi pusat Kerajaan Mataram Islam ini. Akhirnya tak sedikit para perantau yang memilih Jogja sebagai tempat berbisnis, hingga tempat bertumbuh dan berkembang. Salah satunya adalah Asmawi, perantau asal Madura.
foto: brilio.net/Himmatul Ahsana
Asmawi adalah seorang pria berusia 36 tahun yang berprofesi sebagai pedagang dan pebisnis sempol. Berawal dari modal nekat dan ingin mencari peruntungan di kota orang, awalnya Jogja bukan menjadi kota tujuan utamanya. Mulai berdagang pada tahun 2008, ia berpindah-pindah dari kota Malang, Sidoarjo, hingga kota Surabaya. Pada awalnya berbagai macam dagangan ia coba, mulai dari berdagang pentol, jasuke, hingga akhirnya saat ini Asmawi berdagang sempol.
Bermodalkan Rp 7 juta, sejarah Asmawi berjualan sempol cukup menarik. “Awalnya saya bikin sempol ini resepnya nyuri dari teman yang berjualan sempol karena pada saat itu pentol tidak terlalu laris. Tapi setelah sempol yang saya buat laris saya takut nggak berkah. Akhirnya ngaku ke teman dan izin buat pakai resepnya,” tutur Asmawi pada brilio.net baru-baru ini.
Memulai perantauan di Yogyakarta pada tahun 2018, usaha sempolnya kini dinamai sempol PMJ. PMJ sendiri merupakan kepanjangan dari Pesantren Masyarakat Jogja. Ia menuturkan, “Usaha saya di Jogja ini dibantu oleh Ustadz Puji dari PMJ dan beliau malah menyuruh menamai usaha sempol saya dengan nama PMJ, ini merupakan kehormatan bagi saya”.
Meskipun ia menjual sempolnya dengan harga Rp 500 per tusuk, Asmawi mampu meraih omset bersih sekitar Rp 20 juta lebih per bulan. Awalnya sempol PMJ memiliki 7 cabang yang dikelola oleh saudara, tetangga, dan keluarganya yang ada di Madura. Namun karena adanya virus Covid-19 pada tahun 2019, akhirnya satu persatu sanak saudaranya memilih untuk pulang kembali ke Madura karena omset penjualan sempol pada masa Covid-19 menurun drastis. Sampai saat ini, ia masih mengelola bisnis ini sendiri karena belum merasa butuh karyawan dan masih bisa dikerjakan sendiri.
Cabang yang bertahan hingga saat ini adalah tempat jualan utamanya yang terletak di dekat SPBU Bugisan Jalan Sugeng Jeroni, Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta. Membuat 4.000-5.000 tusuk per hari, ia mulai berdagang dari jam 16.00-22.00 WIB. Tingginya peminat pada akhir pekan, setiap hari Sabtu dan Minggu produksinya harian ditambah menjadi 7.000-8.000 tusuk.
foto: brilio.net/Himmatul Ahsana
Di kos-kosan yang masih satu area dengan masjid ini Asmawi memulai aktivitas sehari-harinya sebagai pedagang sempol. Mulai dari membuat adonanan sempol hingga membentuk dan merebus adonan sempol yang sudah dibuat. Ia menyewa kos sederhana untuk tempat tinggal sekaligus produksi sempol miliknya. Di sanalah Asmawi tinggal dari tahun 2018 hingga saat ini.
Tak hanya membuat sempol, kini Asmawi aktif membagikan aktivitas kesehariannya selagi membuat sempol sembari Live TikTok dengan akun TikTok @asmawijayamacen yang sudah memiliki 65 ribu followers. Aktivitas bekerja sembari ngonten ini sudah ia lakukan semenjak satu tahun lalu. Konten utama yang sering ia buat adalah membagikan resep gratis kepada netizen. Tak takut usahanya kalah saing karena membagikan resep untuk pemula, Asmawi berpendapat “Namanya rezeki sudah ada yang mengatur. Saya pernah merintis dari awal dan tahu bagaimana sulitnya berbisnis. Semoga resep gratis ini bisa membantu teman-teman pemula di luar sana yang ingin memulai bisnis.”
foto: brilio.net/Himmatul Ahsana
Selain membagikan resep di TikTok secara gratis, Asmawi juga memiliki 6 resep rahasia lain yang dijualnya dan membuka kesempatan bagi siapapun yang ingin belajar bisnis sempol dengannya. Memberikan bimbingan dari awal hingga akhir, ia berharap dengan adanya privat langsung dengan resep rahasia dapat membantu berkembangnya bisnis mereka.
foto: Instragram/@asmawijaya_macen
Berbagai kesulitan ia hadapi untuk bisnis yang dirintisnya, mulai dari diusir dan tak diperbolehkan berdagang di beberapa tempat, berpindah kota dari satu kota ke kota yang lain, hingga sepi pembeli. Namun usahanya untuk merintis bisnis ini tidaklah sia-sia. Asmawi berhasil mecapai kesuksesannya dengan bisnis sempol ini. Penghasilannya mampu mengantarnya ke tanah suci, memberangkatkan orang tuanya umroh, dan mampu membeli tanah.
Tentunya hal ini berkat keuletannya yang tak kenal menyerah memulai bisnis pribadinya. Ia berharap bisnisnya dapat bermanfaat kedepannya dengan membuka cabang lain serta mampu membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain. Baginya memulai usaha yang paling penting adalah berani nekat dan mendahulukan action. “Kalau dari awal usaha sudah memikirkan ketakutan mengenai untung rugi, pasti nggak akan jalan,” pesan Asmawi untuk para pemula di luar sana.
Magang: Himmatul Ahsana
Recommended By Editor
- Cerita mantan pramugari banting setir jualan ikan ini penuh perjuangan, kini bisa jual 1,5 ton sehari
- Kisah pasangan tinggalkan Jakarta pilih menetap di Magelang demi wujudkan mimpi punya taman baca
- Mooryati Soedibyo pendiri Mustika Ratu meninggal dunia di usia 96 tahun
- Kisah pria resign pilih bertani usai 5 tahun kerja, modal Rp 1,2 juta raup Rp 26 juta dalam 8 bulan
- Kisah gadis transmigran asal Wonosobo putus sekolah demi jadi petani, alasannya bikin kagum
- Generasi 90-an berduka, pengisi suara Chibi Maruko Chan meninggal dunia di usia 63 tahun
- Ikon fesyen Iris Apfel meninggal dunia di usia 102 tahun, intip karier suksesnya hingga usia 1 abad