Brilio.net - Film G30S/PKI kembali menjadi perbincangan setelah Panglima TNI Jenderal mewajibkan prajuritnya menonton. Polemik menjadi liar karena makin banyak masyarakat bahkan partai politik yang mengangkat kembali isu PKI ke permukaan.
Di tengah kontroversi tentang PKI dan film G30 S-nya, yang pada era orde baru, dijadikan semacam alat politik, masyarakat lupa bahwa di balik film ini ada sosok sutradara yang membuatnya menjadi sedemikian monumental.
Dialah Arifin C. Noer. Film yang diproduksi oleh Produksi Film Nasional (PFN) ini dipimpin oleh Brigjen TNI Gufron Dwipayana yang merupakan orang dekat Soeharto. Dilansir dari Historia, Gufron memilih Arifin karena saat itu dipandang sebagai orang independen karena tidak bergabung dengan organisasi mahasiswa manapun.
Arifin sendiri lahir di Cirebon pada 10 Maret 1941. Dia mengawali karier di seninya setelah masuk SMA Jurnalistik di Surakarta, Jawa Tengah. Dikutip dari ensklopedia.kemendikbud, saat SMA, Arifin bertemu dengan penulis kawakan seperti Sapardi Djoko Damono, Dedy Sutomo, Mochtar Hadi, dan W.S. Rendra.
foto: arifin.perfilman.pnri.go.id
Dari kota Solo, dia pindah ke kota Yogyakarta untuk menekuni teater dan puisi. Dia bergabung dengan Teater Muslim dan kemudian bergabung dengan Lingkaran Drama Rendra. Di sini, dia menjadi anggota Himpunan Sastrawan Surakarta. Dia akhirnya menamatkan studinya di Fakulas Sosial Politik, Universitas Cokroaminoto. Setelah itu, dia pindah ke Jakarta dan mendirikan Teater Kecil pada tahun 1968.
Dengan berdirinya Teater Kecil, Arifin semakin melebarkan sayapnya di seni teater. Lakonnya 'Kapai-Kapaai' bahkan dipentaskan dalam bahasa Inggris dan Belanda di Amerika Serikat, Belgia, dan Australia.
Arifin saat itu menjabat sebagai manajer pengelola Balai Bimbingan dan Latihan Kerja. Tapi karena rutinitas kerjanya, dia tidak bisa bebas dalam mengekspresikan keseniannya. Dia hanya bertahan empat tahun di sana.
foto: Wikipedia.com
Setelah itu, dia berangkat ke Amerika Serikat untuk mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, AS. Sepulangnya pada tahun 1973, dia tidak hanya mengembangkan sayap di teater tapi juga ke produksi film layar lebar. Dia mulai terkenal ketika skenario filmnya berjudul "Pemberang" mendapatkan penghargaan penulis skenario terbaik Festival Film Asia tahun 1971.
Arifin juga menerima Golden Harvests dalam Festival Film Indonesia (FFI) tahun 1973 dan 1974. Film perdananya, "Suci Sang Primadona" (1977) mendapat penghargaan Piala Citra bagian Aktris Terbaik pada FFI 1978. Piala ini diberikan kepada aktris Joice Ema.
foto: Wikipedia
Pada awal tahun 1980, dia ditawari pekerjaan menjadi kepala humas majalah Sarinah. Tapi karena tidak cocok dengan kehidupan berkeseniannya, dia keluar dari pekerjaan tersebut.
Arifin akhirnya meninggal karena penyakit kanker hati pada 28 Mei 1995. Dia meninggal setelah menjalani operasi kanker di Singapura.
Recommended By Editor
- Ini nama baru Ring Road Yogyakarta, biar nggak bikin bingung
- Aslinya kamu lebih ngerti soal Indonesia atau Malaysia? Cek di sini
- Mengenal Habib Husein Mutahar, bapak paskibraka
- Indonesia dijajah Belanda selama 350, 126, atau cuma 4 tahun ya?
- Pulau mistis ini saksi sejarah pemberian gelar 'haji' di Indonesia